N a k a l
Tidak … tidak ….
Kamu pikir aku akan mengajakmu,
Mengintip perempuan – perempuan,
Yang mencuci pakaian di pinggir kali Serayu,
Dengan bertelanjang dada?
Tidak … tidak ….
Tidak pula akan aku ceritakan
indahnya kisah Tuk Bima Lukar,
dan kisah pencarian cinta Sang Werkodara,
Sebab kali Serayu sekarang,
Hanya sarang sapu - sapu dan bebatuan,
Yang tersembunyi di tebing – tebing tergigis erosi,
Setelah penambang liar mengeruk pasirnya,
Dan membawanya pergi jauh,
Entah kemana,
Percayalah,
Aku hanya ingin mengajakmu berfantasi,
Mabuk menikmati lekuk tubuh Legacy,
Merah merona Red Anjamani,
Magisnya Bigroy, Kochin, Red Aurora,
Yang tertata manis di sudut halaman depan,
dekat teras yang atapnya miring,
Ditemani secangkir kopi hitam
dan sepiring Mendoan.
(Huma di Lembah Serayu, 14 Juli 2020)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagus puisinya. Realistik dengan alam sekitar.
Ah, hanya kebetulan saja Bunda. Bagusan puisi yang Bunda bikin ... segurih mendoan