#TantanganGurusiana_hari ke-33

Istilah dua sekawan terinspirasi setelah membaca buku Lima Sekawan karya fiksi dari penulis Inggris bernama Enid Blyton. Aku suka buku itu karena bercerita tentang detektif cilik. Tokohnya yaitu Julian, Dick, Anne, dan George serta anjing mereka, Timmy. Mereka berlima sering terlibat ke dalam kasus-kasus menarik yang misterius serta melakukan petualangan yang menarik.

Berbeda dengan Lima Sekawan, kali ini Dua Sekawan yang kuceritakan adalah dua orang pemudi yang mengabdi untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat khususnya Kasi Kurikulum di bidang SD. Mereka berdua memang dapat kusebut dua sekawan karena sama-sama berjuang layaknya melakukan petualangan dalam rangka mendampingi Tim Sosialisasi BDR.

Peran Dua Sekawan selain tugas rutinnya di kantor dinas, juga turut bersama kami Tim Sosialisasi BDR keliling 16 kecamatan mengarsipkan seluruh kegiatan. Sangat penting mengarsipkan dokumen kegiatan, mulai dari awal perencanaan, pelaksanaan, dan tentunya laporan akhir kegiatan. Berlanjut hingga evaluasi serta tindak lanjut.

Kesanku pada Dua Sekawan di antaranya mereka tanggap pada masing-masing anggota Tim secara adil. Misalnya ketika aku membutuhkan dokumen foto sebagai bahan laporan kegiatan, mereka siap sesuai yang kuperlukan. Kebutuhan kami pun setiap fasilitas yang diperlukan dengan siaga mereka sudah ada. Jika kami berbeda lokasi dengan kelas umum, mereka berdua pun akan berbagi tugas.

Perjalanan tidak hanya ke daerah yang dekat sekitar kantor tempat mereka bertugas. Adakalanya kami pergi ke pelosok daerah seperti kecamatan Rongga, Gununghalu, Cipatat, Cipeundeuy dan seluruh kecamatan yang ada di Bandung Barat.

Selama perjalanan Dua Sekawan tak pernah mengeluh, bahkan kami bertiga termasuk ibu-ibu kelompok usia yang bisa dipastikan layak menjadi ibu mereka, tetap diperlakukan sebagai rekan kerja. Mandirinya mereka, ke mana pun tak pernah manja minta antar jemput kepada Tim putra atau bapak-bapak.

Dua sekawan secara mandiri membawa kendaraan sendiri. Jika perjalanan dekat dan tidak memerlukan bawaan perlengkapan banyak, mereka membawa motor masing-masing. Karena mereka berbeda keluarga, beda latar belakang pendidikan pula, yang satu sarjana Ilmu keolahragaan, dan satunya lagi sarjana Ilmu Administrasi Publik.

Jika perjalanan jauh mereka membawa satu kendaraan mobil saja, dengan mengemudikan bergantian. Keduanya sungguh dapat diandalkan, saling melengkapi meski dari latar pendidikan tidak sama.

Kami tak menyangka dengan fisik yang bisa dibilang mungil, namun ternyata Dua sekawan termasuk wonder women-nya di Tim Sosialisasi BDR. Tak pernah mengeluh meski berbalut peluh. Tak pernah manja meski barang bawaan banyak. Selalu ceria dalam keadaan lelah sekali pun. Siap melayani meski repot setiap hari. Mereka adalah Satary Mawadda dan Silvia Maharani. Karenanya, layaklah kusebut Dua Sekawan yang solid di Tim SOSIALISASI BDR. Terima kasih atas pengabdian Dua Sekawan. Ingatlah bahwa siapa menanam kebaikan, pastinya akan menuai kebaikan pula. Doa kami untuk kalian berdua, Tim Sosialisasi BDR.