Ela Vera Rahmawati

Diangkat menjadi CPNS pada tahun 2006 di SMP Negeri 8 Banjar Kota Banjar Provinsi Jawa Barat sampai sekarang. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

ADIK SEBENARNYA KAKAK

Tantangan Hari ke-9

#Tantangan gurusiana

"Buuuuu, Ibuuuu, ibu di mana?"

"Ibu di sini sayang, di dapur." Sahut Rahma yang sedang asyik mengotak-ngatik bahan-bahan masakan untuk hidangan keluarga nanti malam.

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun menyeruak masuk setengah berlari menghampiri Rahma dan langsung memeluknya.

Dengan penuh harapan anak itu menatap ibunya sambil berkata "Ibu, adik ingin punya dede bayi."

Sontak Rahma kaget mendengar perkataan anak bungsunya itu.

Dia mencoba mengingat masakan apa yang sudah dia kasih ke anaknya, kayaknya tidak ada makanan aneh yang dia berikan tadi siang. Tapi kenapa anaknya sampai mengajukan permintaan itu.

Dengan penuh cinta kasih, Rahma menatap anaknya sambil mengelus rambutnya, dia mengulang pertanyaan barangkali dia salah mendengar ucapan anaknya.

"Adik ingin apa, nanti Ibu belikan".

"Adik ga mau makanan, adik pengennya dede bayi kaya Azi". Kata anak itu dengan suara yang lebih keras sambil menunjuk ke arah rumah temannya.

Rahma hanya tersenyum dan diam mendengarkan perkataan anaknya.

"Oji, Azi, Dwi, semuanya udah punya dede bayi, kenapa Adik belum?" Satu persatu bocah itu menyebutkan nama teman-temanya dengan penuh antusias.

"Memang kenapa kalau Adik belum punya dede bayi?" Kata Rahma mencoba mengorek alasan di balik permintaan anak bungsunya itu.

"Kata teman-teman Adik, kalau yang belum punya dede bayi berarti masih kecil." Terangnya kembali.

Dalam hati Rahma geli mendengar jawaban anaknya, namun dengan segenap kekuatan dia berusaha menahan tawanya. Tambah runyam kalau tawanya meledak bisa-bisa jeritan tangisan akan pecah.

Untuk sejenak, dia termenung mencari jawaban rasional yang masuk akal dan dimengerti anaknya.

Sampa akhirnya terdengar suara Rahma, "Ale sudah punya dede bayi belum?"

"Belum".

"Ibu mau tanya, kalau Ale sama Adik, tinggian siapa?"

"Tinggian Ale".

"Adik kan masih TK, Ale sudah SD, berarti Adik sama Ale umurnya tua siapa?" kata Rahma melanjutkan pertanyaan ketika terlihat anaknya sudah mulai berpikir.

"Tua Ale ya Bu."

"Ale saja yang sudah SD belum punya dede bayi, apalagi adik kan?"

"Nanti, kalau teman-teman Adik bilang lagi seperti itu, Adik punya jawaban sekarang."

Terlihat awan mendung mulai bergeser tersingkirkan matahari yang mulai mencerahkan wajah anak itu.

Rahma tersenyum demi melihat anaknya sudah ceria dan kembali berpamitan main sambil berlari kecil penuh kegirangan seakan-akan terbebas dari himpitan masalah besar...

Haripun berlalu, hingga suatu hari, ketika Rahma baru pulang sekolah, terlihat anak bungsunya yang tengah terdiam seperti menahan tangis.

Terlihat di sebelahnya si sulung sedang menonton TV, sambil sesekali mengejek adiknya dengan sebutan cengeng.

"Lho, Adik kenapa sedih?"

Ka, Adik kenapa?" Rahma menatap anak sulungnya. Seorang anak laki-laki yang berkulit lebih putih dan berperawakan lebih tinggi walaupun agak kurus dibandingkan anak bungsunya.

Rahma sadar dia tidak bisa mengandalkan si sulung untuk bisa mengayomi adiknya, karena memang usianyapun tidak terpaut jauh, baru menginjak usia 8 tahun. Usia dimana anak masih membutuhkan sosok ibu dan ayah yang seutuhnya tanpa ada saingan.

"Adik memang cengeng Bu, ga diajak main aja nangis."

Lho,kenapa g diajak main, sama siapa?" kata Rahma menatap si sulung.

"Ya, sama teman-temannya, sama Oji, Azi, Dwi."

"Kenapa sama Kakak ga diajak main bareng? "

"Sama Kakak juga diajak, tapi Adik maunya main sama mereka Bu."

Tiba-tiba Adik berlari ke arah kamar, jebred,,, terdengar pintu kamar ditutup paksa dan..... Pecahlah tangisannya.

Dengan segera Rahma menuju kamar anaknya, terlihat bocah kecil yang tengah sesenggukan dengan kepala di bawah bantal.

Perlahan Rahma membalikkan tubuh mungil itu, kemudian mengecup keningnya dan berkata dengan lembut,

Adik kenapa ga diajak main sama teman-teman?"

"Coba Adik cerita, barangkali Ibu nanti bisa bantu adik". Rahma mengelus kepala anak bungsunya dengan penuh kasih.

Setelah terdiam berapa lama, akhirnya anak laki-laki itu mulai membuka mulutnya, "Kata Oji, Adik jangan diajak main karena masih kecil, kan Adik belum punya dede bayi."

Deg, jantung Rahma seakan berhenti untuk sesaat, ternyata permasalahan itu masih belum tuntas setelah beberapa hari lalu tidak pernah terbahas lagi.

Ditatapnya anak bungsunya itu, seandainya dia tahu bahwa Ibunya juga menginginkan hal yang sama.

Jauh di lubuk hati yang paling dalam keinginan untuk mempunyai momongan sudah sekian lama menghantui dirinya.

Bahkan sudah hampir dua tahun dia dan suaminya melakukan program hamil.

Walaupun usianya sudah tidak muda lagi hampir mendekati usia 40 tahun, namun keinginannya untuk mempunyai anak lagi sangatlah besar.

Rahma sangat menginginkan anak perempuan mengingat kedua anaknya laki-laki.

Namun sampai kini usaha mereka belum berhasil, Allah belum memberikan amanah kembali.

Terlihat Rahma menghela napas panjang, dia teringat akan pengobatan yang sedang dijalaninya.

Bersambung ya......

Banjar, 23 Jan 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ye... Muncul deh. Ditunggu adik bayinya..

23 Jan
Balas

Semoga Adek bayinya segera hadir di tengah keluarga

24 Jan
Balas

Doakan saja ya bu ibu....

24 Jan
Balas



search

New Post