ADIK SEBENARNYA KAKAK (bagian kelima)
Tantangan hari ke13
#Tantangan gurusiana
Namun kehadiran ibunya mampu membuat Rahma sedikit bisa bernapas lega, dengan penuh rasa kasih, ibunya menasehati dirinya agar bersabar atas segala musibah itu. Ibunya mengingatkan Rahma senantiasa bersyukur atas segala limpahan Rahmat dan Karunia Allah, begitu banyak kenikmatan yang telah diberikan kepada keluarga kecilnya.
"Alhamdulillah Allah sudah memberikan kalian keturunan, lihat anak-anakmu yang ceria, sehat dan sholeh, banyak di luar sana orang yang mempunyai penyakit ini dan belum dikaruniai keturunan," kata ibunya mencoba menenangkan.
Setelah operasi, dirinya tidak mampu untuk melakukan apapun mulai dari makan sampai memiringkan badanpun harus dilakukan dengan bantuan ibunya.
Rahma sangat bersyukur mempunyai orang tua seperti ibunya yang sangat perhatian dan penuh kasih sayang merawat dirinya.
Padahal Rahma tahu betul ibunya paling anti untuk berlama-lama berada di Rumah Sakit apalagi sampai menjadi penunggu pasien. Pasti penyakitnya akan kambuh, namun demi putrinya, ya demi dirinya ibunya terlihat segar dan sehat.
Rahma hanya bisa menjerit dan berdoa kepada Allah untuk kesehatan, keselamatan, kebahagiaan dan keberkahan ibunya. Dirinya sadar sebagai seorang anak sampai kapanpun tidak akan pernah bisa membalas kebaikan dan jasa orang tua apalagi seorang ibu.
Keesokan hari, kedua anaknya datang menjenguk.
Mereka sangat sedih melihat keadaan ibunya yang tergolek lemah seperti itu.
Anak sulungnya memandangi Rahma dengan penuh kecemasan, "Ibu cepet sehat ya, Kakak doakan Allah segera mengangkat segala penyakit dan memberikan Ibu kesembuhan".
"Aamiin," hampir bersamaan semua yang ada di ruangan berucap.
Tiga hari berlalu, Rahma akhirnya diperbolehkan pulang dengan catatan sepekan kemudian harus kontrol untuk memeriksa perkembangannya.
Rasa sakit pasca operasi masih dia rasakan, duduk terlalu lama sakit, berbaring terlalu lama juga sakit. Bahkan untuk melakukan sholatpun belum bisa secara sempurna. Rahma sholat dengan posisi duduk di kursi dan menghadap kiblat, karena dalam posisi duduk di bawah beralaskan sajadah akan menekan perut dan itu sangat membuatnya tersiksa. Berat badannya turun drastis,karena memang selera makannyapun hilang.
Perlu waktu yang cukup lama bagi Rahma untuk memulihkan kesehatannya.
Hampir satu bulan dia rehat dari sekolah tempatnya bekerja.
Waktupun berlalu, kini Rahma hanya fokus pada kesehatan tubuhnya, dia berusaha untuk senantiasa berperilaku sehat demi kesembuhan penyakitnya secara total. Walaupun sebenarnya keinginan dia untuk mempunyai seorang anak perempuan tidak pernah sirna.
Namun dia tidak terlalu "keukeuh" seperi dulu, kini dia berprinsip "kalau Allah berkehendak, pasti akan terwujud".
Rahma lebih memusatkan seluru perhatiannya pada perkembangan anak-anaknya yang sudah mulai besar, bahkan si sulung kini sudah mulai beranjak remaja. Tak terasa si bungsu yang dulu masih imut kini sudah berusia 9 tahun, tumbuh menjadi anak laki-laki dengan kulit yang makin gelap dan perawakan tinggi besar. Bahkan terkadang banyak orang yang tidak percaya dengan usianya. Ketika bermain dengan teman seusianya, banyak yang bilang dia sedang ngasuh adik-adiknya. Karena memang postur tubuhnya yang tinggi dan besar jauh jika dibandingkan dengan teman-teman seusianya.
Tapi, namanya juga anak bungsu tetap saja kelakuannya super manja, terkadang membuat kesal kakaknya karena sikapnya yang dinilai terlalu lebay (minjam istilah kakak).
"Adik, kamu tuh dah besar, kalau ngobrol biasa aja ga usah dimanja-manja gitu, meuni lebay tau". Begitu seringnya kakak komentar seperti itu.
"Biarin, kan Adik masih kecil, tuh dipanggilnya juga Adik". Biasanya kata-kata itu keluar sebagai pembelaan si bungsu.
Rahma hanya tersenyum melihat tingkah polah kedua anaknya, yang terkadang membuatnya terhibur.
Di suatu hari saat mereka sekeluarga sedang berkumpul di ruang tengah.
Terlihat Rahma dan suaminya sedang larut dalam percakapan yang serius sementara itu kedua anaknya sedang asyik menonton sebuh acara TV kesayangan mereka.
"Alhamdulillah, betul Bu"?
"InsyaAllah ayah", kata Rahma meyakinkan.
"Adik...", Rahma mencoba memanggil anak bungsunya.
"Iya Bu," sahut si bungsu tanpa menoleh seakan takut tertinggal acara favoritnya.
"Ibu mau tanya boleh ga"?
Terlihat anak bungsunya mengangguk sambil melihat ke arahnya.
"Adik, mau ga kalau di rumah ini ada bayi mungil"?
"G A M A U..... U
Banjar, 27 Januari 2020
Waktu siang hari Jam 15.00
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ye... Katanya mau..
Dirayu aja, Bu, biar mau punya adik.
Dipaksa ya biar mau...
Dirayu dengan rayuan mauttt