BELAJAR DARI RASA TAKUT
Tantangan Hari Ke-31
#Tantangan gurusiana
"Mana helmnya, Kak. Masa Kalah sama tengkorak"?
Kata seorang Polisi ketika melewati motor kami sambil membawa tengkorak menggunakan kain putih dan memakai helm.
Hal itu dilakukan oleh kepolisian Polres Kota Banjar dalam rangka sosialisasi tentang kesadaran dan ketaatan pengendara kendaraan bermotor terhadap aturan lalu lintas.
Sementara Anakku yang berada di belakang diam sambil tersipu malu.
"Tuh, De. Makanya harus pakai helm ya".....
Sepi ga ada jawaban...
"Mau ya De, nanti pulang sekolah kita beli helm, yang bagus pokoknya".
"Ga mau titik".
Hening tak ada lagi suara tambahan.
Duh, kalau sudah si titik dibawa-bawa ujung-ujungnya ga akan bisa diganggu gugat.
Baiklah mungkin waktu yang akan merubah pendiriannya.
Hari-haripun berlalu dan kejadian itu sudah tidak diingat kembali.
Pagi hari adalah waktu yang sangat mahal, karena semuanya terasa bergulir begitu cepat.
Kayaknya bernapaspun harus ekstra cepat untuk mencapai waktu yang diharapkan.
Terbayang kesibukan di pagi hari, belum lagi ditambah nyanyian si kecil berjudul "Ibu" yang akan didendangkan dengan nada tujuh oktaf. Kalau sudah terdengar, refleks tangan dan kaki akan bergerak lincah untuk mempercepat segalanya.
Seperti halnya tadi pagi, untunglah sebelum nyanyian itu keluar, aku sudah bersiap dengan segala peralatan menuju tempat tugas.
"Let's go, kita berangkat". Kataku sambil tak lupa seperti biasanya mengingatkan untuk berdo'a keluar rumah,
Bismillaahi Tawakaltu Alallahu....
Ketika duduk di atas kendaraan, dan mulai maju, kembali kami berdo'a
سُبْحَانَ الَّذِىْ سَخَّرَلَنَا هَذَا وَمَاكُنَّالَهُ مُقْرِنِيْنَ وَاِنَّآ اِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
Maha suci Allah yang telah menundukkan untuk kami (kendaraan) ini. padahal sebelumnya kami tidak mampu untuk menguasainya, dan hanya kepada-Mu lah kami akan kembali."
Perjalanan ke sekolah anakku memang cuma berjarak 2km, tapi jalanan yang kami lalui merupakan jalan utama yang digunakan.
Belok ke kanan merupakan jalan utama menuju satu sekolah menengah pertama dan tiga sekolah menengah atas yang jumlah siswanya bisa dikatakan terbanyak di kota kami karena merupakan pilihan utama ketika siswa ingin melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas.
Belok kiri menuju beberapa sekolah menengah pertama yang menjadi incaran siswa-siswa SD dan juga menuju sekolah serta tempat tugasku.
Perjalanan harus melewati dua perempatan yang rawan lalu lintas padat.
Sampailah pada perempatan pertama, lumayan aman. Tidak terlalu banyak kendaraan yang mengantri menunggu lampu Apil.
Untuk mempercepat perjalanan, seperti biasa aku mencoba mencari-cari selah agar bisa berada di deretan depan perempatan, inilah keunggulan motor, bisa selap-selip dengan lincah.
Ketika sedang menunggu lampu hijau, aku dapat melihat perempatan kedua dengan jelas.
Ada apa ya??? Pikirku saat itu, karena jalanan di sana terlihat macet, seakan-akan kendaraan ga bisa maju.
Saat itu juga selintas kumelihat pengendara mobil memperhatikan kami.
Lirik, lirik, lirik lagi. Ada apa ya, pikirku???
Daripada timbul pikiran yang tidak-tidak, akhirnya kuberanikan untuk melihat pengendara itu.
Dengan cepat dia mengatakan sesuatu.
Tidak jelas apa yang diucapkannya, namun aku tak terlalu menghiraukannya.
Hingga akhirnya Dia sedikit mengeraskan volume suaranya.
"Ada Razia....Razia". Ujarnya mengulang.
Aku hanya terdiam tak mengatakan sepatah katapun. Saat itu aku hanya bingung, apa yang harus kulakukan.
"Bu, razia itu apa"? Anakku membuyarkan kebingungan.
"Ada polisi", kataku tanpa menjelaskan secara detil.
"Razia, razia,,,,"terdengar suara si kecil dari belakang seakan masih bingung dengan istilah itu.
"Bu, lihat kok banyak yang putar balik. Tuh itu lagi Bu". Kata anakku sambil sibuk menunjuk orang-orang yang berputar haluan.
Memang terlihat beberapa orang yang memutar kendaraannya.
Ups, bahaya sekali. Mereka melakukannya tanpa melihat bahaya yang mengancam dengan melakukan hal itu, padahal volume lalu lintas sedang padat-padatnya.
"Bu, banyak polisi. Kok banyak yang diturunin ya Bu."
"Nah, itulah yang namanya razia. Dilarang melanjutkan perjalanan karena kedapatan melanggar aturan". Kataku.
"Berarti yang tadi, takut terus balik lagi karena ga pakai helm ya Bu"?
"Iya, kayak Faza sekarang ga pakai."
Saat itu aku hanya bisa pasrah, kalaupun aku kena, ya sudah resiko karena memang melanggar. Konsekuensinya ditilang, terus aku dan anakku kesiangan karena proses tilang.
Karena pasrah, jadi aku mengendarai dengan tenang. Tanpa ada beban dan rasa ketakutan.
"Ibu, ayo cepet Bu"!
"Ayo kita kaburrr......."terdengar suara Faza dengan rasa takut. Mungkin merasakan dan melihat orang-orang yang panik seperti itu.
Sampai,,,,,,,, akhirnya perempatan kedua dilalui dan kami selamat.
"Alhamdulillah,,,,,serempak kami mengucapkan hamdalah.
"Haduh Bu, tadi Faza sampai deg-degan. Tuh sekarang aja masih terasa".
"Tuh, De. Coba kalau Faza pakai helm, kita ga usah takut toh ga ada yang kita langgar.
Mau ya nanti pulang sekolah beli helm".
"Iya Mau".
Akhirnya,,,,
Banjar, 14 February 2020
Rumhku Istanaku
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah. Jadi degdegan, kalau kena razia kan pasti kesiangan dan harus keluar uang denda. Untunglah tidak terjadi.