Tantangan Hari Ke-14

#Tantangan Gurusiana

Hari ini dapat info baru baik dari facebook maupun dari grup whatsApp, intinya menghapuskan kegiatan UN tahun 2020, baik untuk tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA.

Peniadaan kegiatan ini dikarenakan kekhawatiran pemerintah akan tersebarnya virus COVID-19 atau corona. Karena pelaksanaan kegiatan sama dengan menghadirkan kerumunan orang.

Memang pada awalnya pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan tetap memberlakukan UN dengan menerapkan protokol kesehatan.

Namun karena saat ini wabah malah merambah ke beberapa daerah bahkan red zone pun semakin meluas, maka keputusan ini ditetapkan.

Keputusan ini ditetapkan untuk kepentingan dan keselamatan bersama.

Peniadaan UN dapat diganti dengan US kalau sekolah dapat melaksanakannya dengan daring atau pembelajaran dalam jaringan.

Namun apabila sekolah tidak dapat melaksanakannya, maka kelulusan dipertimbangkan dari nilai kumulatif siswa selama tiga tahun untuk tingkat SMP/MTs dan SMA/MA sedangkan untuk tingkat SD/MI selama enam tahun.

Bagi saya pribadi opsi atau pilihan terakhir merupakan pertimbangan yang lebih baik dan lebih bijak.

Sebagai seorang pendidik kita pasti akan sangat paham dengan karakteristik setiap siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, dimana penilaian mencakup tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Sehingga alangkah bijaksananya jika kelulusan lebih diprioritaskan dari pertimbangan ini.

Nilai yang diperoleh siswa sehari-hari atau lebih dikenal dengan hasil penilaian harian lebih menggambarkan kompetensi siswa.

Terkadang hasil yang diperoleh dari nilai UN tidak sesuai dengan keadaan atau kemampuan seorang siswa. Apakah mendapatkan keberuntungan atau kemalangan.

Bisa jadi siswa yang kesehariannya biasa saja memperoleh nilai yang sama atau bahkan lebih besar jika dibandingkan dengan siswa yang berprestasi.

Hal ini terjadi karena beberapa faktor atau alasan.

Kejadian ini telah terbukti ketika Bulan Maret siswa kelas IX mengikuti Pra UN, dimana hasil yang diperoleh sungguh mencengangkan.

Banyak siswa yang santai dan tanpa persiapan mendapatkan nilai yang sama dengan siswa yang serius mempersiapkan diri.

Tentu saja hal ini menyebabkan rasa kekecewaan tersendiri bagi siswa tersebut dan semakin meninabobokan siswa yang semangat belajarnya rendah.

Mereka beranggapan toh dengan kesiapan yang minimpun mereka bisa memperoleh nilai yang sama dengan temannya yang memiliki semangat belajar tinggi.

Kejadian seperti itu akan sangat jarang terjadi dalam penilaian harian, apalagi kalau soal untuk aspek kognitif dibuat dalam bentuk uraian. Dari hasil penilaian ini dapat dengan jelas menggambarkan bagaimana kemampuan setiap siswa.

Siswa yang mempunyai semangat dan keseriusan pada saat proses pembelajaran akan mendapatkan hasil belajar yang tinggi dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.

Jadi lebih baik menggunakan nilai raport saja ya,,,, bagaimana rekan guru semua setuju dengan pendapat saya???

Banjar, 24 Maret 2020