Eldawati, S.Pd

Nama kecilku Elda, tempat pengabdianku di SMP Negeri 24 Padang. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perjuangan 3 ksatria dan 6 Srikandi Lembah Cadas

Perjuangan 3 ksatria dan 6 Srikandi Lembah Cadas

Tantangan menulis hari ke 25

#TantanganGurusiana

Geladi Bersih

Episode 6

Di ufuk timur, matahari masih tidur di dalam peraduannya. Namun sinarnya telah membias berwarna kuning keemasan menembus langit biru. Bertanda sebentar lagi pagi datang menjelang. Awan tipis samar-samar terlihat bergelayut di kaki langit laksana kapas hinggap di ujung ranting-ranting pepohonan, dan semilir angin pagi menggoyangkan pepohonan alpine yang tumbuh di sekitar cadas.

Eel berdecak kagum melihat pemandangan yang terpapar dihadapannya. Ini kali pertama ia menyaksikan langsung pemandangan yang luar biasa indahnya. Eel mendongak keatas, menatap langit yang berwarna biru. Di kaki langit awan seputih kapas terbang bergelantungan pada satu arah. Angin berhembus lembut, hawanya terasa sangat dingin sekali. Eel mengalihkan tatapannya nun ke seberang sana, gunung Marapi berdiri kokoh dengan congkaknya. Gunung yang sedang mengeluarkan asap putih dari kawahnya.

“Ayo, Tuan. Istirahatnya sudah selesai. Kita akan melanjutkan perjalanan menuju telaga, tempat kita beristirahat dan sarapan pagi.”

Mendengar perintah bang Em, Eel terbangun dari rasa pesona pemandangan yang sedang dinikmatinya. Ia segera berdiri dan mengemasi makanan ringan yang berserak didekatnya. Hitungan ke sepuluh Eel segera mendekat ke tempat bang Em berdiri. Yanti dan Menik telah duluan sampai di dekat bang Em. Dari jauh Yessi dan Fitri tengah berlari mendekat. Namun tiga punggawa Ca-ang tidak satupun tampak di dekat mereka.

Semua saling pandang. Mereka bertatapan seakan saling bertanya. Pergi kemana Aden, Yose dan Komeng. Eel angkat bahu ketika Yanti memintanya menjawab tanya melalui isyarat ujung matanya. Yessi dan Fitri saling colek menanyakan kemana mereka. Elya dan Menik gelisah dalam diamnya. Telah terbayang bagi mereka hukuman yang akan diterimanya nanti. Jika tidak tepat waktu maka mereka akan menerima hukuman.

Bang Em berdiri gagah dihadapan mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Baru saja bang Em akan menggerakan bibirnya, dari lembah terdengar suara langkah kaki tak beraturan. Tak lama muncul tiga punggawa dengan wajah penuh kecemasan.

“Maaf, Bang. Kami terlambat,” sahut Yose sang ketua regu.

“IYa, Bang Em. Kami minta maaf. Kami pergi tanpa izin. Saya sengaja mengajak dua kawan saya untuk menemani saya yang kebelet. Saya takut pergi sendirian ke lembah, sementara kondisi masih gelap.”

Komeng menekuk wajahnya. Rasa bersalah terpancar jelas dari wajahnya. Aden si wajah klimis hanya diam menunduk. Ia tak berani menatap bang Em, yang juga sedang menatapnya.

“Tahu kesalahan, tuan-tuan? Kesalahan tuan-tuan pergi ke lembah tanpa izin. Jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, maka resiko ada pada tuan-tuan.”

Fitri menekuk wajanya dengan amarah yang memuncak. Ia memberengut kecil. Hanya gara-gara kelalaian Komeng, Aden dan Yose, semua menerima akibatnya. (bersambung)

Padang Beloved City, 25 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post