Entah sudah berapa kali Nina bolak-balik melihat sebuah gaun yang tersampir di etalase toko. Diliriknya gaun itu sebentar, lalu ia pergi dan berlalu. Tak lama ia kembali lagi, dilirik lagi gaun itu. Keningnya berkerut seakan memikirkan sesuatu.Tingkahnya sama persis yang dilakukan sedari awal ia masuk toko.

Seorang karyawan toko tanpa sengaja memperhatikan gerak gerik Nina yang mencurigakan. Sudut matanya tak lepas menatap bayang Nina yang sedang berdiri mematung kendati karyawan itu sedang melayani pembeli lainnya.

Nina yang hanya seorang pegawai pabrik di sebuah perusahaan elektronik, yang kehidupan sehari-harinya kembang kempis karena gajinya tidak sebesar seorang direktur, namun hasrat untuk memiliki gaun yang tersampir di etalase itu begitu menggebu. Terbayang olehnya jika ia memakai baju itu di pesta temannya, pasti semua orang akan terkaget, terutama pada seseorang. Kenapa tidak, gaun itu begitu indah dengan hiasan manik-maniknya. Tak sabar, segera ia mendekati karyawan toko yang tengah memperhatikannya. Dua juta lima ratus rupiah, jawab karyawan toko ketika ia menanyakan harga gaun itu. Wajah Nina menegang, otaknya berpikir keras. Sehelai gaun seukuran dua bulan gajinya "Haruskah dipaksakan membelinya hanya demi sebuah harga diri? Besar pula pasak dari pada tiang." Nina manggut-manggut. Ia putuskan akan beli gaun itu, kendati ia harus berutang dari pada gengsinya jatuh dihadapan seorang lelaki yang telah meremehkannya.

Padang Beloved City, 03 Maret 2022