# tantangangurusiana hari ke-65

Rendi telah menamatkan pendidikannya dan memperoleh gelar sarjana tekhnik. Hari ini acara wisuda Rendi, kami sekeluarga hadir kecuali Bima. Alasannya ada pertemuan dengan alumni SMK. Kami tidak heran lagi dengan alasan alasan yang klasik seperti ini. Nenek semangat sekali untuk ikut ke kampus. Rasa bangga dan haru mewarnai hari kami saat ini. tidak terlintas dalam pikiranku Rendi bisa kuliah. Sejak kecil aku tinggal dengan Ibu, membantu Ibu berjualan, siangnya sekolah. Rendi yang membiayai sekolah Siska, mulai dari buku, uang sekolah dan keperluan lain, sementara aku tidak rutin mengirim belanja karena kondisi kami yang pas- pasan. Maafkan Ibu Rendi, menyia nyiakan kamu sejak kecil. Setelah acara wisuda selesai, kami pergi ke studio foto untuk mengabadikan peristiwa hari ini, tidak disangka penjual gorengan jadi sarjana. Malamnya doa selamatan sebagai rasa syukur atas rahmat yang maha kuasa dengan mengundang tetangga dan jamaah mesjid.

Kami kembali keaktifitas semula, mulai buka kafe lagi setelah dua hari tutup. Kampus kembali rame dengan berbagai macam kegiatan. Ini berdampak terhadap omset kedai dan kafe kami. Alhamdulilah cukup untuk membiayai kebutuhan dan dapat di tabung. Setelah diwisuda, Rendi mulai memasukan lamaran ke instansi pemerintah maupun swasta. Aku salut melihat semangatnya mendapatkan pekerjaan. Mudah mudahan ada yang diterima dan diminta datang untuk interviuw. “Ternyata tidak enak jadi pengangguran tingkat tinggi”, celoteh Rendi sambil bekerja di kedai. Aku hanya tersenyum melihat tingkah anak anakku. Seandainya dari dahulu kita berkumpul seperti ini, pasti sangat menyenangkan. Tak ada guna semua disesali, mari kita menata hidup ke depannya.

Siska tahun ini melanjutkan pendidikan juga diperguruan tinggi, dengan jurusan akutansi melanjutkan jurusannya di SMK. Anak gadisku ini memang suka dengan angka angka dan hitung menghitung. Di kedai Siska adalah kasir, seorang kasir yang berbakat dan cermat, sangat jarang keliru dalam menghitung dan masalah uang kembalian. Tak terasa empat tahun sudah kami tinggal di rumah kontrakan. Sepanjang ini semuanya berjalan lancar dan kami lalui penuh kebahagiaan. Aku selalu mengajarkan anak anak mengamalkan sifat pemaaf. Jangan memelihara dendam dan sakit hati, belajarlah ikhlas, Tuhan saja maha pemaaf. Memaafkan segala kesalahan hambanya, bagi hamba yang benar benar kembali ke jalan yang benar. Aku mengerti yang dimaksud anak anak adalah Bima, mereka dendam, sakit hati dengan Bapaknya, karena hidupnya yang kacau balau. Hari harinya untuk menebak angka dan angka yang akan keluar nanti malam. Uangnya habis untuk taruhan yang tidak jelas. Kalau perut lapar baru teringat pulang,makan gratis di kafe. “jangan begitu Ryan, walau bagaimanapun tetap Bapak Ryan”. Jangan jadi anak durhaka, biarkan saja kita sekarang tidak kekurangan walaupun Bapak makan di kafe”. Ryan yang biasanya ribut kalau Bima ke kedai trus makan dan pergi lagi.

Yang ditunggu tunggu Rendi datang juga, panggilan untuk wawancara dari salah satu kantor BUMN. Wawancaranya harus hari ini, Rendi segera bersiap dan mohon doa restu kepada aku, nenek, dan adik adiknya. “sukses ya bang” teriak Ryan dan Siska. Dengan penuh harapan Rendi berangkat, kami iringi dengan doa semoga berhasil dan pekerjaan yang terbaik untuk Rendi.