# tantangangurusiana hari ke 86

Paginya aku tinggalkan Ryan di rumah sakit, badanku terasa tidak enak, kembung dan meriang. Aku pulang agar bisa istirahat sejenak, kalau tetap bertahan di rumah sakit, jangan- jangan aku yang ikut dirawat. Syukurlah sebelum aku pulang keponakan Bima datang, sekarang mereka berdua di rumah sakit. Bima sudah sadar sepenuhnya, aku mengambil keputusan kakinya harus diamputasi sudah aku jelaskan. Jawabannya hanya air mata dan penyesalan, “hidup tidak ada gunanya lagi, aku sudah cacat. “jangan berputus asa Pak, ambil hikmah dari kejadian ini.

Sesampainya di rumah, aku melihat Rully dan Willy tetap membuka kafe. Aku masuk dan langsung istirahat dan minta tolong kepada Willy membuat rebusan jahe dengan serei. Biasanya aku selalu minum setiap hari menjelang tidur, resep dari Dokter Zaidul Akbar ini alhamdulilah manjur untuk menyegarkan badan apalagi setelah begadang. aku terbangun hampir zuhur, aku bersyukur dapat istirahat dan badanku kembali segar. Siang itu Rendi menelpon, rupanya Rendi sudah dapat kabar dari Siska kalau Bima kecelakaan. Rendi menanyakan Apa dia harus pulang, aku putuskan saja, Rendi tidak usah pulang untuk saat ini. kita lihat situasi dulu, doakan saja Bapak agar cepat pulih dan bisa terima kenyataan tentang kondisinya saat ini.

Sepuluh hari dirawat, kondisi Bima jauh membaik, bekas operasinya juga hampir kering. Hari ini Bima sudah diperbolehkan pulang dan selanjutnya pengobatannya rawat jalan. Dengan bertopang dengan tongkat, Bima berjalan menuju mobil, kami meninggalkan rumah sakit pulang ke rumah. Sesampainya di rumah Ryan mengantar Bima ke kamar yang biasa dia tempati. “istirahat ya Pak, ini obat Bapak di letakkan di meja. Bima mengangguk, “maafkan Bapak ya Ryan,”, “iya Pak sudah Ryan maafkan”.