Elfida

Lahir di Pekanbaru, 20 Juni 1979. Menamatkan pendidikan dari SD sampai SMA di Pekanbaru selanjutnya kuliah di Universitas Riau, tamat tahun 2002. Riwayat...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ongah Sidun Dan Lintah Bertuah Part 3

Begitu sampan merapat ke tepian danau di belakang gubuknya, dengan terburu buru Ongah Sidun mengikatkan tambang sampan ke pohon Ketapang yang tumbuh tinggi menjulang di pinggir danau tersebut. Tampak pula di pohon Ketapang tersebut terikat sebuah keramba besar yang ikut bergoyang ketika Ongah Sidun merapatkan sampan ketepian danau tadi, di dalam terlihat banyak ikan besar yang melompat, karena terusik oleh kedatangan Ongah Sidun dan sampannya.

Begitu setelah yakin tambang sampan terikat sempurna ke pohon Ketapang, Ongah Sidun langsung menuju balai balai belakang gubuknya, dan langsung menghempaskan pantatnya kesebuah kursi rotan yang sudah tersedia disana. Diambilnya tembakau, yang terselip dipinggang, dan dilintingnya dengan daun jagung yang sudah kering, diselipkan dimulutnya sambil menyulutnya dengan korek api. Tampak banyak asap yang mengepul dari mulutnya.

Istrinya Ciek Piah, yang sedari tadi berada di perapian dapur, hanya bisa bingung sambil menyimpan seribu pertanyaan melihat tingkah suaminya yang tak seperti biasanya, tampak Ciek Piah sibuk menghembus api perapian dengan menggunakan saluong dari bambu. Asap mengepul kuat menyulut aroma wangi 3 ekor ikan kopiek berukuran besar yang berada diatas tungku perapian tersebut. Wanginya ikan Kopiek bakar tercium sampai ke depan warung dimana tampak disana sepasang suami istri, dan seorang laki laki paruh baya, sedang duduk di bangku panjang dari kayu, menghadap kesebuah meja kayu yang sama panjang dengan bangku yang didudukinya.

Sementara Ciek Piah, disibuk menyiapkan ikan kopiek bakar pesanan pelanggan, Ongah tampak sedang menyulut rokok tembakau kedua dimulutnya. Tatapan matanya kosong menghadap danau Suligi, pikirannya berkecamuk melamun, memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya.

Sudah hampir 15 tahun sejak pertama beladang dengan istrinya di sekitaran danau Hutan Suligi, belum pernah dia mengalami kejadian seperti tadi. Bahkan ketika itu belum ada satupun manusia yang lain kecuali dia dan istrinya yang berada di tepian danau ditengah rimba belantara Suligi ini. Teringat olehnya masa masa awal kenapa bisa meninggalkan kampung di kerajaan Rokan IV Koto. Betapa suksesnya dia di zaman raja Sutan Seri Alam, dia adalah saudagar kaya yang dikenal dermawan. Bahkan raja Rokan menganugerahkan gelar Datuk Elok Rang Kayu Godang karena menghormatinya. Semua masyarakat hormat dan takzim melihat kebaikannya. Di kota kerajaan dia sangat dihormati, apalagi di kampungnya di Pendalian.

Bersama beberapa saudagar lainnya dia adalah toke yang membeli karet hasil bumi masyarakat untuk dijual ke Bagan Siapi Api, dengan mengaliri sungai Rokan, dan menggunakan rakit kayu, selama tujuh hari tujuh malam barulah mereka sampai kemuara di kota Bagan yang menjadi sentral perdagangan ketika itu. Pulangnya dia memborong beberapa barang dagangan yang bisa dijual kembali ketika pulang.

Begitu hendak menyulut rokok tembakau yang ketika dimulutnya, sembari larut dengan nostalgia masa lalunya, tiba tiba dia dikagetkan oleh sesosok perempuan telah berdiri tepat di hadapannya...

Bersambung....

.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

15 Jun
Balas

Makasih, bunda

16 Jun



search

New Post