Elfiyon Julinit

Berbagi Setetes Perjalanan Humanis dan Filantropi. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
KISAH BUYA HAMKA TENTANG ANDUNG MUDO (NENEK MUDA)

KISAH BUYA HAMKA TENTANG ANDUNG MUDO (NENEK MUDA)

Tak pernah bosan bosannya saya membaca kisah andung mudo (nenek muda) yang dikisahkan oleh Buya Hamka itu. Setiap membolak balik halaman dari pasal demi pasal di Buku Mutiara Falsafah, karya beliau, tersenyum senyum saja membacanya.

Pernah sahabat mendengar kisah tentang Andung Mudo atau Nenek Muda?. Yaitu kisah tentang seorang dukun beranak atau "bidan kampung" yang selalu punya alasan melihat sisi baik dari setiap persoalan yang dihantarkan orang padanya.

Dari Buya Hamka saya antarkan kisah ini untuk sahabat semua.

Kata Buya, dulu pernah ada hikayat orang - orang tua. Semasa 30 tahun sebelum tahun 1956. Tentang seorang bernama Andung Mudo. Andung Mudo ialah seorang dukun beranak. Sudah tak berbilang lagi banyaknya perempuan beranak atau melahirkan yang ditolong persalinannya. Selain itu kerap kali pula ia dipanggil untuk mengobati ibu dan anak kecil yang sakit.

Sudah jadi adat kebiasaan orang orang dahulu. Ketika ia datang tentu diberi makan. Kadang makanan itu tidak cukup lengkapnya, ada terasa kekurangan garam atau kelebihan. Maka meminta maaflah orang yang berobat itu kepadanya.

"Maafkanlah Andung, gulai kurang garam, tergegas saja tadi membuatnya"

"Dengan senyum dia menjawab : Tidak mengapa kurang garam, tidak ganjil lidah menerima".

Sekali waktu meminta maaf pula orang padanya. "maafkanlah andung, gulaiku terasa asin, terdorong banyak memasukan garam, maklum si Upik yang mengerjakannya tadi".

Dengan senyum beliau menjawab, "Baik benar gulai ini banyak garamnya. Baru sedikit kita makan sudah terasa".

Seseorang minta maaf pula, : "Maafkan andung, nasi kami lembik. Terlalu banyak air tadi, sehingga tidak terburu mengurangi".

Dengan tersenyum Andung Mudo menjawab, : Baik juga nasi lembik, tidak lama gigi mengunyahnya".

Seseorang pula meminta maaf, : "Maafkanlah hamba Andung, nasi hamba terlalu saring. Kurang air dan tidak terburu menyuruti api,"

Dengan tersenyum beliau menjawab :" Baik benar nasi saring itu. Dua kali perut kenyang jadinya. Pertama ketika ia masuk mulut, kedua kembang pula dia sekali lagi lantaran panas dalam perut,"

Suatu saat ada pula seorang perempuan bertanya obat pada Andung Mudo kalau anaknya penangis malam. Andung Mudo menjawab, jangan kau susah kalau anakmu penangis malam, itu tanda badannya akan lekas kembang. Bukankah gerak tangan dan gerak kaki itu senam juga. Dan pemaling takut mendekati rumah yang ada anak penangis.

Kisah Andung Mudi ini terasa bukan kisah sembarang kisah. Kisah yang punya pesan luar biasa. Pesannya adalah tentang bagaimana hidup itu jangan hanya susahnya saja yang dikaji dan dipikirkan. Jangan hanya duka citanya saja yang diratap ratapi. Sebagaimana orang berniaga atau berdagang, jangan hanya ruginya saja yang disebut sebut tapi untung yang banyak tak terdengaran. Rugi ini rugi itu. Sedangkan rumahnya tambah besar, emas simpanan makin berbungkal tak ia ingat.

Kisah bagaimana kita menempatkan diri agar selalu mengambil sisi sisi baik dalam mendapatkan setiap cobaan. Karena dalam setiap sesuatu apapun pasti ada hal baiknya. Dimana ada racun, disitu ada obat penawarnya, di mana ada sengat di sana ada madu yang mujarab luar biasa. Dimana ada kesulitan selalu ada bersamanya kemudahan ikut serta.

Jadi tak pantaslah kita sedikit sedikit mengeluh. Sedikit sedikit lekas berputus asa dengan ujian yang sebenarnya kecil saja. Baru sedikit diberi cobaan seakan merasa bumi sudah terban, langit sudah terasa mau runtuh. Rasa tak kuat lagi hidup dan habis punah rezeki. Padahal bumi masih terkembang, langit masih menaungi. Matahari masih bersinar dan angin masih terasa.

Semacam orang kehilangan selembar uang. Lolongnya sangat kekurangan. Padahal masih banyak uangnya yang tinggal dipeti daripada yang pergi. Tak dia syukuri. Seumpama orang enggan keluarkan zakat. Bilanganya lebih banyak yang tinggal daripada yang dikeluarkan. Tapi karena tamak dan loba terasa beratlah hati mengeluarkannya. Semakin lama semakin banyak. bertambah berat hati mengeluarkannya.

Jadilah orang yang selalu merasa beruntung. Sebagaimana pedagang terbakar kedainya. Dia berkata, untung satu toko terbakar, tidak kedua duanya. Untung anak anak bini selamat. Tertabrak kendaraannya, iapun berkata, untung hanya rusak, badan selamat dari binasa. Untung dalam segala hal. Jiwa yang tak pernah rugi ruginya.

Begitulah terlebih tekurang kisah tentang Andung Mudo saya sampaikan. Dari kisah Buya Hamka Allahuyarham saya nukilkan. Semoga kita dapat mengambil hikmah pelajarannya. Menjadi orang yang selalu beruntung sepanjang hidup. Wallahu alam bishawwab.

Elfiyon Julinit

November 2024, Salam Filantropi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post