Setiap bulan Ramadhan di kampungku ada berbagai perlombaan mulai dari tingkat anak-anak sampai dewasa. Perlombaannya berkaitan dengan bidang keagamaan. Ada cerdas cermat, pidato, hafalan Qur’an dan MTQ. Awalnya aku belum berminat untuk ikut hal-hal tersebut, tetapi cerita ibu tentang saat ia memperjuangkan anak saudaranya yang ikut sampai berhasil juara, aku jadi semangat.

Ketika berusia 10 tahun, aku beranikan diri ikut. Disetiap surau atau langgar yang mengadakan kegiatan tersebut aku ikut. Tapi untuk di Mejid, belum berani karena banyak hebat. Satu pesan ibu, sebelum naik mimbar, bayangkan semua orang yang dibawah itu kecil. Semua itu kata ibu agar diri kita jadi berani. Ternyata manjur juga ajaran ibuku. Aku bisa melewatinya tanpa ada rasa gugup. Akhirnya aku berhasil meraih peringkat 2. Awalnya tak terima, karena ternyata lawanku seharusnya masuk kategori remaja bukan anak-anak lagi. Ibu kembali memberi semangat, tahun depan kita ikut lagi. Insya Allah anak ibu juara 1.

Aku pulang dengan bahagia, berlari-lari sambil menguncang-nguncang. Ibu kok bunyi? Kataku. Hati-hati nak, nanti pecah, kata ibu. Sesampainya di rumah aku langsung buka hadiah itu. Ternyata yang aku dapatkan jam beker yg ada gambar ayam didalamnya dan sebuah kain sarung.

Semoga selalu menjaga waktu ibadah ya nak, itu ucap kedua orang tuaku. Aamiin Ya Allah.

#Tantangan Gurusiana hari Ke-2