Liburan lebaran kali ini saya dan keluarga menghabiskan waktu di kampung halaman orangtua. Kampung halaman orangtua terletak di Kabupaten Madina (Mandailing Natal) tepatnya di Desa Manambin.

Daerah ini sangat sejuk dan nyaman. Maklumlah jauh dari kota bahkan signal internet tak terjamah di desa ini. Bablas saja saya putus koneksi dengan komunitas sosial di dunia maya.

Hal lainnya yang berbeda dengan daerah kota adalah cara masyarakat memasak makanan. Pada umumnya masyarakat desa masih menggunakan kayu atau ranting-ranting kayu yang dibakar untuk memasak berbagai makanan. Katanya makanan akan terasa lebih enak, harum, dan gurih jika memasak menggunakan kayu bakar.

Waduhhh, menurut saya malah sangat merepotkan. Mata berair, baju kotor, tak jarang abu abu sisa pembakaran malah beterbangan mengotori dapur. Lain lagi control api yang sangat sulit. Salut untuk ibu-ibu desa yang dengan sabar dan tekun mengutak-atik kayu bakar meski peluh bercucuran, mata berair serta panasnya bara api dengan telaten memasak menggunakan kayu bakar.

Untung saja di rumah Bunde (sebutan untuk adik perempuan ayah=Tante) sudah memiliki rice cooker dan kompor gas. Jadi proses memasak ala kota bisa saya laksanakan. Alat-alat ini digunakan khusus saat ada tamu yang datang dari kota. Jadi saat Bunde memasak makanan tertentu menggunakan kayu bakar, maka saya asik dengan kompor gas. Nah, suatu pagi yang dingin saya pun menanyakan perihal alasan bunde tidak menggunakan kompor gas untuk memasak. Jawabannya simpel "kurang enak".

Sungguh liburan lebaran yang seru. Keseruan lebih terasa karena saya dapat berbagi cerita lewat blog gurusiana.