Eliana Safitri lubis

Assalamualaikum wr.wb. Salam kenal sebelumnya dengan sahabat-sahabat guru se-Indonesia. Saya Eliana Safitri Lubis, S.Pd. Lahir di Medan. Menamatkan kuliah tahun...

Selengkapnya
Navigasi Web
Biarkan Aku Jatuh Cinta (2)

Biarkan Aku Jatuh Cinta (2)

Dengan langkah gontai aku keluar dari kantor sambil memegang surat pemanggilan orang tua. Hatiku gundah gulana. Aku sangat cemas. Apa kata Bapak nanti. Apakah dia bisa memahami penjelasanku. Dan ibu...Ahh sepertinya aku tak sanggup menatap wajah ibu. Ibulah orang yang paling dekat dengan pacarku alias guruku ini. Apakah ibu juga memahamiku atau ah, entahlah. Aku harus jalani semuanya. Aku harus tahu apa yang mereka pikir tentang aku. Apa salahnya coba jika aku menyukai guruku. Dia juga menyukaiku. Pria lajang yang kebetulan menjadi guruku. Guru matematikaku.

Siang itu dalam perjalanan pulang di bus kota ini. Aku teringat pertama kali aku berjumpa dengan beliau. "Perkenalkan nama saya Bobby, saya akan mengajar mata pelajaran matematika di kelas ini. Jangan sungkan bagi siapa saja yang masih belum memahami tentang materi yang saya sampaikan di dalam kelas boleh menanyakan materi tersebut pada saya di mana saja." ujarnya saat perkenalan awal semester dua. Saat itu Pak Bobby adalah guru baru menggantikan Pak Andi yang kebetulan harus resign karena akan melanjutkan studinya di luar kota. Tak ada yang spesial pada perkenalan itu. Biasa saja. Perawakannya juga sederhana seperti guru kebanyakan. Menggunakan kaca mata. Berkulit sawo matang dan tinggi yang standar. Jauh dari kesan tampan. Lantas apa yang membuat aku menyukainya. Kupikir karena kecerdasannya. Ya, aku suka sekali caranya menerangkan rumus-rumus, melogikan angka, dan memecahkan setiap permasalahan dalam matematika. Matematika dulu adalah pelajaran yang membuatku pusing. Apalagi kalau sudah mengingat rumus. Ada saja yang membuat hitunganku salah. Satu, dua, tiga siswa beberapa kali datang menjumpai Pak Bobby. Lambat laun Pak Bobby dekat dengan siswa. Banyak siswa yang mengidolakannya. Termasuk aku. Beberapa kali aku belajar matematika dengan beliau di luar kelas. Kadang kami di kantin, ruang guru, di koridor bahkan di taman sekolah. Pernah beberapa kali aku hanya berdua saja dengannya. Apalagi menjelang UN kemarin aku semakin getol belajar dengan beliau. Kami juga sering berdiskusi tentang pelajaran lain seperti IT, dan bahasa Inggris. Dia menghipnotis ku dengan caranya menjelaskan. Guru yang smart. Yah, Aku suka kecerdasannya. Entah mengapa sejak proses kedekatan melalui belajar itulah aku merasakan sesuatu yang berbeda dengannya. Ada perasaan gelisah, bahagia, cemas dan sebagainya yang kurasakan saat-saat itu.

UN semakin dekat, perasaan juga semakin tak karuan. Seminggu sebelum UN, siang itu kuberanikan diri menjumpainya di kantin. Aku tak sanggup menahan perasaan ku lagi. Kukatakan padanya bahwa aku menyukainya. Menyayanginya. Anak SMP yang jatuh cinta. Responnya tak baik. Dia tertawa dan mengatakan aku anak kecil. Berbagai petuah disampaikannya padaku. Sama sekali dia tak memiliki perasaan padaku. Aku yakin aku cantik. Mengapa fisikku tak mampu mengikatnya. Benarkah aku masih kecil? Aku ingin dia cintaiku juga. Aku tak boleh menyerah. Aku harus buktikan bahwa aku benar-benar cinta.

*Bersambung.....

Edisi belajar membuat cerpen....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post