DEN TAKANA JO KAMPUANG
DEN TAKANA JO KAMPUANG
Penulis: Elida Sustia
Sekitar dua bulan yang lalu Sania merantau ke Jakarta dengan harapan untuk menjadi guru, kerana info dari tantenya yang di Jakarta kalau sekolah TK dekat rumahnya membutuhkan guru, karena salah satu gurunya keluar karena melahirkan.
Tak disangka ternyata beberapa hari sampai di Jakarta ada bencana pandemi covid-19 sehingga sekolah diliburkan atau belajar dari rumah dengan istilah Pebelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan bekerja dari rumah Work Form Home (WFH).
Karena PJJ dijadwalkan per dua minggu tentu Sania masih berharap tetap bisa bekerja atau mengajar di TK yang dimaksud. Ternyata terus diperpanjang hingga akhir Mei 2020.
Semula Sania tenang-tenang saja, namun setelah satu bulan di Jakarta, dia mulai rindu dengan bapak ibu dan adik-adiknya di kampung. Dan sering menangis saking rindunya ingin bertemu keluarga.
Dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), membuat penerbangan juga dihentikan. Akhirnya tanpa sepengetahuan tantenya tempat ia tinggal, dia menjual cicin yang dia pakai yang juga merupakan harta satu-satunya yang bisa dijadikan uang untuk membeli tiket pesawat. Padahal tentenya sudah menawarkan untuk membeli tiket pesawat sebelum diberlakukan PSBB
Merasa tidak yakin kalau ada pembatasan penerbangan, dia coba secara diam-diam membeli tiket pesawat online. Harga tiket lebih mahal disbanding sebelum PSBB. Karena kerinduan untuk pulang yang sudah tidak bisa ditunda lagi. Maklum baru pertama merantau ke Jakarta.
Mungkin inilah lagu yang cocok untuk menggambarkan keadaan suasana hati Sania
Kampuang nan jauh di mato
Gunuang Sansai Baku Liliang
Takana Jo Kawan, Kawan Nan Lamo
Sangkek Basu Liang Suliang
Panduduknya nan elok
Nan Suko Bagotong Royong
Kok susah samo samo diraso
Den Takana Jo Kampuang
Takana Jo Kampuang
Induk Ayah Adik Sadonyo
Raso Maimbau imbau Den Pulang
Den Takana Jo Kampuang
Lirik lagu Kampuang nan jauah dimato ini, diyakini sudah mendarah daging bagi setiap orang yang lahir di Sumatera Barat. Bahkan ada pameo mengatakan :"Jangan sebut diri anda :"orang Padang" bila anda tidak hafal lagu : "Kampuang nan jauah dimato "yang dipopulerkan oleh Oslan Husein. Pria ini lahir dan dibesarkan di Padang dan meninggal di Jakarta,dalam usia yang masih muda,yakni 41 tahun.
Makna dan Arti Lagu Kampuang Nan Jauh di Mato :seseorang yang teringat pada kawan-kawan, kampung halaman, ayah dan ibunya, dan ia merindukan itu semua.
Pagi-pagi sekitar jam 08.00 Sania diantar saudaranya sudah berangkat ke Bandar Halim Perdana Kusuma padahal tiket keberangkatan jam 13.45, semua barang sudah dikemas dan masuk kopor yang baru dibeli termasuk oleh-oleh untuk keluarga di kampung. Tapi apa daya sesampai di bandara Halim Perdana Kusuma disambut oleh petugas bandara dan menyatakan bahwa tidak ada penerbangan, dan penerbangan akan dibuka tanggal 10 Mei 2020 itupun dari bandara Soekarno Hatta.
Akhirnya kerinduan Sania untuk bertemu dengan keluarga di kampung harus ditahan. Kalaupun dibuka penerbangan tanggal 10 Mei, hanya untuk penumpang yang berkepentingan dinas dan harus ada surat dari atasan, disamping itu juga harus ada surat keterangan pemeriksaan rapid test untuk memastikan penupang negative Covid.
Tulisan ini saya tujukan untuk yang rindu kampung halaman.
Jakarta, 7 Mei 2020
#tantangan menulis gurusiana
#tantangan menulis hari ke - 27
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tambah asik aja dibacanya nih .... selamat ya ketularan virus, ati2 ga bisa sembuh!
Pak ketua terimakasih sudah menularkan ilmunya
Semakin mendamam rindu jo kampuang bu. Kok ado kampuang rambutan, tapi ndak ado kawan ketek dulu doh.
ya bana Pak Deni. Smg pandemi covid ko capek berlalu buliah awak bisa pilang kampuang
orang sumbar pinter2 nulis ceritanya TOP bu
Bisa aja bu Cucu kita sama2 belajar bu Cucu
Simpan sajo dulu taragak jo kampuang tuu Bu Elida... kalau corona udh berlalu nanti 'wak palapeh' plg kampuang...
yo bu Rifni uang tidak bisa kembali tapi tiketnya bisa rescedule
awak ado nan dekek rumah namonyo kampuang baru pak Deni