Peradaban yang Dibangun Seorang Ibu
Ana madinatul ‘ilmi wa ‘aliyun babuha.
Kata tersebut sangat tepat untuk menggambarkan sosok Rasulullah SAW. Tepat tanggal 12 Rabi’ul Awwal yang merupakan hari kelahiran Sang Rasul, sejak saat itulah peradaban di muka ini berubah. Rasululullah SAW. adalah teladan yang paling utama, sesuai dengan ayat pertama yang diturunkan kepada Beliau dalam surat Al-‘alaq yaitu Iqra, yang artinya bacalah. Perpustakaan adalah gudang ilmu, buku adalah jendela dunia dan bagaimana pun juga terkait dengan Rasulullah SAW. sebagai simbol dari ilmu itu sendiri, dan membaca adalah kuncinya. Kunci ini bisa membuka pintu ilmu tersebut. Jika ingin melihat pribadi Sang Rasul, maka Sayyidina Ali bin Abi Thalib berada di barisan paling depan. Ada satu syair yang berbunyi, Ana madinatul ‘ilmi wa ‘aliyun babuha, Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA. merupakan saksi perjuangan Sang Rasul. Bahkan beliau adalah sosok pertama dari kalangan pemuda yang termasuk golongan Assabiqunal awwalun yaitu orang-orang yang pertama masuk Islam.
Pada hari inipun, tanggal 08 Oktober 2022 bertepatan dengan hari Maulid Nabi Muhammad SAW., saya diundang oleh ibu-ibu pengajian untuk mengisi tausyiah di Majlis Ta’lim Nurul Ikhlas, Cibeber. Sungguh, keberkahan dan amanah yang luar biasa. Saya yang sehari-harinya sebagai guru eksak dipercaya untuk menyampaikan keteladanan-keteladanan yang ada pada diri Rasulullah SAW. Di kelas, memang saya terbiasa menyampaikan kutipan ayat al-qur’an atau hadits yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas pada saat itu. Hal ini saya lakukan, agar dengan mempelajari ilmu pengetahuan alam berharap akan menambah rasa syukur dan keimanan kita kepada Allah, sang Pencipta Alam sebenarnya.
Peringatan Maulid Nabi tersebut memiliki tema “Optimalisasi Peran Ibu dalam Membentuk Karakter Anak yang Waladun Sholihun”, berat sekali memang. Mengingat saya pun seorang ibu yang memiliki cita-cita yang sama untuk membentuk karakter anak yang baik dan sholih. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dengan sosok ibu yang berkualitas ia akan mampu melahirkan generasi yang hebat, membangun peradaban yang mulia dan menciptakan perpustakaan-perpustakaan berkualitas di sekitar anak, sehingga lahirlah kota ilmu-kota ilmu baru di dalam rumah tangga.
Pemahaman inilah yang saya sisipkan di dalam tausyiah. Seorang ibu yang tidak pernah berhenti belajar, selalu mengikuti perkembangan zaman dan mendidik anak sesuai zamannya, yaitu sesuai dengan kodrat keadaanya baik itu kodrat alam maupun kodrat zamannya. Jika seorang ibu memiliki landasan yang kokoh, ia akan membangun sebuah pondasi peradaban yang kuat. Jangan sampai karena saking sayangnya ia kepada anak-anaknya malah ia yang menjeremuskan anaknya ke dalam pusaran kegelapan. Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa setiap bayi yang terlahir dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah); maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nashrani atau Majusi.
Di Akhir sesi, saya hadiahkan sebuah buku karya Gurusianer hebat di Media Guru dengan judul “Warna Kasih Ibu”, kepada ibu-ibu yang berani tampil paling depan untuk membangun sebuah peradaban baru. Insyaa Allah, dengan buku yang berkualitas pula akan memotivasi para Ibu untuk rajin membaca dan menjadi inspirasi dalam pola mendidik generasi penerus bangsa yang luar biasa hebat ini. Wallohu’alam bisshowab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ulasannya bunda