Aku Bukan Anak Bodoh (Eps 3)
(Tantangan menulis hari ke-5)
Renata tersenyum dan mengangguk kepada Bu Hani. Ia pandangi nilai ulangannya ada nilai 85 di sana. Semoga ayah dan ibu senang melihatnya seperti Bu Hani barusan, batinnya.
Hari berganti hari ternyata nilai Rena yang bagus tidak bertahan lama. Ulangan berikutnya nilai Renata kembali seperti semula, tidak lebih dari 50. Sikap Rena pun tak ada perubahan malah semakin pendiam tidak ada keceriaan di wajahnya layaknya anak-anak yang lain. Diapun tak mau bergaul dengan kawan-kawannya. Sehingga tak jarang iya menjadi bahan olok-olok temannya.
Seperti kali ini ketika ia mendapat nilai ulangan 20 kembali ia mendengar bisi-bisik teman-teman di belakangnya. "Rena semakin hari semakin bodoh ya", "eh lihat Rena sekarang jadi anak bodoh ya" dan bla bla bla..
"Rena" panggil Bu Hani ketika Rena sedang duduk-duduk di bangku taman. Rena terlonjak kaget kenapa bisa ada Bu Hani disini.
Rena memandang Bu Hani dengan cemas karena hari ini dia tidak langsung pulang ke rumah. Tetapi malah mampir ke taman dan duduk merenung di bangku taman. Beberapa hari ini memang Rena sering pulang telat. Ia pulang sekolah tak langsung pulang lebih sering mampir ke taman faforitnya ini. Ia lebih nyaman di sini dari pada di rumah.
Bu Hani memarkir sepeda motornya dan berjalan menuju ke tempat Rena duduk.
"Boleh ibu duduk di sebelah kamu Ren?"
"Silahkan Bu!" Jawab Renata sambil menundukkan kepala ia takut menatap Bu Hani.
Rena yakin kali ini pasti Bu Hani kecewa dan akan marah-marah kepada nya.batin Renata.
"Maaf Bu Rena Ndak langsung pulang ke rumah" ujar Rena masih dengan kepala menunduk, suaranya lirih dan gemetar, menandakan ia benar-benar merasa takut dan merasa bersalah.
"Rena suka duduk-duduk di sini ya?" Alih-alih marah, Bu Hani malah bertanya dengan nada lembut. Rena sontak menolehkan kepalanya untuk memandang Bu Hani. Ada senyum dan keramahan di wajah Bu Hani tidak ada tanda-tanda kemarahan di wajahnya seperti yang ia cemaskan.
"Sewaktu sekolah dulu Bu Hani juga sering duduk-duduk di sini, bahkan sering ngerjakan pr disini. Bu Hani suka bunga-bunga dan tanaman yang rindang. Rasanya membuat hati senang dan tenang. Sampai sekarang jika Bu Hani sedih juga melakukannya" cerita Bu Hani sambil memandangi taman sekitar lalu memandang Rena denga senyum ramahnya. Renata membalas senyum Bu Hani sedikit demi sedikit rasa cemas dan takutnya mulai menguap.
Bu Hani kali ini berbeda. biasanya di sekolah jika ada yang melakukan kesalahan pasti ditegur dan di nasehati tak jarang juga sering memarahi kami. Kenapa kali ini Bu Hani baik banget ya. Batin Renata
"Renata kok melamun" tanya Bu Hani
"Eh Ndak Bu, Renata dengerin ceritanya Bu Hani kok"
"Rena biasanya pulang jam berapa dari sini"
"Kadang jam 1 kadang jam 2 siang Bu"
"Memang Rena ndak di marahi ayah ibu kalau pulangnya telat"
Rena tersenyum getir dan menggelengkan kepala.
"Kalau ibu dulu, sering di cariin ibunya Bu Hani lo, karena diam-diam pergi ke taman sendiri. Kalau sudah ketemu atau pas sampai pulang, di rumah mesti di omeli dan kata ibu nya Bu hani, Hani kalau kamu main sendiri di taman nanti kamu bisa-bisa di culik sama orang,, hahaha" Bu Hani bercerita sambil menirukan gaya ibunya lalu tertawa.
Karena ekspresi Bu Hani yang lucu, Renata ikut tertawa mendengar cerita bu Hani.
Akhirnya aku bisa melihat wajah ceria Renata. Batin Bu Hani.
"Kalau ibunya Rena Gimana?"
Mimik wajah Renata langsung berubah 180 derajat. Wajah ceria tadi tiba-tiba lenyap berganti dengan wajah murung seperti biasanya. Rena menggeleng dan menundukkan kepalanya.
"Pasti ibunya Rena juga camas kalau Rena Ndak langsung pulang ke rumah. Kadang kita sering salah mengartikan. Ketika orangtua marah sebenarnya meraka sangattt sayang kekita. Cemasnya meraka karena kawatir terjadi apa-apa ke kita"
"Hiks hiks" tiba-tiba Rena menangis terisak butir-butir air matanya menetes kepangkuannya, dia menahan tangisnya dan menyeka air matanya agar tak terlihat oleh Bu Hani.
Tiba-tiba Bu Hani memeluk Rena. Ia mengusap-usap punggung Rena dengan rasa sayang untuk menenangkannya.
"Menangis lah nak jangan di tahan. Bu Hani sekarang menjadi teman Rena. Bu Hani tidak akan marah" ucap Bu Hani dengan lembut. Tangis Rena semakin kencang. Punggungnya berguncang karena tangisnya. Bu Hani masih memeluk Rena dengan lembut. Sesekali menepuk-nepuk punggungnya.
Akhirnya aku bisa melunakkan hati Renata. Batin Bu Hani merasa lega.
Bersambung,,
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Renata?
Apakah Bu Hani bisa membuat Renata kembali menjadi anak yang ceria dan pintar seperti di kelas sebelumnya?
Nantikan cerita kelanjutannya ya!!
Surabaya, 19 Januari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar