Elis Setyowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Bukan Anak Bodoh (Eps 4)

Aku Bukan Anak Bodoh (Eps 4)

Tantangan menulis hari ke-7

Tiba-tiba Bu Hani memeluk Rena. Ia mengusap-usap punggung Rena dengan rasa sayang untuk menenangkannya.

"Menangis lah nak jangan di tahan. Bu Hani sekarang menjadi teman Rena. Bu Hani tidak akan marah" ucap Bu Hani dengan lembut. Tangis Rena semakin kencang. Punggungnya berguncang karena tangisnya. Bu Hani masih memeluk Rena dengan lembut. Sesekali menepuk-nepuk punggungnya.

Akhirnya aku bisa melunakkan hati Renata. Batin Bu Hani merasa lega.

Bu Hani teringat kejadian tadi pagi

Ketika nilai Renata kembali menurun. Ia berfikir keras untuk bisa menyelesaikan masalah Rena. Bu Hani membuka catatan nilai rena di rapor. Hampir semua nilai rapornya di atas 90 di catatan guru pun tertulis kalau Rena anak rajin dan giat belajar.

Mengapa berbeda sekali dengan nilai dan sikapnya sekarang. Lantas Bu Hani bergegas menemui Bu Ida guru Rena di kelas sebelumnya.

Bu Hani bertanya tentang sikap dan nilai Rena di kelas sebelumnya.

"Rena di kelas 4 dulu anaknya pintar Lo Bu Hani. Mangkanya saya kaget dengan cerita Bu Hani kalau Rena sekarang nilai-nilainya jelek. Dia dulu anak yang ceria dan suka bergaul. Cuma memang mendekati kenaikan kelas ia agak berubah. Sudah mulai sering melamun cuma tidak separah sekarang." Kata Bu Ida menjelaskan ke Bu Hani

"Iya Bu Ida saya juga bingung. Sudah berbagai cara saya coba untuk mencari tahu penyebabnya tetapi hasilnya nihil. Beberapa hari yang lalu saya coba memanggil orangtuanya ternyata sampai sekarang tidak datang."

"Coba ditelfon lagi saja Bu Hani. Di tanyakan bisa ke sekolah apa tidak."

"Iya Bu Ida terimakasih"

Bu Hani senang hati ini orangtua Rena berjanji akan datang ke sekolah.

"Assalamualaikum"

"Waalkmslam, "

"Bu Hani saya ibu renata" kata ibu renata sambil menjabat tangan Bu hani

"Masuk silahkan duduk ibu nya renata", oh iya ayahnya mana"

"Mungkin sebentar lagi sampai Bu" betul saja tak lama ayahnya Rena datang.

"Begini bapak ibu. Apakah bapak ibu melihat perubahan Rena selama di kelas 6 ini"

"Perubahan seperti apa ya Bu Hani" ayahnya Renata bertanya pemasaran

"Sikap dan nilainy Rena di kelas 5 ini sangat jauh berbeda dengan di kelas 4 dulu. Rena yang sekarang adalah Rena yang pendiam, suka murung dan tidak mau bergaul dengan temannya. Nilainyapun selalu di bawah 50" Bu Hani menjelaskan

Ayah Renata terlihat kaget lalu menoleh ke ibunya Renata" bener ma, Rena seperti itu!! Hah kenapa mama gak pernah cerita kepadaku!"

"Aku juga gak tau pa tiap pulang kerja aku sibuk ngerawat adeknya Rena, belum lagi ngurusi pekerjaan rumah."

"Dari awal saya kan sudah bilang biar Rena ikut saya! Ini hasilnya kalau Rena ikut mama tidak teru urus!" Bentak ayah Rena ke ibunya rena.

"Apa papa menyalahkan saya!, Papa kemana saja selama ini? Apa pernah menengokin Rena!" Ibu Rena tak kalah emosi.

Brakkk!!

"Sudah bapak ibu! Tolong hargai saya" kata Bu Hani yang tiba-tiba menggebrak meja dan berdiri sambil memandang nanar ke arah ayah ibu Rena secara bergantian. Seketika ayah dan ibu Rena kaget dan terdiam"

"Maafkan kami bu'kata ayah rena

"Saya tidak tahu masalah apa yang terjadi pada keluarga anda! Tetapi intinya saya memanggil anda berdua untuk mencari tahu penyebab perubahan Rena. Jadi saya mohon kubur dulu ego kalian. Mari kita duduk bersama dengan kepala dingin untuk mencari solusi membantu Rena menjadi Rena yang dulu!.

" Bapak ibu jika ini kita biarkan maka akibatnya bisa fattal. Rena akanenjadi anak yang terpuruk bahkan bisa depresi karena masalah keluarga kalian."

"Lalu kami harus bagaimana Bu?" Tanya ibu Rena

"Jujur memang selama ini ketika awal saya dan ayah Rena mulai ada masalah dan akhirnya berpisah saya jarang sekali memberi perhatian ke Rena. Saya mengaku jika saya salah. Beberapa hari yang lalu Rena pernah menunjukkan nilai ulangan hariannya ketika saya pulang kerja. Jujur waktu itu saya capek sekali sehingga saya tidak menanggapi curhatan rentaa."

Ibu renata bercerita sambil matanya berkaca-kaca nampaknya ia mulai menyadari kesalahannya.

"Saya juga Bu. Semenjak kita berpisah beberapa bulan yang lalu. Nampaknya saya terlalu egois saya jarang sekali memberi perhatian ke Renata. Hanya sesekali menanyakan kabarnya tanpa menjenguknya." Kata ayah Rena.

"Syukurlah jika kalian menyadari kesalahan masing-masing. Mari kita selamatkan masa anak-anaknya Renata dengan memberikan perhatian kepadanya."

Bersambung,,

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post