Elis Setyowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Aku Bukan Anak Bodoh (Eps 5, Tantangan menulis hari ke 9)

Aku Bukan Anak Bodoh (Eps 5, Tantangan menulis hari ke 9)

Ibu renata bercerita sambil matanya berkaca-kaca nampaknya ia mulai menyadari kesalahannya.

"Saya juga Bu. Semenjak kita berpisah beberapa bulan yang lalu. Nampaknya saya terlalu egois saya jarang sekali memberi perhatian ke Renata. Hanya sesekali menanyakan kabarnya tanpa menjenguknya." Kata ayah Rena.

"Syukurlah jika kalian menyadari kesalahan masing-masing. Mari kita selamatkan masa anak-anaknya Renata dengan memberikan perhatian kepadanya."

"Jadi saya harap untuk sekarang bapak ibu fokus memberikan perhatian ke Renata. Sambil lalu jika memang bapak ibu sudah yakin dan mantap berpisah sampaikan ke Renata pelan-pelan. Dan mohon meski berpisah tetap berikan perhatian kepadanya. Bagaimanapun juga Renata berhak mendapatkan kasih sayang anda berdua". Tambah Bu Hani

"Baik Bu kami akan berusaha untuk memperbaiki sikap kami untuk kembali memberikan perhatian kepada Renata". 

"Baiklah jika begitu kita lihat perkembangan Renata 1-2 Minggu ke depan. Jika ada apa-dengan Renata mohon saya dikabari."

"Baik Bu kami pamit dulu" ayah dan ibu renata berpamit pulang. 

Ibu renata kembali ke kelas. Ada perasaan lega pada dirinya setidaknya orangtua Renata mau memperbaiki sikap mereka. Semoga Renata bisa segera kembali menjadi Renata yang ceria dan pintar seperti sebelumnya.

Bu hari bersiap-untuk pulang. Tiba-tiba hp nya berbunyi terlihat di layar kaca ibu renata memanggil.

"Hallo assalamualaikum"

"Waalkmslam, Bu Hani mohon maaf mengganggu, Renata sudah pulang sekolah belum ya"

"Anak-anak sudah pulang jam 12 tadi Bu. Memang ada apa?"

"Ini sampai jam segini Rena belum sampai rumah bu, apa mungkin sedang bermain di sekolah ya,?.

"Saya coba cari di lingkungan sekolah ya Bu, mohon jika Rena sudah sampai rumah saya segera di kabari nggih.'

"Baik Bu Hani, terimakasih banyak atas bantuannya."

"Sama-sama,"

Bu Hani segera mencari Rena di lingkungan sekolah hasilnya nihil. Dia mencoba mencari dilingkungan sekitar dengan mengendarai motornya.

Bu Hani berkeliling komplek, matanya menengok ke kanan dan ke kiri dengan jeli hasilnya masih nihil. Tak lama sampailah iya di taman komplek perumahan. Matanya mimindahi selururuh taman ahkirnya pencariannya tak sia-sia. Ia melihat renata sedang duduk sendiri di kursi taman sambil melamun.

Flas back off

Tangis Renata mulai mereda. 

"Renata bisa bisa cerita ke Bu Hani lo. Tentang apapun kan Bu Hani sekarang teman Rena"

Renata merapikan rambutnya dan menghapus sisa-sisa air matanya.

"Renata sedih Bu" 

"Sedih kenapa nak?" Meski Bu Hani sudah mengetahui permasalahan Rena tetapi Bu Hani ingin mendengar langsung dari mulut Renata. Setidaknya agar Renata bisa mengeluarkan seluruh kesedihannya.

"Ayah sama ibu sudah tidak sayang lagi sama Rena Bu. Beberapa waktu yang lalu mereka bertengkar ayah dan ibu saling membentak. Lalu tak lama ayah keluar dari rumah. Dan tidak pulang lagi. Setiap Rena tanya ke ibu tentang ayah ibu selalu marah-marah. Rena kangen ayah. Rena ingin ayah pulang Bu. Hiks hiks" Rena kembali menangis sesegugukan. Bu Hani dengan lembut merangkul pundak rena.

"Dulu ketika bersama ayah dan ibu selalu bahagia. Selalu perhatiin rena. Bahkan mereka selalu senang lihat nilai-nilai Rena yang bagus. Tidak jarang mereka memberi hadiah ke Rena jika Rena dapat juara kelas. Rena ingi ayah ibu seperti dulu Bu" telapak tangan Rena menutup mukanya dan ia kembali menangis. 

"Rena terkadang keinginan orangtua tak seperti yang kita inginkan. Ketika mereka memutuskan berpisah pasti ada sebabnya. Tugasnya Rena harus tetap jadi anak yang baik."

" Tapi Bu Rena sedih."

"Ibu paham. Pasti sangat sedih ketika tidak dapat perhatian dari orangtua. Seandenya jika ayah dan ibu sayang ke Rena seperti dulu. Rena mau janji ke Bu Hani gak kalau ceria dan semangat lagi seperti dulu"

"Iya Rena janji Bu. Rena juga ingin ayah dan ibu seperti dulu."

"Tugas Rena sekarang banyak-banyak berdoa ya biar orangtua Rena kembali seperti dulu."

"Ayo ibu antar pulang"

"Tidak usah Rena bisa pulang sendiri Bu."

" Tidak baik menolak pertolongan orang lain"

"Baiklah Bu Rena mau di antar"

Bu Hani mengantar Rena hingga didepa gerbang rumahnya. 

Bersambung,, Bu
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi pembelajaran buat kita orang tua.. salam kenal bun..

25 Jan
Balas

Iya bettul Bun,, dan selalu anak yang jadi korban,, nggih salam kenal juga

25 Jan

Jadi pembelajaran buat kita orang tua.. salam kenal bun..

20 Feb
Balas

Semoga bisa diambil hikmahnya...salam kenal...dan salam semangat

25 Jan
Balas

Iya Bu Kurniasih,,terimakasih salam kenal juga

27 Jan

Sedih kalau mendengar orang tua yg bertengkar di depan anak. Anak jadi tersiksa .

24 Jan
Balas

Iya Bu akhirnya anak yang menjadi korban

24 Jan



search

New Post