Elis Setyowati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Maaf Aku Memukulmu (tantangan menulis hari ke-19)

Maaf Aku Memukulmu (tantangan menulis hari ke-19)

Cerpen menumbuhkan rasa empati kepada teman

" Anak-anak PR nya dibuka, soal mana yang kalian rasa sulit?" Ujar Bu guru,

"Bu Adit tidak mengerjakan PR!" Teriak Dayu bersemangat sambil menunjuk buku pr Dayu yang kosong.

"Bu Rio juga", " Bu Ani juga" teriak anak-anak riuh bersautan.

"Coba yang tidak mengerjakan PR angkat tangan!" Seru Bu Rani, satu persatu anak yang tidak mengerjakan PR mengangkat tangan mereka.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan. Ada delapan anak yang tidak mengerjakan" Bu Rani memperhatikan satu persatu anak-anak yang tidak mengerjakan PR. Ada yang menunduk ketakutan dan ada pula yang cengar cengir tidak merasa takut ataupun bersalah.

"Coba 8 anak maju! ibu ingin tahu kenapa tidak mengerjakan" mereka beranjak dari kursinya dengan lesu.

"Berdiri disini, ibu ingin tahu alasan kalian. Adit jelaskan ke ibu kenapa tidak mengerjakan pr?"

Adit tak segera menjawab malah melirik Bu Rani dengan nyengir seperti orang kesakitan sambil meremas-remas tangannya.

"Ayo!" Suruh Bu Rani lagi

"Itu bu,, eh" belum sempat Adit menjawab tiba-tiba,,

Tok tok tok " assalamualaikum"

"Waalkmslam"

"Bu Rani dipanggil ibu kepala sekolah di ruangannya" ujar pak Umang penjaga sekolah.

"Baik pak terima kasih" pak Umang mengangguk dan undur diri.

"Anak-anak nanti ibu lanjutkan bertanya ya tetap di sini. Ibu tinggal sebentar. Yang lain silahkan kerja kelompok. Soal yang tidak bisa silahkan bertanya ke teman kalian yang bisa! Ibu tinggal sebentar"

"Baik Bu" anak-anak menjawab serempak.

Sepeninggal Bu Rani dari kelas tiba-tiba terjadi saling dorong antara anak yang sedang berdiri di depan.

"Kamu jangan dorong-dorong aku nabrak tembok ini" teriak Rama yang balas mendorong Putra.

"Bukan aku yang mendorong kamu" jawab Putra tak kalah lantang dari suara Rama. Putra pun balas mendorong Rama. Terjadilah saling dorong antara Rama dan putra. Anak-anak yang lain melihatnya histeris berteriak-teriak untuk menghentikan saling dorongnya. Mereka takut jika Bu Rani tiba-tiba masuk. Pasti mereka akan di marahi.

"Heh berhenti!!" Teriak Adit dengan kencang sambil kedua tangannya mendorong Rama dan putra agar saling menjauh. Tetapi Rama yang didorong Adit terhempas ke tembok. Ia marah merasa si Adit membela Putra dan sengaja mendorong dirinya hingga terhempas ke dinding tembok.

Tiba-tiba matanya membelalak ada sorot marah dan kebencian di sana. Dadanya berdegup kencang. Kedua tangannya mengepal dengan keras. Tidak menunggu lama ia langsung menghampiri Adit dan memukul mukanya berkali-kali seperti orang kesetanan.

Teman-teman satu kelas kelabakan mereka berusaha untuk melerai Rama agar tidak memukul Adit. Anak perempuan berteriak histeris takut tetapi tidak berani melerai. Akhirnya 3 anak lelaki berhasil memegang Rama yang sedang marah bak kesetanan itu. Adit meringis kesakitan sambil memegang mukanya yang habis di pukuli Rama.

Tak lama Bu Rani masuk ke kelas dengan raut muka kaget melihat kegaduhan kelas.

"Astaghfirullah ada apa ini" seru Bu Rani yang terlihat sangat kawatir terutama ketika melihat wajah Adit yang memar. Dan keluar darah pada hidungnya.

Bu Hani memagang pundak Adit " Adit kenapa wajah kamu jadi seperti ini!, Siapa yang memukul Adit?" Bu Hani bertanya kepada seluruh anak-anak di kelas. Mereka saling berbisik kepada teman yang lain. Terlihat wajah ketakutan dan jelas ada rasa cemas pada mereka.

"Rama Bu" jawab Toni si ketua kelas. Lalu Toni menjelaskan kronologi kejadian kepada Bu Rani.

"Rama kesini!" Panggil Bu Rani yang sedang menahan amarahnya.

"Benar kamu yang memukul temanmu Adit" Rama hanya menjawab dengan anggukan.

"Rama istighfar dulu, minta ampun kepada Allah" terlihat mulut Rama komat kamit. Beberapa kali ia mengucapkan istighfar. Nampak Rama mulai tenang.

"Rama kamu sadar apa yang kamu lakukan! Lihat wajah Adit. Ayo lihat!" Bu Rani memberi waktu ke Rama untuk melihat dengan seksama bekas pukulannya pada wajah adit.

"Adit ini siapa? Teman kamu atau bukan! Ayo jawab"

"Iya Bu teman saya" jawab Rama lirih

"Kamu sayang ke temanmu tidak"

"Sa,,,yang,, Bu" jawabnya semakin lirih

"Kalau sayang ke teman tidak boleh saling menyakiti, setiap masalah harus diselesaikan dengan cara yang baik tidak dengan cara saling memukul seperti ini! Paham Rama!"

"Paham Bu" jawab Rama

"Adit juga gitu melerainya juga harus dengan cara yang baik" Adit menggaukkan kepalanya.

"Ayo saling bermaaf-maafan dulu, putra juga salah lain kali tidak boleh saling mendorong. Dibilangi uang bailk. Sini putra" mereka bertiga saling bermaaf-maafan.

Bu Rani memeriksa memarnya adit. Ia memastikan lukanya tidak begitu parah. Ia khawatir dengan darah yang ada di hidung Adit. Untungnya hanya luka kecil tidak sampai mengenai tulang hidungnya.

Bu Rani menyuruh Rama mengambil kotak p3k di almari.

"Rama sekarang silahkan obati lukanya Adit!" Perintah Bu Rani

"Tapi Bu,,"

"Tidak ada tapi-tapian, Rama yang berbuat Rama juga yang harus bertanggung jawab " Rama mengobati luka Adit dengan hati-hati.

Ia merasa menyesal karena ulahnya ia menyakiti temannya hingga terluka seperti ini. Ia melihat Adit kesakitan ketika lukanya diberi obat merah. Ia membayangkan seperti apa sakitnya. Iapun berjanji pada dirinya tidak akan menyakiti teman-temannya lagi.

Tamat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

cerita yang mengandung kesadaran moral yang indah

02 Feb
Balas



search

New Post