Maaf Saya pulang kampung

Ini pilihan terberat bagi saya. Ketika berada di Zona merah covid 19 dan korban semakin bertambah. Maka bagi saya tak ada pilihan lain selain pulang ke desa. Meski hanya sebentar hanya untuk menitipkan anak. Saya tidak sanggup melihat anak saya harus ikut serta saya ke tempat kerja. Miris memang ke Tika kota lain yang belum ada korban saja sudah di beri keleluasaan guru untuk bekerja dari ruma. Ini bener-benar bertolak belakang di daerah tempat kerjaku. Ketika korban semakin bertambah kita para guru SD dan SMP masih di haruskan ke sekolah 3ksli dalam seminggu.

Ketika memutuskan pulang ke desa pun kami kembali resah. Rasanya untuk naik kendaraan umum kami tak sanggup. Entah bus atau kereta api rasanya sama berbahayanya. Kita tak tau riwayat orang yang naik kendaraan umum bersama kita. Bersyukur kami di jdmug oleh orangtua sdhingga tak ncemas lagi ketikz berada diperjalanan.

Sesampai di desapun tak serta Merta kita di terima begitu saja. Keluar dari zona merah membuat kami was-was. Kami merasa kawatir jika kami termasuk karit. Pembawa virus ke desa kami. Tetangga pun juga menanyakan kondisi vfidik kami. Bisa di bilang kami termasuk orang dalam pengawasan. Bahkan sodara dekatpun menyakinkan kondisi kami. 

Akhirnya hanya bisa melakukan karantina diri. Sementara tidak bersinggungan dengan orang lain. Tidak keluar rumah menyanv menjadi cara  efektif untuk memutus rantai penularan wabah.