''Duda piye to kih wong tas rabi koe (duda gimana to baru nikah),'' jawab paman

''Lha critanya istrine meninggal, dan mau nikah katanya ibu mau di ajak sidang skripsi anak Pak Maman, tapi kok aneh mau ngapain ikut sidang skripsi''. Kata Dea sambil menggaruk- garuk kepala yang tidak gatal.

''Pak maman itu menikah tiga kali pertama meninggal punya anak dua, menikah lagi punya anak tiga, kemudian di madu dengan istri ketiga, dan menikah belum dapat 1tahunan''. Jelas paman

''Lho itu di madu mau aja gitu paman?gak marah istrinya? Apakah kaya? Atau cuakep orangnya?''. Tanya Dea

''Dea.... kamu tanya kok kayak mau perang kroyokan gitu?''. Jawab paman

''Ya penasaran paman, kan kasian kalo ternyata salah orang jauh lagi''. Jelas Dea

''Begini menurut ceritanya pas aku main kerumahnya dulu, ketika Pak Maman mau membelikan rumah anaknya yang pertama, yang sudah berkeluarga ternyata rumahnya dimiliki oleh seorang janda beranak satu yang anaknya sedang sakit, jadi di beli rumah beserta isinya, maksudnya yang punya dinikahi begitu menurut cerita''. Penjelasan paman Dea.

''Owalah jadi begitu, berarti ibu nanti jadi yang ke empat dong?''. Tanya Dea.

''Ya mestinya begitu''. Jawab paman.

Dalam semalam pikiran Dea tak menentu stelah tlp dengan paman, mau tanya Rio takut marah, tidak tanya penasaran.

Pada hari Minggu Rio telah datang dari perjalanan mengantar bosnya di pagi hari dan beristirahat sejenak.

Jarum jam menunjukan pukul 09.00 terdengar deru motor yang di susul ketukan di pintu.

Dea yang dari dapur bergegas membuka pintu dan ternyata itu paman Dea yang datang.