Kala itu orangtua wali murid dari kelas duabelas SMA dimana anakku bersekolah diadakan pertemuan. Sebagai orangtua yang perhatian terhadap anaknya, akupun menghadiri pertemuan itu, apalagi ini adalah pertemuan pertama dengan pihak sekolah. Mengapa? Karena anakku masuk pondok, mengaji sambil sekolah di SMP dan lanjut ke SMA. SMAnya baru awal berdiri. Anakku masuk sebagai angkatan pertama, karena perizinan sekolah belum ada, maka SMA anakku menginduk di sekolah lain.

Pihak pondok menginduk ke sekolah yang dekat dengan sekolah supaya memudahkan anak-anak di dalam melaksanakan Kegiatan belajar mengajar, apalagi pihak sekolah yang diinduki menyediakan transportasi bus antar jemput anak. Jadilah kerjasama antar dua sekolah lancar, bertahan sampai sekarang. Saling memberikan manfaat diantara keduanya.

Sekolah sebetulnya menjelaskan secara gamblang, pembayaran yang dikenakan untuk siswanya. Namun orangtua yang hadir tetap bersikukuh pembayaran dilakukan seminim mungkin, karena beban hidup yang semakin berat saat ini, ditambah ada biaya pokok yang harus dibayar untuk pondok dan sekolah. Sekolahpun mau tak mau setuju dengan kemauan orangtua. Saya juga protes terhadap sekolah yang diinduki anak saya, dengan sedikit nada menghina sekolah, dan menyesal sudah menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut, karena sejak SD, SMP selalu dapat beasiswa dari KIP. Namun dengan bersekolah di sekolah yang sekarang tidak dapat. Protes saya ditanggapi dengan bijak oleh Bu Kepala Sekolah, dengan ucapan insyaAllah diupayakan tetapi tidak janji dapat. Setelah beberapa hari berlalu, saya dapat informasi dari sekolah bahwa anak sayapun dapat beasiswa kembali. Alhamdulillah saya bersyukur sekali. Maafkan saya yang telah berprasangka buruk terhadap sekolah, dan saya siap mendukung program - program sekolah. Semoga tambah maju dan semakin dipercaya masyarakat. Aamiin