Ella Agustina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Teror Kampung Sukaserem, Bag-17 (Tantangan Menulis Hari ke-88)

Teror Kampung Sukaserem, Bag-17 (Tantangan Menulis Hari ke-88)

“Berarti ini ulah mbah Dirja? Hanya dia kan yang memiliki kekuatan gaib!” seru pak Amin. Sorot matanya penuh dengan kebencian.

“Iya Benar!”

“Benar!!”

Warga sepakat dengan pemikiran Teten yang masuk akal. Kenapa selama ini tidak terpikirkan. Sementara Teten tersenyum melihat warga mulai tersulut emosi terhadap mbah Dirja. Dia merasa dendamnya akan mudah dilaksanakan.

“Tenang Bapak-bapak, kita tidak punya buktinya. Kita tidak bisa menuduh tanpa bukti,” pak Ihsan mencoba menenangkan warganya yang mulai berapi-api.

“Ini sudah jelas, Pak. Di kampung kita tidak ada orang lain yang memiliki kekuatan gaib dan hidup dengan hal gaib selain dia,” bela pak Amin yang masih emosi.

“Betul!” jawab warga bersahutan.

“Tapi bagaimana kita melawan mbah Dirja, dia pasti tidak mudah dikalahkan. Bisa-bisa kita yang terluka,” tanya Teten semakin ingin membangkitkan amarah warga.

“Kita arak saja!”

“Kita kubur hidup-hidup!”

“Atau dipenggal saja. Biar tahu rasanya dipengal itu seperti apa!”

“Kita bakar saja!”

Warga semakin rusuh.

“Tenang, kita tidak boleh main hakim sendiri. Tidak boleh anarkis. Kita cari buktinya dulu,” kata pak Ihsan berusaha menenangkan warga.

“Buktinya sudah ada, Pak. Mbah Dirja satu-satunya orang yang memiliki kekuatan gaib. Kesehariaannya berhubungan dengan yang gaib, pasti dia pelakunya. Tidak akan salah lagi,” ucap pak Satria.

“Kalau begitu, kita serbu sekarang juga!”

Keyakinan warga sudah tidak bisa tergoyahkan. Ditambah dengan rasa geram dan marah terhadap teror di kampungnya, mereka pun membagi tugas untuk menghabisi mbah Dirja. Hati Teten tertawa terbahak-bahak melihat rencananya berjalan mulus.

Setelah semuanya siap, warga berbondong-bondong pergi menuju rumah mbah Dirja. Langkahnya tergesa-gesa, tak sabar ingin segera menjalankan aksinya.

Di kediaman mbah Dirja, gubug dengan bahan kayu yang sudah mulai rapuh, tampak mbah Dirja sedang duduk bersila dengan mata tertutup. Bibirnya komat-kamit membacakan mantra-mantra. Sebuah piring terbuat dari seng yang ada di depannya mengeluarkan asap dengan wangi khas dari kemenyan yang di bakar di atasnya. Kedua tangan dukun itu sedang memegang sebilah keris antik dengan bentuk bergelombnag dan tajam di ujungnya. Hatinya sedang gelisah. Terlihat dari kerutan keningnya yang mengeluarkan keringat padahal cuaca belum terlalu panas.

Tiba-tiba dari luar terdengar riuh suara orang yang memanggil-manggil namanya.

“Mbah Dirja, keluar kamu! jangan sembunyi di balik asap kemenyam!” seru seseorang dari luar.

Dari nadanya terdengar orang tersebut sangat marah. Namun mbah Dirja tidak menanggapinya. Dia masih konsentrasi dengan mantra-mantranya.

Melihat tidak ada reaksi, warga semakin marah. Pak Amin dan Teten langsung menyiramkan sesuatu dari jerigen yang dibawanya. Teten menyiram bagian belakang gubug mbah Dirja. Saat melewati sebuah jendela kamar, Teten melihat mbah Dirja sedang duduk bersila.

Saat isi jerigen pak Amin sudah habis, pak Arman dan pak Satria menyalakan obor yang dibawanya. Setelah apinya menyala, langsung dilemparkan ke rumah mbah Dirja. Seketika api pun menyambar gubuk kayu milik mbah Dirja. Terlihat lidah api yang menjulur sampai ketinggian beberapa meter, kemudian melahap habis gubug beserta isinya. Warga bersorak gembira. Mereka yakin kini kampungnya akan aman dari teror. Pelakunya sudah habis terbakar beserta segala perlengkapan ritual gaibnya. Setelah semuanya rata, warga pun pulang ke rumah masing-masing dengan hati puas dan bahagia.

Tinggallah Teten yang masih memandang gubuk yang sudah rata dengan tanah. Dia berdiri di balik pohon pisang, tak jauh dari puing-puing kebakaran. Sorot matanya tajam. Warnanya merah menyala seperti ikut terbakar bersama gubug mbah Dirja. Sebuah kilatan terpancar dari matanya saat sinar matahari mengenainya.

Tamat..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus ceritanya. Semangat bunda tuk menulis cerpen lagi

16 Apr
Balas

terima kasih bunda,..

16 Apr



search

New Post