Tahun 2022 bagi saya adalah langkah awal menuju dunia kepenulisan, meski pashion menulis sudah ada sejak remaja, tapi baru tahun lalu sedkit diseriusi. Dimulai mengikuti berbagai event lomba, rajin menulis meski kebanyakan di simpan di draft. Dengan adanya sosial media membantu saya sebagai penulis pemula untuk mempublikasikan hasil karya . Buat saya tidak terlalu penting seberapa banyak orang yang pencet tombol LIKE, asalkan ada wadah untuk menampung ghiroh dan menumpahkan ide yang sering bersliweran di kepala ini laiknya lalu lintas yang padat disaat jam kerja. Selain sebagai wadah publikasi, sosial media bagi saya juga sebagai ajang untuk mendisplay prestasi yang sudah dicapai, dengan niat ingin memotivasi rekan-rekan  guru lain untuk ikut serta menulis. Meski hanya ada beberapa prestasi yang dicapai namun saya berpikir  dengan yang sedikit ini bisa membawa dampak positif. Keinginan berbagi sebenarnya muncul disebabkan saya melihat kurangnya minat rekan-rekan guru dalam dunia kepenulisan, ada berbagai macam alasan yang diungkapkan, dan alasan terbesar adalah tidak adanya waktu, padahal manfaat menulis sangat besar utamanya bagi seseorang yang berprofesi sebagai guru, seperti halnya saya.

 Mengawali tahun 2023 ini saya membuat resolusi untuk satu tahun ke depan . Bagi saya penting  kiranya menyusun target prestasi, hal ini akan mendorong saya terus bersemangat dan termotivasi  untuk berprogres. Menyusun resolusi tak ubahnya seperti menarik tali busur dan mengarahkan anak panah pada target yang telah di tuju. Namun untuk mencapai target semangat saja ternyata tidak cukup , sebagai penulis pemula memiliki kemauan belajar adalah hal yang terpenting agar kompetensi terus meningkat. Banyak membaca karya tulis orang lain adalah salah satu cara saya belajar menulis, saat membaca sebuah karya orang lain atau sekedar membaca sederet prestasi orang lain  terkadang muncul pertanyaan yang sering muncul, bagaimana caranya agar saya juga bisa menghasilkan karya yang bagus seperti mereka? Apakah saya sudah on the right track? , apakah tulisan-tulisan saya mampu menggugah dan menginspirasi para pembacanya?, apakah tulisan saya bermanfaat? Jika bermanfaat, sebesar apa manfaatnya?. Pertanyaan-pertanyaan itu terus bermunculan, itu sebabnya ditahun 2023 ini ada beberapa resolusi yang sudah saya susun, sebagai kunci untuk menjawab pertanyaan tersebut. Apa resolusi saya tahun 2023? pertama-tama saya harus menyusun pertanyaan tersebut  agar saya dapat menentukan target yang harus dicapai.

1.     Pertanyaan pertama yang sering muncul adalah “apakah karya saya sudah bagus?”,, salah satu indikator bahwa karya saya sudah bagus adalah adanya respon positif dari orang lain, itu sebabnya karya saya harus di publikasikan untuk melihat respon orang lain. Tapi untuk menghasilkan karya yang bagus tidak semulus dan lurus seperti jalan tol, berlatih dan terus berlatih serta harus ada usaha memperbaiki dan meningkatkan kompetensi. Maka tahun 2023 harus mengikuti pelatihan kepenulisan minimal 2 kali.

2.     Pertanyaan kedua yang sering bersliweran menggelimuni kepala adalah “apakah karya saya bermanfaat, sebesar apa manfaatnya bagi orang lain?”, bagaimana saya tahu karya saya bermanfaat bagi orang lain? Sebuah karya dikatakan memiliki manfaat jika karya tersebut mampu memberikan edukasi kepada orang lain, tidak merugikan orang lain, menjadi bahan rujukan bagi orang lain untuk memenuhi kepentingannya, atau sebagai sumber pengetahuan bagi orang lain. Itu sebabnya  penting bagi kita untuk memahami tujuan pembuatan karya dan manfaat dari karya yang dihasilkan. Maka tahun 2023 resolusi saya adalah take action now jangan menunda-nunda, membuat karya lebih banyak lagi, berkemauan keras, lebih aware terhadap lingkungan dan orang lain, hanya menshare karya yang positif, dan tingkatkan manfaat diri sendiri.

Setelah resolusi 2023 sudah ditulis maka tugas selanjutnya adalah fokus mencapai target, lakukan  dengan sungguh-sungguh. Sebab list resolusi yang tersusun rapi akan menjadi sebuah daftar panjang yang sia-sia jika tidak dibarengi dengan action. Rencana tanpa aksi adalah sebuah halusinasi, dan aksi tanpa rencana adalah bibit kegagalan.