MGMP Sudahkah Berfungsi Optimal?
MGMP Hidup Enggan Matipun Tak Mau
Oleh Elvia Luthfiasari
Setelah melalui badai covid diseantero nusantara berlalu. Seiring dengan kebijakan pemerintah bahwa dunia pendidikan harus mulai pembelajaran luring. Begitupun halnya dengan MGMP.. Organisasi sebagai tempat musyawarah guru mata pelajaran ini seperti mendapat energi untuk menggeliat.
Tak disangkal bahwa selama covid mewabah dunia MGMP pun ikut terdampak. Walaupun beberapa mencoba eksis dengan memfasilitasi webinar via zoom. Lebih banyak MGMP yang ikutan rehat, "cool down" dan bahkan nyaris dicuekin oleh para anggotanya.
Dan sekarang MGMP mulai berbenah. Dari mulai pendataan kembali anggota. Karena beberapa sudah pensiun dan ada juga yang menjadi korban covid 19. Memulai kegiatan MGMP dengan segudang tugas sudah menghadang. Kurikulum Merdeka hatus dimulai. Penentuan program prioritas harus dipikirkan. Inilah saatnya MGMP bisa betkontribusi dengan memfasilitasi sebagai forum berdiskusi dengan menampung ide, masalah dan mencarikan solusi.
Peningkatan kompetensi profesional seorang guru itu menjadi tanggungjawab personal. Tapi bola MGMP bisa menjadi wadah yang bisa menjawab masalah yang dihadapi bapak ibu guru di sekolah atau madrasah, mengapa tidak?
Langkah yang harus ditempuh agar MGMP bisa berfungsi dengan optimal adalah:
1. Menyusun kepengurusan MGMP. Memilih dan menentukan personil pengurus yang ikhlas dan memiliki integritas. Bersedia bekerja tanpa dibayar dan tidak baperan.
2. Menyusun program kerja yang realistis tapi tetap dengan fokus pada pengembangan kompetensi guru mata pelajaran. Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional harus tertuang dalam program kerja MGMP. Harus bisa memilah program kerja prioritas..
3. Menggandeng dan bekerja sama dengan lembaga, institusi atau dunia usaha. Karena seperti yang dialami oleh banyak pihak bahwa program MGMP sering terkendala pendanaan. Kita harus bisa menyaring lembaga yang bersedia bekerja sama, mensupport dan memfasilitasi kegiatan MGMP.
4. Sebagai wadah untuk mengembangkan kompetensi sosial para guru mata pelajaran. Bersilaturahim, berdialog dan saling peduli dan berbagi adalah point kelebihan untuk para guru yang aktif di MGMP.
5. Membuat program "healing" yang menyenangkan bisa juga menjadi cara agar kegiatan MGMP "tidak begitu begitu aja" . Untuk kegiatan ini harus kompak ya jangan banyak argument. Karena kebanyakan diskusi jadi acara "healing" nya gak jadi (ini sich pengalamab pribadi he he he)
Tataran teori dan praktik sering tidak sejalan. Banyak hal yang menjadi kendala dan banyak masalah yang muncul. Tapi Guru yang peduli dengan MGMP tetap hqrus punya komitmen untuk tetap aktif dan berkontribusi di MGMP. Bismillah saja...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Habis pandemi, pembenahan sana sini. Ulasan yang menarik, Bun
keren ulasannya bu Elvia, sukses selalu
Semoga lancar ya Bund kegiatannya. Salm kenal dan salam literasi