Menapak Jalan Kehidupan
Menapak Jalan Kehidupan
Ya Allah...
Berita itu seperti guntur di siang hari bolong. Perusahaan tempat bekerja suamiku mengalami kerugian yang sangat besar. Pihak perusahaan akan menciutkan jumlah tenaga kerja, dan memberhentikan sejumlah karyawan. Dari cerita yang aku dengar hanya beberapa orang karyawan saja yang dipertahankan. Aku berharap itu bukanlah sumiku.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Suamiku termasuk dalam daftar karyawan yang kena Pemutusan Hubungan Kerja. Berarti kami sekeluarga harus meninggalkan kota ini. Kota yang banyak memberikaan kenangan. Kota tempat aku bermimpi untuk melihat masa depan yang lebih baik bagiku dan bagi keluargaku. Dua belas tahun bukan waktu yang singkat sejak aku meninggalkan kota kelahiranku untuk memulai kehidupan baru. Aku tinggalkan pekerjaanku sebagai pegawai kontrak salah satu bank. Aku tinggalkan ibuku yang sudah memasuki usia senja.
Tak terbayangkan wajah-wajah sanak keluarga di kota asalku bila mereka mendengar berita ini. Apakah mereka akan bersedih ataukah mereka akan gembira karena mentertawakan nasibku ?.Bagaimana perasaan ibuku yang pada waktu itu mengantarkan kepergianku dengan deraian air mata. Hal yang tak dapat kubayangkan. Aku hanya terdiam dan menangis. Ya Allah... apa yang harus kuperbuat sekarang. Bagaimana dengan nasib anak-anakku nantinya. Aku tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi. Jalan di depanku terasa gelap.
Meratapi nasib tidak akan memberikan jalan keluar. Aku bangkit dari dudukku. Berjalan ke arah sumur yang ada di belakang rumah. Kubasuh mukaku dan kubasahi ubun-ubunku. Aku berharap dinginnya air sumur mampu menenangkan gemuruh yang berkecamuk di dadaku. Ku kembangkan sejadah. Aku bersujud kehadiratMu. Hanya kepadaMu lah aku berserah. Aku yakin ini hanya ujian kecil yang Engkau berikan kepadaku.
Ketenangan jiwa. Itulah yang kudapatkan setelah bersujud kehadapanMu. Aku mulai dapat berpikir jernih.
Sinar matahari pagi terasa hangat memasuki jendela kamarku. Aku bangkit dari tidurku.Kulihat wajahku di cermin. Tampak cekungan yang agak dalam di bawah mataku. Mungkin itu akibat aku terlalu banyak menangis.
Penulis adalah peserta kelas SAGUSABU Belitung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Salam kenal dari Solo kisah yang menarik bu. Boleh minta nomer hapenya? Supaya bisa berkomunikasi lebih intens?
Salam kenal kembali. Terima kasih mbak atas komentarnya. Salam kembali tuk keluarga ya.
Salam kenal kembali. Terima kasih mbak atas komentarnya. Salam kembali tuk keluarga ya.