Hidup tiada tanpa pengorbanan, termasuk mencintaimu juga butuh pengorbanan, ketika rasa cintaku padamu sudah mulai ada, ketika itulah aku berani mengorbankan cintaku padamu… Banyak sudah yang kukorbankan. Dan tak perlulah aku ungkap satu persatu apa saja yang sudah kukorbankan.

Hari demi hari sudah aku lewati, dengan harapan “Ingin kamu untuk selalu bersamaku”. Tapi semua itu hanyalah harapan. Dan inilah kenyataannya. Ketika aku membayangkan wajahmu, mungkin aku terlihat seperti orang yang tidak sadarkan diri ataupun terlihat seperti orang bodoh. dan aku selalu berharap agar disetiap sela penantianku engkau dapat meluluhkan separuh hatimu untukku.

Terkadang aku berfikir untuk menjauhimu bahkan sampai melupakanmu, tapi hal itu tidak pernah dapat aku lakukan dan aku mencoba untuk mengenal orang lain karena aku pikir itu adalah solusi yang tepat untuk melupakanmu. Hingga saat ini aku belum berhasil juga melupakanmu.

“Mengapa hati ini terlalu bodoh?” kata itu salah satu amarahku kepada tuhan. Aku berfikir tuhan tidak adil kepadaku, tuhan tidak sayang kepadaku. Hingga suatu hari aku terdiam dan berdoa “Tuhan, jika dia milikku, luluhkanlah hatinya agar dia mencintaiku dan jika dia tidak milikku jauhkanlah aku dari dia, lupakan semua ingatanku tentang dia tuhan!!!”.Tapi itu ternyata hanya harapan sedang kenyataannya aku tetap dengan bodohku menunggu dan menunggu dia yang sebenarnya kutahu dia tak mungkin berpaling padaku.

Yah, cinta memang bisa membuat manusia menjadi apa saja. Menjadi pintar, bodoh, bahkan menjadi gila.

Dan ternyata melupakan dia itu adalah hal tepat yang harus aku lakukan, bagamanapun caranya. Aku tidak mau semakin terpuruk dengan rasa ini. Rasa nano-nano yang tak jelas.

Pergilah jauh rasa itu. Apakah kau bakal bahagia atau tidak. Terserahmu. Kukan hidup seribu tahun lagi dengan cinta yang paling sejati. Yang takkan pernah tinggalkanku dalam susah maupun duka. Aku di dunia maupun di akherat. CINTAKU PADAMU ALLAHUROBBI.

Elvirani Dyah Ayu Handayani,S.Pd

SDN 9 Selatpanjang Timur

Kelas SAGUSABU Kep. Meranti