KETIKA NAFAS SATU-SATU
ASMAKU SYUKURKU
Kudengar sayup-sayup pujian dari spiker masjid. Kulirik jam dinding kamarku, pukul 03.35 WIB. Masih ada kesempatan untuk dua rakaat sebelum subuh. Kusingkap selimut merahku. Masih dingin temperatur AC sisa semalam. Bismillah! Kulangkahkan kaki ke kamar mandi. Byur… segar… dingin, tapi ada hangatnya juga sih.
Kugelar sajadah lalu kukenakan mukena. Ya Allah… inikah nikmat yang kau berikan. Segar pagi ini. Ringan badan ini. Tidurku semalam benar-benar uenak. Asmaku bersahabat semalam. Malamku mulai pukul 22.00 WIB terlelap tanpa sesak nafas. Obat semprot di samping bantalku tak kusentuh sama sekali. Tisu pembuang dahak pun rapi di samping kananku. Tidak teracak-acak seperti malam sebelumnya. Orang-orang di sampingku pun tidak terganggu oleh batuk karena sesakku. Atau sekadar suara membuang dahak.
Allahu Akbar. Ya Allah, puji syukur yang tak terhingga. Rakaat demi rakaat kunikmati gerakan dan bacaan sholatku. Assalamu’alaikum warahmatullah.
Ya, memang asmaku sering datang tak terduga. Tanpa tahu sebab musababnya. Namun dengan asma pula aku semakin bisa menikmati hidupku. Asma juga membuatku bersyukur akan kebesaranNya. Memang Allah selalu memberikan yang terbaik buatku. Walau kadang tak kutahu hal itu. Awalnya aku sering protes, kenapa Allah memberikan sesak napas? Saat asma itu datang, aku tersiksa ya, Allah. Namun semakin aku protes dan menolak sakitku, sesak itu semakin menjadi. Begitu aku istihgfar, ku sadar bahwa ini pemberian-Mu. Sesak itu berangsur-angsur berkurang. Sampai pada akhirnya aku mengetahui bahwa inilah pemberian-Nya.
Asmaku memang sering kambuh kalau aku bersentuhan dengan makanan atau minuman yang tidak aman bagiku. Napas ini seakan berhenti mendadak mak jleb. Dahak serasa memenuhi seluruh rongga dadaku. Di mana...aku mencarimu wahai oksigen! Ya, Allah. Ya Allah. Hanya Kaulah penolongku.
Kutanya dokter spesialisku. Yang dia jawab, “Sudahlah, suatu saat nanti kamu pasti tahu.”
Seiring waktu semakin sering asmaku menyerang. Kuanalisis apa saja yang kulakukan, kumakan, atau kuminum. Tak jarang sesakku datang hanya karena udara yang panas atau ruang yang gerah. Apalagi dengan banyak orang dalam satu ruangan.
Akhirnya, kumenemukan jawabnya. Allah benar-benar sayang padaku. Andai tak ada lendir yang menutupnya, mungkin banyak sekali virus yang masuk ke tubuh ini. Inilah kebesaran Allah. Allah tahu yang terbaik walau serasa menyiksa. Tiada kata lain kecuali Alhamdulillah. Subhanallah. Allahu Akbar.
Ya Allah, ijinkan kugunakan waktuku untuk beramal selagi asmaku aman. Kuingin bahagiakan orang-orang yang dekat denganku. Khusus untuk suami dan anak tercintaku. Mungkin bagi mereka berdua; aku tidak sesak saja itu sudah suatu kebahagiaan. Kerena dengan amannya asmaku, mereka tidak repot membantuku. Membantu menyiapkan ini itu untuk meringankan sesakku.Terima kasih Sayangku! Kekasihku!
Oleh: Elvi Sundari peserta kelas menulis Sagusabu Pasuruan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang menginspirasi, khususnya bagi penderita asma