Elvi Sundari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tetes Air Mata Tujuh Belas Agustus

Tujuh belas Agustus tanggal paling istimewa bagi bangsa Indonesia. Khusus hari itu mereka para pengibar bendera yg tergabung dalam pasukan pengibar bendera(PASKIBRA) menyiapkan diri untuk tugas istimewa. Tugas istimewa karena mereka yg lolis seleksi saja yg akan mengibarkan bendera kebangsaan kita, tepatnya MERAH PUTIH.

Teringat kembali paparan dalam buku sejarah tujuh puluh dua tahun yang lalu. Dengan darah, jiwa, dan linangan air mata, para pejuang mempertahankn sang merah putih agar dapat berkibar di seluruh bumi Indonesia. Kebanggaan menyeruak haru di dada ini saat gladi bersih detik-detik proklamasi. Mereka para petugas paskib menyiapkn kostum mereka putih-putih dengan kopiah hitam. Dilengkapi pula dengan garuda dan selempang merah-putih melingkar sepanjang pundak kanan hingga pinggang kiri. Tak lupa pula pangkat hijau di bahu kakan kiri mereka yg bergambar kuncup melati.

Derap langkah mereka begitu rancak. Seakan bulu kuduk ini merinding. Mereka memegang amanat besar. Yaitu amanat untuk mengibarkn bendera yg telah diperjuangkan oleh para pejuang. Makin kencang degub dada ini seiring semakin dekatnya pasukan delapan menuju tiang bendera. "Bendera... Siap!" Alhamdulillah! Dikibarkanlah merah putihku diiringi lagu Indonesia Raya. Merah putih kita.

Euforia kemerdekaan menebar seantero negeri. Ada yg mengisinya dengan berbagai lomba. Mulai lomba yg bersifat akademik atau pun sekadar ketangkasan. Sorak-sorai pun nyaring di telinga.Dari tingkat RT hingga lefel kota atau kabupaten. Dananya pun mereka galang secara swasembada.

Panas terik pun tidak mereka hiraukan. Hanya semangat yang membuat mereka bertahan sampai finish. Yel-yel penyemangat pun mengangkasa. Membakar semangat 45 mereka. Ya, tahun keramat bangsa Indonesia.

Tak luput juga ada yang mengisinya dengan lomba-lomba seni. Mulai dari paduan suara, karaoke hingga band. Namun sayangnya, ada juga kelompok tertentu yang mengotori peringatan yang fenomenal ini. Yakni selepas nge-band, apalagi kalau goup mereka menang, mereka meluapkannya dengan cara yang salah. Tak jarang mereka minum-minuman keras sampai larut malam. Terutama bila tamu-tamu tertentu sudah meninggalkan tempat.

Pantaskan kita lakukan hal itu?? Mana budi baik dan balas jasa kita pada para pejuang? Bukankah kita tak sebebas dan senyaman saat ini tanpa perjuangan beliau?

Tak patut rasanya ini terjadi. Sudah semestinya jangan kita nodai hari bersejarah ini. Arwah para pejuang pasti sedih menyaksikannya. Mari kita hiasi kemerdekaan ini dengan keelokan budi dan budaya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Runtut ceritanya, mengalir, membuat pembaca terhanyut dan seperti merasakan sendiri peristiwa itu

16 Aug
Balas

Runtut ceritanya, mengalir, membuat pembaca terhanyut dan seperti merasakan sendiri peristiwa itu

16 Aug
Balas

Ma'acih. Kutulis usai gladi. Dukung ya Sayang

16 Aug



search

New Post