JEJAK RAHASIA
JEJAK RAHASIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-87
Episode: Pencarian yang Ditunda
Kecewa di hati Sania sudah tidak tertahankan lagi, pulang dari Bogor Sania jatuh sakit. Badannya panas, kepalanya berdenyut... di hadapan orang tuanya tangis dan kecewa dia sembunyikan rapat-rapat. Rasa sayang yang teramat besar kepada orang tuanya, membuatnya takut melukai hatinya. Tapi ketidakjelasan ini membuatnya telah menorehkan luka di hatinya... kecewa yang terangat sangat, membuat pikirannya melayang kemana-mana... jangan-jangan dia adalah anak yang tidak dikehendaki, dibuang di pinggir jalan begitu saja. Walau dengan kepala yang masih keleyengan... dia turun dari tempat tidurnya, dipandangi wajahnya...
‘ Betul bentuk wajahku memang berbeda dengan ayah dan ibu. Pantas saja banyak yang mengira kalau aku ini anak pungut.’ Batin Sania
Dibayangkan wajah Satria... orang tuanya memiliki wajah dan kulit yang sama dengan adiknya. Ibunya berwajah cantik... cantiknya wanita Indonesia. Bentuk hidungnya ini yang membuatnya berbeda dengan keluarganya... Sania berpikir keras. Ayah dan ibu seperti apa yang darahnya mengalir dalam tubuhnya... kepalanya semakin pening memikirkan semua itu... Tubuhnya lunglai tak berdaya, seakan tidak ada tulang yang menopangnya... Sania terjatuh...
Ibunya yang kebetulan masuk ke dalam kamar, berteriak panik...
“ Ayah... Satria... ini Sania kenapa? Cepat ke sini...”
“ Ya Allah... ayo cepat kita angkat ke tempat tidur... badannya panas sekali...” Ayah tidak kalah paniknya.
Tidak berapa lama, Sania tersadar... saat akan di bawa ke rumah sakit, Sania menolaknya.
“ Sania gak apa-apa Bu... Sania mau istrirahat saja.”
“ Tapi Nak... badanmu panas sekali...” Ayah sekarang ikut berbicara, dia juga sangat mengkhawatirkan Sania. Sania hanya menggeleng, tanda kalau dia tidak mau di bawa ke rumah sakit.
“ Oke... kamu tidak dibawa dulu ke rumah sakit sekarang, tapi kalau kamu masih juga tidak turun panasnya sampai besok, Ayah akan memaksa.” Sahut Ayah mengalah.
“ Tapi kali ini, biarkan Ibumu menemani tidurmu.” Kata Ayah lagi.
******
Keesokan harinya Sania betul-betul tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya... panas di tubuhnya semakin tinggi. Ayah dan Ibunya panik, segera dibawanya Sania ke rumah sakit terdekat.
Di sekolah, ketiga sahabatnya kebingungan karena sampai jam istirahat pertama Sania tidak kunjung tiba di sekolah. Mereka sepakat untuk mencari Satria ke kelasnya.
“ Satria... kakakmu kemana? Kenapa dia tidak sekolah? “ Tanya Wulan setelah bertemu dengan Satria.
“ Sakit kak... badannya panas sekali, kemarin malam sempat pingsan... memang kemarin kemana saja sih kak? Mungkin kecapean kak Nia... “ Sahut Satria.
“ Bukan karena kecapean...” Hampir saja Wulan keceplosan, menyampaikan kemungkinan Sania kecewa karena tidak mendapatkan info yang sedang dia cari.
“ Kalau bukan kecapean ? Terus apa dong...” Satria sedikit bingung melihat Wulan salah tingkah.
“ Mungkin badannya sedang tidak fit... jadi gampang masuk angin. “ Sahut Wulan segera.
“ Terus sekarang Sania di mana? “ Tanya Pandu yang ikut menyusul Wulan yang sedang ke kelas Satria
“ Sedang dibawa ke rumah sakit... mudah-mudahan hanya panas karena kecapean saja.” Sahut Satria, dia senang kakaknya banyak yang menyayangi.
“ Coba kamu telepon ibumu, tolong tanyakan bagaimana kondisi Sania sekarang...” Pandu terlihat sangat khawatir, semenjak dia mengenal Sania baru kali ini melihat Sania sakit sampai tidak masuk ke sekolah.
“ Bu... bagaimana kondisi Kak Sania... sudah sehatkah? “ Segera Satria menghubungi ibunya, karena sesungguhnya diapun sangat mengkhawatirkan kondisi kakaknya.
“ Sania sudah masuk di ruang perawatan Sat... kakakmu harus dirawat, panasnya sangat tinggi sekali. Kamu cepat ke sini ya... “ Sahut ibunya, suaranya terdengar sangat khawatir.
******
Ketiga sahabat Sania, segera berangkat ke rumah sakit begitu bel terdengar. Satria mengejar langkah mereka...
“ Kak tunggu... mau ke rumah sakit kan? Aku juga mau ke sana...”
“ Ayo... cepat... mau nunggu apa lagi.” Seru Dani
Sania masih terbaring lemah... tubuhnya lunglai tak berdaya, suhu di tubuhnya belum juga turun.
“ Sania... cepet sehat dong... kita semua kesepian nih tanpa kamu...”
Wulan segera memeluk tubuh Sania, begitu sampai di ruang perawatan.
“ Hai... mana Sania yang kukenal? Yang selalu semangat dan pantang menyerah...” Goda Dani sambil menepuk tangan Sania.
Pandu hanya memegang tangan Sania yang satu lagi, tanpa kata... tapi di yakin Sania mengerti kalau dia sangat menyayanginya.
Sania hanya terdiam mendengar celotehan teman-temannya, hatinya masih diliputi perasaan kecewa...
******
Ibu merawat Sania dengan sangat telaten, tidak ada hentinya air mata mengalir di matanya... dia sangat mengkhawatirkan kondisi anaknya.
“ Nak kamu ini kenapa sih sayang... cepat sehat... ibu khawatir sekali.” Ibu Sania sambil berulang kali mengukur suhu suhu tubuh Sania dengan termometer yang dibawanya dari rumah.
“ Bu... boleh gak Sania minta dipeluk...” Sahut Sania sambil merentang kedua tangannya.
“ Tentu saja Nak... Ibu sangat sayang kamu...” Seru Ibu sambil memeluk tubuh Sania, diciuminya seluruh wajah Sania, sambil tidak ada hentinya menangis.
“ Bu... jangan nangis, sebentar lagi juga Sania sembuh... jangan Khawatir.”
Sania sudah agak tenang hatinya. Dia sudah membulatkan tekad untuk menghentikan pencariannya sementara. Kasih sayang dari seluruh anggota keluarga yang dimilikinya sekarang sudah lebih dari cukup, untuk apa dia mencari sesuatu yang belum pasti... biarlah Allah yang akan menuntunnya jalannya kelak... Sania yakin, bila Allah sudah berkehendak pasti akan terkuak semua jejak rahasia masa lalunya.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kasian sania...
Perjalanannya msh panjang
Cediiiih...hiks..hikss...
Masih banyak waktu dan kesempatam sania..semoga lekas sembuh ya...
Semoga...semuanya bisa terkuak
Mantap Bun. Lanjut
Siap neng...makasih kunjungannya
Makin mendayu, mengharukan
Makin mendayu, mengharukan
Menyedihkan... makasih bu
Mantan Bu Ely..
waduh maksudnya mantaap
Terima kasih pak supportnya