Ely Herlina

Ely Herlina, lahir di karawang 07 Oktober 1963. mendapat tugas sebagai PNS pada Desember tahun 1984, di SMPN I Kotabaru, karawang. Tahun 2017 mendapat tugas tam...

Selengkapnya
Navigasi Web
JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

#TantanganGurusiana

Hari ke-88

Episode: Perpisahan yang Berkesan

Padatnya kegiatan di sekolah membuat Sania melupakan pencariannya. Persiapan Ujian Nasinal betul-betul menyita waktunya. Mereka berempat juga sudah mulai disibukkan untuk mencari Universitas yang diincarnya sesuai dengan minat mereka masing-masing.

“ Dan... kamu mau melanjutkan ke mana? kalau aku sih kayaknya mau ke Yogja nih... adik sepupu nenekku meminta aku untuk kuliah di sana...” Pandu menanyakan tujuan kuliah Dani.

“ Eh kamu mau ke Yogja? Jauh dong...” Sahut Dani sambil menghentikan langkahnya.

“ Yogya kamu bilang jauh? Naik pesawat paling hanya satu jam saja... terus kamu mau kemana? Belum jawab tuh...” Sahut Pandu

“ Kayaknya aku mau ke bandung Pan... eh kalau Sania sama Wulan mau melanjutkan kemana ya? “ Dani teringat kepada dua sahabatnya yang lain.

“ Kalau Sania, aku pikir gak akan kemana-mana, gak mungkin Ibunya rela melepaskan sania jauh-jauh, kalau Wulan mau ke Bogor, soalnya dia kan cinta mati sama berbagai macam tanaman.” Sahut Pandu

“ Eh... apa khabar dengan penelusuran masa lalunya Sania ya...” Dani kembali teringat akan pencarian Sania tentang orang tua kandungnya.

“ Sudah ah... jangan diingatkan lagi Sania akan semua itu, kasihan...” Bisik Pandu

******

Acara pelulusan di sekolah telah usai, mereka berempat sudah mendapatkan tempat kuliah yang diinginkan. Sania tetap kuliah di Jakarta, sesuai dengan prediksi Pandu. Sebelum semuanya disibukkan di tempat kuliahnya masing-masing, Mereka sepakat mengadakan acara jalan-jalan dulu ke Yogyakarta, ke rumah yang akan ditempati Pandu. Mereka akan melaksanakan acara bersama, persahabatan yang telah terjalin erat selama ini, membuat perpisahan ini terasa berat. Sebelum semuanya betul-betul harus berpisah, mereka ingin bersenang-senang dulu.

“ Sania kamu sudah minta idzin belum sama Ayah dan Ibumu... yang paling ribet masalah idzin kan kamu...” Dani membuka pembicaraan setelah cukup lama mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing.

“ Sudah dong... sebulan yang lalu aku sudah minta idzin, kalau kita akan mengadakan perpisahan di Yogya. Gak ngira ya... akhirnya kita harus berpisah.” Kata Sania dengan wajah sendu.

“ Gak apa-apa Sania, kan mau mengejar cita-cita kita... setiap semester kita bisa kumpul-kumpul di sini, di Jakarta. ” Sahut Pandu, sesungguhnya diapun merasa berat untuk berpisah dengan sahabat-sahabatnya, terutama dengan Sania yang dia sayangi dalam diam.

“ Kalau aku sih gak usyah nunggu satu semester kali, Bogor-Jakarta kan dekat... kalau aku kangen aku pasti menemui kamu.” Kata Wulan sambil memeluk Sania.

“ Iya juga ya... aku juga bisa sering-sering ketemu sama kalian Bandung-Jakarta juga dekat, kecuali Pandu... kalau kamu sering-sering pulang bisa bangkrut.” Ledek Dani, sebetulnya tidak ada masalah bagi Pandu untuk bolak-balik naik pesawat, karena Pandu terlahir dari keluarga berada.

“ Aku janji... kalau mau pulang ke Jakarta pasti akan memberikan khabar kepada kalian, biar kita bisa kumpul.” Pandu

******

Mereka berangkat ke Yogyakarta dengan menggunakan kereta Argo lawu, sampai di stasiun Tugu Yogyakarta sekitar jam 04.00. Masih sangat pagi... udara dingin terasa menusuk kulit, untungnya supir keluarga Pandu sudah setia menunggu di sana. Dengan terkantuk-kantuk mereka pindah ke mobil keluarga Pandu dan melanjutkan tidur, karena sepanjang jalan tadi, waktu di kereta mereka larut dalam obrolan yang mengasikan, mengenang masa-masa kebersamaan mereka sewaktu di SMA.

Tidak memakan waktu yang lama mereka sudah sampai di rumah neneknya Pandu, rumah yang tertutup gerbang yang tinggi. Rumah dengan ornamen etnik yang megah khas Yogyakarta. Bangunan utama rumah itu dibentuk seperti pendopo dengan pilar kayu, ubin batik, dan hiasan lampu gantung yang antik. Mereka terpesona dengan keindahan bangunan rumah keluarganya Pandu.

“ Pan... rumahnya keren sekali... kamu keluarga bangsawan ya? “ Tanya Dani, setelah terpesona melihat keindahan bangunan rumah itu.

“ Sudah ah... santai saja.” Kata Pandu sambil sungkem ke arah neneknya yang dengan anggunnya duduk di kursi.

“ Eyang... kenalkan ini sahabat-sahabat Pandu...” Pandu mengenalkan satu demi satu para sahabatnya kepada neneknya.

Semuanya menyalami nenek Pandu dengan takzim... saat giliran Sania mencium tangan Nenek Dewi, ada pandangan tajam ke arahnya... seakan ingin menelisik lebih jauh, membuat Sania menjadi kikuk. Dengan terburu-buru sania mundur, duduk di sebelah Wulan sambil menundukkan wajahnya. Sania merasa ada kesan pandangan tidak suka dari nenek Pandu kepadanya. Entah kenapa ada rasa takut di hati Sania... padahal mereka baru pertama bertemu.

******

Pandu yang sangat tajam sekali penglihatannya apabila menyangkut dengan Sania, juga bisa merasakannya... menurutnya Sania terlihat takut berhadapan dengan neneknya, Eyang Dewi.

“ Ada apa San... jangan takut nenekku orang baik koq... memang sih kalau sama orang baru, dia kurang cepat akrab.” Tanya Pandu.

“ Gak apa-apa Pan... nenekmu sangat berwibawa saja, jadi aku merasa sungkan padanya...” Sahut Sania cepat, dia tidak mau membuat Pandu tidak enak hati.

“ Iya betul... aura nenekmu beda sekali... sangat berwibawa.” Wulan juga mengemukakan pendapatnya.

Hari ini nenek belum membolehkan mereka untuk rekreasi keliling Yogyakarta, menurut nenek lebih baik hari ini dipakai untuk santai di rumah saja.

“ Pandu... boleh tidak sih, kita keliling rumah ini? penasaran juga, soalnya rumahnya sangat luas... ” Tanya Wulan ingin tahu keadaan rumah itu.

“ Boleh dong... nanti aku antar... takut nyasar!! “ Canda Pandu sambil terkekeh, lucu juga melihat tingkah teman-temannya ini.

“ Asikkk... beneran ya... sampai ke taman belakang itu ya.” Teriak Wulan kegirangan. Sejak pertama datang, dia memang sempat melihat taman yang indah di belakang rumah nenek Dewi. Saat mereka berdua, Wulan dan Sania sedang menikmati taman di belakang rumah neneknya Pandu, Sania merasakan ada yang mengawasinya dengan begitu tajamnya...

“ Wulan... kamu merasa gak sih... perasaanku neneknya Pandu gak suka ya sama aku... “

“ Masa sih... gak ah... itu mungkin hanya perasaan kamu saja, mungkin karena dia keturunan ningrat, jadi aura wibawanya memang membuat kita menjadi sungkan.”

“ Enggak Wulan... ini beda.”

“ Sudah ah, jangan terlalu dipikirkan.” Akhirnya Wulan mengakhiri pembicaraan itu, dan mengajak Sania masuk ke dalam rumah.

******

Saat makan siang, seluruh anggota keluarga makan bersama di meja makan yang sangat besar. Kalau meja makan yang biasa dipakai oleh orang kebanyakan memiliki kursi enam buah, meja makan nenek dewi kursinya ada sepuluh. Ditambah mereka berempat, meja makan itu masih bisa menampungnya.

“ Kalian semua ini satu SMA dengan Pandu ya? “ Tanya nenek Dewi, kemudian satu persatu mereka ditanya tentang keluarganya...

“ Kalau kamu, berasal darimana? Kelihatannya bukan orang Jakarta juga ya?” Tanya nenek Dewi kepada Sania

“ Ibu Bapak saya asli dari Bandung Eyang...” Sahut Sania.

“ Oh Bandung ya... saya kira... tapi memang orang Bandung terkenal akan kecantikannya.” Kata nenek lagi, matanya masih seperti orang yang sedang penasaran.

Setelah itu nenek Dewi masuk kamar dan tidak keluar lagi... Sania merasa penasaran dengan yang dilakukan oleh neneknya Pandu, kenapa dia seperti tidak suka kepadanya. Akhirnya rasa penasarannya terjawab. Menurut keterangan orang-orang yang bekerja di rumah itu, nenek Pandu memang tidak menyukai orang-orang bule, karena dulu Indonesia dijajah sangat lama oleh Belanda. Menurutnya orang-orang yang berasal dari negara Eropa adalah orang-orang jahat, yang sudah tega menghancurkan negaranya.

Selama satu minggu mereka berempat tinggal di Yogyakarta, seluruh tempat wisata yang ada di sini mereka kunjungi. Mereka bebas berkeliling kemana-mana karena memang disediakan kendaraan dan sopirnya. Selama berlibur di Yoogyakarta mereka disediakan fasilitas yang luar biasa nyamannya. Liburan kali ini betul-betul memuaskan... sekaligus perpisahan yang sangat berkesan...

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bu, terasa masuk di antara mereka..

14 May
Balas

Terima kasih neng

14 May

Akhirnya mereka berpisah juga..Assik..ditunggu kelanjutannya bu...

14 May
Balas

Iya nih...mereka hrs kuliah di tempat yg berbeda

14 May

Gak mampir ke Solo tuh Sania dkk bu. Hehehe. Barokallah

14 May
Balas

Nanti saya neng yg mampir ke solo

14 May

Keren tulisannya Bu, ditunggu kelanjutannya

14 May
Balas

Terima kasih atas kunjungannya...Semoga sehat sll

14 May

Mantap tambah keren

14 May
Balas

Makasih bu supiati yg selalu memberikan supportnya

14 May



search

New Post