JEJAK RAHASIA
JEJAK RAHASIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-89
Episode: Atasan Sania
Empat Tahun Berlalu
Jam delapan kurang sepuluh menit Sania sampai di kantornya, tapi suasana kantor sudah terlihat sangat hingar bingar...
“ Cepat... cepat... dia akan datang, Sania ayo cepat...”
Semua terlihat panik, yang masih berada di jalan berjalan cepat ke tempatnya masing-masing, yang sudah duduk berpura-pura sibuk memegang pekerjaan. Ini adalah pemandangan pertama yang Sania lihat setelah empat bulan bekerja. Biasanya pagi begini, walaupun sudah mulai sibuk tapi tidak ada ketegangan seperti ini.
“ Yu... ada siapa sih? “ Sania sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya, kenapa semua orang begitu tergesanya...
“ Ssssttt... nanti saja aku jelaskan. Ayo sana cepat balik ke mejamu. ” Sahut Ayu tanpa berpaling sedikitpun, sibuk membereskan mejanya.
Suara hingar bingar yang tadi terdengar, hilang begitu saja... langsung sepi... hening.
“ Ada apa sih... kenapa jadi sepi? “ Sania semakin bingung
Semua mata memandang ke arah pintu masuk... seorang wanita cantik, berkulit putih bersih, rambut sebahu. Melangkah anggun memasuki ruangan. Suara sepatunya terdengar jelas karena tidak ada suara dalam ruangan itu.
“ Selamat Pagi... “ Wanita cantik itu mengucapkan salam, pandangannya tajam menatap seluruh karyawannya. Sebentar dia menghentikan langkahnya di depan Sania, tanpa senyum sedikitpun dia menegur Sania.
“ Kamu... meja kerjamu di sini?”
“ Bukan Bu... di sana...”
“ Kenapa berdiri di sini? Cepat kembali ke meja kerjamu...”
Suaranya perlahan, tapi penuh tekanan. Ayu mendorong tubuh Sania, yang terlihat agak kaget karena ditegur. Dengan secepat kilat Sania berlari ke mejanya. Tapi... lagi-lagi wanita itu menghentikan langkahnya di depan Sania.
“ Itu mejamu? Sekotor itu? “ Katanya dengan pandangan tajam menusuk.
“ Maaf... kemarin belum sempat dibersihkan... saya sibuk sekali.” Dengan terbata Sania menjawab sekenanya.
“ Tidak ada alasan, saya mau semua meja karyawan tidak ada yang berantakan seperti ini. “ Tegurnya lagi.
Wanita itu melangkah terus, masuk ke ruang direksi...
“ Siapa sih? Gitu amat? “ Sania semakin penasaran, mau apa wanita itu masuk ke ruang direksi. Tidak ada seorangpun yang menjawab pertanyaannya, semua sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing.
******
Saat istirahat makan siang Sania baru mendapatkan informasi, wanita itu adalah ibu Dewi, pemilik saham terbesar di perusahaan ini, sekaligus merangkap sebagai direksi. Satu lagi informasi penting yang dia dapatkan, Ibu Dewi adalah atasan yang sangat tegas, apabila dia menemukan kesalahan dari karyawannya, dia tidak akan segan-segan untuk memberikan surat peringatan. Pantas saja semua merasa ketakutan saat melihat kehadirannya.
“ Yu... tadi pagi, aku benar-benar bingung... kalian semua tidak ada yang memberitahu aku tentang bu Dewi.”
“ Jangankan kamu, aku saja baru tahu tadi pagi... kalau tahu dari kemarin, aku akan lebih memilih lembur untuk menyelesaikan tugas-tugasku.”
“ Selama ini Bu Dewi di mana? kenapa aku baru melihatnya?”
“ Beberapa bulan ini dia sedang di Singapura, ada perusahaannya juga di sana... tapi sekali dia datang, semua dikontrol... dan tidak akan ada yang luput dari pemeriksaannya. Dia tidak akan segan-segan memberikan SP kepada karyawannya yang lalai.”
“ Wah... kalau begitu aku harus pergi menjauh darinya... biar gak dapat masalah.
“ Ayo San, kita jangan lama-lama di sini, biar gak dapat masalah.” Ayu menarik tangan Sania, setelah melihat jam, waktu istirahat kurang sepuluh menit lagi.”
******
Baru saja Sania menghempaskan tubuhnya di kursi, tiba-tiba office boy datang...
“ Kak Sania... dipanggil Bu Dewi segera.” Kata Darto
“ Ada apa? Emang saya punya salah apa? “ Jantung Sania terasa mau copot.
“ Gak tahu Kak, saya hanya diminta untuk memanggil Kakak, itupun yang minta tolong Pak Ridwan.”
“ Ya sudah, terima kasih To...”
Segera Sania menemui Bu Dewi, sambil terus berdo’a dalam hati, ‘ Ya Allah... lindungilah hamba-Mu ini...’
“ San... mudah-mudahan tidak ada apa... semangat...” Ayu memberi semangat dengan mengepalkan tangannya, tapi dengan suara yang sangat perlahan sekali. Sania melayangkan senyumannya menutupi resah di hatinya...
Diketuknya pintu yang bertuliskan direksi, perlahan. Di dalam sudah ada Pak Ridwan sedang duduk seorang diri sambil menundukkan wajahnya... sedang Bu Dewi duduk di kursinya seperti sedang mempelajari sesuatu.
“ Selamat siang Pak Ridwan... Bu Dewi... saya dipanggil? “ Kata Sania dengan hati-hati
“ Duduk...” Sahut Bu Dewi, perlahan suaranya tapi sangat mengagetkan Sania.
“ Selamat Siang Sania, ayo sini duduk...” Jawab Pak Ridwan membuat jantung Sania yang berdebar sedikit tenang.
“ Nama kamu Sania? Bekerja sudah empat bulan... ijazah yang kamu pakai SMA... Mana ijazah sarjana kamu?
“ Maaf Bu... ijazah saya belum keluar, tapi saya sudah lulus, hanya tinggal wisuda saja di bulan ini.” Sahut Sania cepat.
“ Pak Ridwan seharusnya bapak tidak boleh menerima karyawan yang ijazahnya belum jelas begini...” Tegur Bu Dewi kepada Pak Ridwan.
“ Mohon maaf Bu... Sania ini kebetulan sebelumnya sudah magang di perusahaan ini, pekerjaannya bagus, mohon ditinjau kembali... di situ ada surat tanda lulus dari universitas beserta nilainya, maafkan saya kalau salah mengambil kebijakan.” Sahut Pak Ridwan.
Ada perasaan tidak enak di hati Sania kepada Pak Ridwan, gara-gara dirinya Pak Ridwan mendapatkan teguran.
“ Betul... nilainya sangat bagus... tapi bagaimanapun, lain kali Pak Ridwan tidak boleh gegabah seperti ini... saya minta jangan sampai diulangi lagi.” Bu Dewi sekali lagi memberikan teguran kepada Pak Ridwan.
“ Dan kamu... Saya minta, segera lengkapi persyaratan di bulan ini, kalau tidak dengan terpaksa saya akan meminta kamu untuk mengundurkan diri.” Kata Bu Dewi kepada Sania.
******
Sania memutuskan untuk menunggu Pak Ridwan setelah pulang kerja, dia merasa bersalah... karenanya Pak Ridwan mendapatkan teguran dari Bu Dewi. Tapi setelah dua jam Sania menunggu, Pak Ridwan belum juga keluar dari ruangan direksi. Ini berarti Pak Ridwan berada di ruangan Bu Dewi selama delapan jam. Kantor sudah mulai sepi... hanya tinggal beberapa karyawan yang tersisa, itupun karena mereka sedang lembur. Tiba-tiba terdengar teleponnya berdering... ibu memanggil...
“ Hallo bu... Wa’alaikumsalam... maaf bu, Sania masih di kantor... masih ada yang harus Sania kerjakan.”
“ Oh ya sudah... hati-hati ya nak...” Sahut ibu. Telepon cepat-cepat ditutupnya, terlihat oleh Sania Pak Ridwan baru keluar dari ruangan direksi.
“ Pak ridwan...Pak Ridwan... tunggu Pak...”
“ Sania ? kamu belum pulang?” Tanya Pak ridwan terheran-heran.
“ Sengaja nunggu Bapak, mau minta maaf... gara-gara saya Bapak mendapatkan teguran dari Bu Dewi.” Sania menjelaskan tujuannya menunggu Pak Ridwan.
“ Oh tidak apa-apa Sania, saya sudah biasa... memang Bu Dewi tegas orangnya, tapi dia baik...” Sahut Pak Ridwan sambil tersenyum menenangkan.
“ Saya janji, secepatnya saya kan menyerahkan ijazah saya kepada Bapak... Terima kasih ya pak... saya pamit pulang.”
“ Oke... hati-hati di jalan Sania...”
“ Siap Pak...” Sahut Sania, segera meninggalkan kantor, dia tidak ingin ibunya merasa khawatir karena anak gadisnya tidak kunjung pulang.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sania apakah diri penulis?
Bukan pak blangkon.... Penulis mah ely hehee...
Keren Bu..lanjutkan
Siap neng
Buat novelnya Bu, pasti laris
Aamiin...Waduh jadi tersanjung...Terima kasih atas kunjungannya
Siiik gaji pertamanya dong sania
Iya tth... Ditraktir gak? Hehe
Lho..kapan kuliahnya bu..Kog udah tamat aja..Hihi..saya jadi kepoApa saya ada yg tertinggal partnya ya bu..
Empat tahun berlalu...
Wah Sania sudah kerja ya, jangan-jangan Sania anaknya Bu Dewi, hihihi
Bisa jadi...
Aamiin...Doa yg sama untuk bpk...Terima ksh telah berkunjung
Wow...mantap....smg sehat n sukses selalu
Aamiin...Doa yg sama untuk bpk...Terima ksh telah berkunjung