JEJAK RAHASIA
JEJAK RAHASIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-79
Episode: Data Diri
Dunia rasanya seperti kiamat, terasa gelap, detak jantung Sania serasa terhenti. Wajahnya memucat sepucat kertas tak bertulis. Air matanya mendesak keluar tak tertahan. dipandanginya sepotong kertas keterangan lahir dari rumah sakit, yang mungkin tidak ada artinya bagi orang lain, tapi baginya... membacanya bagai disambar petir di siang bolong. Tertulis di situ tempat dan tanggal lahir yang sama dengannya, tapi data yang tertulis di situ bukan dengan nama ayah dan ibunya. Lalu kenapa selama ini kalau dia mengumpulkan akta kelahiran yang dipakai sebagai data diri, di situ tertera nama ayahnya Rohimat? Ayah yang selama ini dia kenal. Kepalanya serasa berputar, bingung dengan apa yang dilihatnya.
Sayup-sayup terdengar suara ayah dan ibu berbincang, rupanya sudah pulang dari pasar. Memang tadi setelah shalat subuh ibu minta diantar ayah untuk belanja kebutuhan dapur. Sedang adiknya sudah tertidur pulas lagi setelah shalat subuh. Kesempatan baik itu tidak disia-siakannya, segera dimanfaatkannya untuk mencari data dirinya di kamar ayah dan ibu. Kemarin siang saat perjalanan pulang dari sekolah, dia teringat telah bertengkar hebat dengan Fena teman sekelasnya yang terkenal dengan sebutan ratu gosip. Fena telah menyebarkan gosip kalau dirinya adalah anak angkat. Entah mendapat info dari mana, tapi berita itu telah berhasil membuatnya marah tak terkendali. Sania yang terkenal pendiam, ngamuk memaki Feni sambil berurai air mata.
“ Bu tadi sempat beli pisang ambon lumut pesanan ayah gak?”
“ Sudah yah... ini ibu sudah beli satu sisir.”
Suara obrolan ayah dan ibu semakin jelas terdengar, disambarnya cepat kertas itu, dimasukkan ke dalam kaos yang dikenakannya. Bergegas keluar, kembali menyelinap ke dalam kamarnya. Sesampainya di kamar, dipandanginya kembali surat keterangan lahir itu... Seakan tidak percaya bolak-balik dibacanya, untuk memastikan kalau yang dilihatnya tidak keliru.
******
Heningnya malam semakin panjang terasa, mata sulit untuk dipejamkan. Seluruh kejadian seakan berputar ulang, teringat kembali saat dia masih tinggal di Bogor. Waktu itu saat dirinya masih duduk di kelas satu SD, ada salah satu teman yang berteriak memanggilnya anak pungut. Teriakan itu terdengar oleh ayah, tiga bulan kemudian ayah memutuskan untuk pindah ke Bandung. Kejadian itu akhirnya terlupakan begitu saja olehnya, dan sekarang Fena seakan mengulangi lagi kejadian itu, di saat Sania sudah duduk di bangku SMA. Tentu saja sekarang dia sudah memahami semuanya... Rasa penasarannya membuat Sania memutuskan untuk mencari tahu, siapa dirinya. Sania berpikir bahwa sudah saatnya dia mengetahui segala kebenaran itu. Tapi... kemudian terbayang wajah ibu dan ayah yang begitu menyayanginya, bagaimana mungkin dia akan menyakiti hati mereka dengan menanyakannya langsung jati dirinya. Rasa sayang yang teramat sangat menyeruak ke dasar hatinya. Teringat bagaimana kasih sayang ayah dan ibunya begitu besar kepadanya, tidak pernah sedikitpun dia merasa dibedakan dengan adiknya. Bahkan dia sering dibela saat Satria mengganggunya. Sampai datangnya waktu subuh, Sania tidak mampu memejamkan matanya sedikitpun...
“ Sania... bangun sayang, sudah subuh.” Terdengar teriakan ibu memanggilnya. Dengan sedikit sempoyongan Sania bangun dari tempat tidurnya... kepalanya serasa berputar.
“ Iya Bu...” Sahut Sania sambil keluar dari kamar. Ibu sedang berdiri di depan kamarnya. Entah kenapa tiba-tiba Sania ingin memeluk tubuh ibunya.
“ Hey...hey... ada apa ini? Pagi-pagi ibu mendapat pelukan dari putri kesayangan ibu.” Teriak Ibu terkejut mendapatkan pelukan darinya. Tapi kemudian ibu terkejut, karena merasa badan Sania panas.
“ Sayang... kamu sakit nak?” Tanya ibu sambil memegang dahi Sania.
“ Enggak bu... Sania gak apa-apa koq.” Sahut Sania. Dia juga tidak menyadari kalau badannya agak panas. Cepat-cepat Sania pergi ke kamar mandi, menghindari ibu yang akan bertanya banyak.
Saat sarapan pagi walaupun Satria meledeknya habis-habisan, tetap saja Sania tak bergeming, di kepalanya masih tersimpan banyak pertanyaan,
“ Kak... ayo makan yang banyak, malu-maluin nanti, masa tim basket, loyo begitu...” ledek Satria, masih berusaha meledek Sania. Tapi Sania tetap terdiam dalam lamunannya.
“ Bisa kalah sama Fena lho kak...” Ledek Satria lagi.
“ Enak saja... Fena gak akan bisa mengalahkan aku.” Sahut Sania cepat, begitu nama Fena disebut oleh Satria.
“ Widih... keren kali kakakku ini...” Kata Satria dengan senyum kemenangan. Dia tahu kakaknya memang kurang menyukai Fena yang nyinyir. Usahanya untuk meledek Sania berhasil.
******
Saat berangkat ke sekolah, Sania minta turun dulu di toko alat tulis dan foto copy.
“ Aduh Kak... sudah siang nih, nanti kesiangan kalau harus mampir dulu ke foto copy, aku mau nyalin dulu tugas. “ Kata Satria sambil mengentikan sepeda motornya.
“ Siapa yang mau minta ditunggu? Sana pergi...” Sania menarik napas lega, memang dari awal dia akan meminta adiknya untuk meninggalkannya, karena dia akan memfoto copy surat keterangan lahir dari rumah sakit yang dia temukan di kamar ibunya. Nanti saat di rumah tidak ada siapa-siapa dia akan mengembalikannya lagi ke tempat semula.
“ Hati-hati lho Kak... nanti ketemu cowok ganteng, Kakak terkesima, nyasar... gak nyampe sekolah.” Ladek Satria sambil meninggalkan kakaknya.
Ya Allah... bagaimana mungkin dia bukan adik kandungku, aku sangat menyayanginya. Ayah dan ibu bahkan memberinya nama Satria, seperti layaknya kakak beradik, kami menggunakan nama dengan awalan yang sama.
******
Sepulang sekolah Sania tidak langsung pulang ke rumah. Dia mampir dulu ke bank, diambilnya uang sebanyak dua juta. Uang itu diambil Sania, karena dia merasa suatu saat pasti dia akan membutuhkannya, bila saatnya tiba untuk menyusuri jati dirinya. Walaupun sampai saat ini terasa masih buntu, mau mengawalinya dari mana... Tidak ada satu orangpun yang diberi tahu tentang rahasia ini, bahkan kepada sahabat karibnya sekalipun.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kini tentang seorang remaja yg mencari jati dirinya..kereen..ditunggu kelanjutannya, bu
Siap neng...makasih supportnya
Aduuh sania anak siapa siiih..kok cantiknya sama ama ibunya..
Anak bpk ibunya
Sania yg mencari jati dirinya
Betul...terima kasih bu atas dukungannya
Cerbung baru ya mb, ditunggu lanjutannya, barokallah
Betul neng...makasih ya sdh berkunjung
Mencari silsilah keluarga..
Betul sekai
Alhamdulillah yang baruuu
Alhamdulillah...yg tue jgjd terbawa semangat nih
menarik ceritanya
Terima kasih atas kunjungannya...barakallah