Ely Herlina

Ely Herlina, lahir di karawang 07 Oktober 1963. mendapat tugas sebagai PNS pada Desember tahun 1984, di SMPN I Kotabaru, karawang. Tahun 2017 mendapat tugas tam...

Selengkapnya
Navigasi Web
JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

#TantanganGurusiana

Hari ke-80

Episode: Misteri Rahasia

Dipandangi uang yang tadi siang diambilnya dari bank, kemudian diambilnya juga kertas foto copy surat keterangan lahir dari dalam tas sekolahnya, dipandanginya... Senia tidak menemukan apapun dari situ. Rahasia itu masih menjadi misteri yang harus dipecahkan... Pikirannya melayang pada saat awal kepindahannya ke Jakarta. Kepindahan mereka memang sangat tegesa-gesa, dan terkesan dipaksakan. Awal kehidupan mereka di Jakarta sempat mengalami kesulitan, di sini ayahnya sempat sampai beberapa bulan tidak bekerja. Untuk kehidupan sehari-hari, mereka hanya mengandalkan uang penjualan rumah yang tidak seberapa karena rumah mereka waktu di Bogor merupakan perumahan yang belum lunas.

Memikirkan semua itu membuat hatinya teriris-iris, hanya untuk melindunginya ayah dan ibu rela melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Ayah rela melepaskan pekerjaannya yang mulai mapan. Bahkan ibupun sampai rela mengurangi waktu tidurnya untuk membuat kue-kue yang paginya akan dijualnya sendiri. Waktu itu Sania sempat protes menghadapi masa sulit di awal kepindahannya di Jakarta. Ayah dan ibu dengan sabar menghadapi kemarahannya, mengingat semua itu air mata Sania kembali bercucuran... Tapi Misteri rahasia ini tetap harus dipecahkan.

Dipandanginya lagi uang dan surat keterangan lahir yang sedang dipegangnya.

‘ Ya Allah... apa yang harus kulakukan? ‘ batin Sania. Tiba-tiba terlihat olehnya nama rumah sakit tempatnya dilahirkan, Cirebon. Ya... betul dia bisa mengawalinya dari kota Cirebon.

‘ Tapi... Bogor juga bisa dijadikan awal menyusuri rahasia jati diriku... bukankah dulu, waktu di Bogor itulah, awal aku mendengar kata anak pungut.’ pikirnya lagi.

Setelah berpikir lama, akhirnya diputuskannya untuk menyelusuri dari kota Cirebon dulu, karena di sana dia dapat mencari data orang tuanya. Baru nanti dia akan mengikuti petunjuk dari data diri orang tuanya. Setelah berpikir agak lama akhirnya Sania memutuskan untuk mencari jati dirinya saat libur semester. Bulan depan di bulan Desember, Sania akan berangkat ke sana untuk mencari identitas orang tuanya. Sania akan mencari alasan yang kira-kira bisa dijadikan alasan untuk bisa ke Cirebon tapi tidak dicurigai oleh ayah dan ibunya. Tiba-tiba terdengar suara ibunya memanggil di depan pintu kamar.

“ Sania... sayang... sudah mandi belum nak, sebentar lagi mau magrib nih.” Ibu memanggilnya dari luar kamar.

“ Iya Bu... sebentar...” sahut Sania, sambil cepat-cepat memasukkan uang dan surat keterangan itu ke dalam tumpukan baju di lemarinya.

******

Selama sebulan ini, Sania yang pendiam semakin mengurung diri...

“ Nak... kamu tidak sedang sakit? Akhir-akhir ini Ibu lihat kamu terlihat murung.” Tanya ibu saat sedang makan malam bersama.

“ Iya tuh bu... Kak Sania sekarang gak asik... masa diajak canda diam saja.” Satria ikut nimbrung memberikan komentar. Sesungguhnya Satriapun khawatir melihat perubahan kakaknya. Satria bahkan sempat mencari informasi kepada sahabatnya Sania. Ternyata merekapun sama melihat perubahan itu, tapi tidak tahu apa yang terjadi.

“ Enggak apa-apa Bu, Sania tidak sakit... mungkin Sania kecapean saja.” Sahut Sania.

“ Kalau begitu kamu minum vitamin, biar nanti siang Ibu beli dulu ke apotik...” Kata ibu akhirnya.

Sania ingin menangis mendengar perhatian ibunya. ‘ Ya Allah apa sebaiknya aku tidak usyah mencari jati diriku... Ayah dan Ibu sangat sayang sekali padaku... tapi bagaimana ini, aku juga ingin tahu orang tua seperti apa sebenarnya Ayah dan Ibu kandungku ini... yang telah tega membuangku.’ Batin Sania.

******

Udara sangat panas, matahari tepat di atas kepala... Sania dengan sahabat-sahabatnya pulang lebih awal karena di sekolahnya akan ada rapat. Di perjalanan mereka larut dalam canda dan tawa...

“ Dan... kita minum es cendol dulu yu, kayaknya enak nih panas-panas begini...” Pandu menarik tangan Dani.

“ Sebentar Pandu...” Sahut Dani segera mendekat ke arah Sania dan Wulan, diajaknya kedua sahabatnya itu untuk sama-sama minum es cendol yang mangkal di pinggir jalan. Awalnya Sania menolak, dengan alasan ingin cepat pulang, tapi Dani memaksanya...

“ Ayolah Sania... kita ini bisa bareng-bareng begini paling tinggal berapa bulan lagi. Setelah libur semester ini kita akan disibukkan dengan berbagai macam persiapan ujian. Kali ini aku gak mau kamu menolak lagi.” Dani betul-betul memaksa, Sania akhirnya mengikuti ajakan Dani untuk minum es cendol dulu.

“ San... liburan ini kamu mau kemana, aku mau ke Cirebon... Nenekku minta aku liburan di sana. “ Kata Wulan sambil menyeruput es cendol yang gurih, manis... dan dingin.

“ Cirebon? Kamu mau liburan ke Cirebon? Cirebonnya di mana? boleh gak aku ikut? “ pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan Sania.

“ Di kota Cirebonnya... memang kamu diidzinkan sama Ibumu, biasanya kamu liburan bareng keluarga.” Sahut Wulan agak aneh mendengar Sania ingin ikut berlibur bersamanya. Padahal biasanya walaupun Wulan, Dani, dan Pandu berlibur bersama... Sania tidak pernah bisa ikut bersama.

“ Kali ini aku ingin ikut... aku mau maksa supaya Ibu mengidzinkan.” Sahut Sania. Sania berpikir ini adalah kesempatan untuknya agar bisa pergi ke rumah sakit umum di Cirebon.

“ Aku ikut...” kata Pandu. Dia tahu banyak tempat wisata yang bisa di kunjungi di Cirebon, karena dua tahun yang lalu Pandu dan Dani pernah ikut ke sana.

Sekarang semua mata tertuju pada Dani...

“ Oke... aku juga ikut. “ Kata Dani akhirnya. mereka berempat mengulurkan tangan...tangan mereka saling bertumpuk.

“ Yeeesss...” Teriak mereka bersama, sambil diikuti derai tawa bahagia. Baru kali ini mereka akan berlibur bersama dengan formasi yang lengkap. Pandu senang melihat Sania bisa tertawa lepas, sudah beberapa hari ini dia melihat kemurungan di wajah Sania. Selama tiga tahun ini mereka berempat memang selalu bersama, bahkan Pandu sudah bersahabat dengan Sania semenjak dari SMP. Jadi Dia sudah mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dari sahabatnya ini.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terksdang saat kita menemukan jati diri kita, kita kecewa dan kita lembali kepada orang tua yg mengurus kita, karena itulah sesungguhnya cinta... bagus bu.ditunggu kelanjutanya..

06 May
Balas

Betul neng...kasih sayang yg didapat sgt berlimpah...

06 May

Lanjutkan Bu..menarik

06 May
Balas

Makasih neng septa...

06 May

Makasih neng septa...

06 May

Makasih neng septa...

06 May

Makasih neng septa...

06 May

Aduuh Sania..jadi deg degan ua..merhatiinnya...uffs...mani asa cerita nyata neng haji..goood...good

06 May
Balas

Htr nuhun teteh....

06 May

Sania yg sedang mencari jati dirinya...

05 May
Balas

Betul....terima kasih ats kunjungannya...sehat sll ya bu..

06 May

Mantap

05 May
Balas

Makaih neng...mudah2an sehat sll

05 May



search

New Post