JEJAK RAHASIA
JEJAK RAHASIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-112
Episode: Mimpi Sania
Malam semakin larut, saat orang lain nyenyak dalam tidurnya. Sania terbangun, dalam mimpinya, dia merasa seperti sedang berada di suatu ruangan bersama dengan seorang wanita yang sedang memeluk dan menciumi wajahnya sambil menangis. Sayangnya wajah wanita itu tidak terlihat jelas, wanita itu terlihat hanya bagian belakangnya saja. Kalau melihat perawakannya Sania yakin wanita itu bukan Ibunya. Tubuh Ibu kecil mungil, sedangkan wanita yang ada dalam mimpinya bertubuh tinggi. Sania mencoba mengingat-ingat wajahnya, dia merasa wanita yang memeluknya adalah ibu kandungnya yang selama ini dirindukannya. Hatinya seperti teriris sembilu, batinnya merana, gerak langkahnya selama ini dalam menguak misteri masa lalunya selalu menemui jalan buntu. Tidak ada secercah cahaya sedikitpun yang menerangi langkahnya, semuanya gelap…
Sania terisak sambil memeluk guling, dibenamkan wajahnya… agar suara tangisnya tidak terdengar sampai keluar. Mimpi itu seolah nyata… masih terasa pelukan hangatnya. Ya Allah seandainya itu nyata alangkah bahagianya hatinya… tapi kemudian dia teringat akan kasih sayang yang diberikan ayah dan ibunya. Mereka selalu memberikan limpahan kasih sayang yang sangat luar biasa… bukannya tidak bersyukur karena kasih sayang yang dimilikinya… tapi ada rasa penasaran yang sangat besar terhadap jati dirinya, ingin mengetahui juga alasan apa yang dimiliki oleh orang tua kandungnya yang tega memberikannya kepada orang lain.
Setelah lama larut dalam tangisnya, Sania bangun dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat malam. Sania ingin menumpahkan segala gundahnya dalam do’a… Sania yakin hanya Allah yang bisa menolongnya… kalau Allah sudah berkehendak tidak ada sesuatu yang tidak mungkin.
******
Pagi ini Sania melihat, Bu Dewi menampilkan senyum ramahnya. Senyum yang selalu di tunggu oleh seluruh karyawannya, termasuk dirinya. Walaupun secara materi Bu Dewi selalu memperhatikan para karyawannya, tapi tetap saja mereka sangat mengharapkan atasan yang ramah, yang selalu memperhatikan bawahannya.
“ Ssstt… Sania, adem rasanya melihat wajahnya Bu Dewi… kalau lagi begini kelihatan cantiknya…” Ayu tiba-tiba muncul di belakangnya.
“ Iyah ya… coba tiap hari seperti ini.”
“ Menurutmu kenapa Bu Dewi sikapnya kaku seperti itu? Kayaknya dia gak punya anak ya…”
“ Sudah ah jangan bergosip… tugasmu untuk mencari data harga computer terbaru sudah dapat belum? jangan hanya melihat di google saja ya… cek harga juga ke toko-toko.”
“ Siap Bu… laksanakan, tahu gak lama-lama kamu kayak Bu Dewi deh… terlalu serius.” Kata Ayu sambil memeletkan lidahnya.
Sania hanya tersenyum mendengar omongannya Ayu, ‘mau bagaimana lagi mungkin karena aku terlalu sering bareng Bu Dewi, jadi terbawa serius juga.’ Batin Sania
******
Sania berpikir kalau segala usahanya untuk mencari jati dirinya selalu buntu, sepertinya dia harus mengumpulkan segala keberaniannya untuk bertanya kepada ibu. Mungkin hanya itu satu-satunya cara untuknya dalam menelusuri jati diri. Setelah berpikir lama akhirnya Sania memutuskan untuk menanyakan semua kecurigaannya kepada ibunya saja langsung…
“ Bu… boleh gak Sania menanyakan sesuatu, tapi janji ya ibu tidak akan marah… ibu harus percaya semua yang ditanyakan Sania ini tidak akan mempengaruhi rasa sayang Sania terhadap Ibu…” kata Sania membuka pembicaraan sambil memijit Pundak ibunya. Sania mencoba berbicara sehalus mungkin, dengan mengolah kata agar ibunya tidak tersinggung.
“ Memang pertanyaan apa yang bisa menyebabkan ibumu ini harus marah?” Ibu terlihat mengerjitkan dahinya.
“ Tentang masa kecil Sania Bu…”
“ Kenapa dengan masa kecilmu, semua baik-baik saja kan?” Sahut ibu nada bicaranya sudah mulai tinggi.
“ Bu…” Sania memeluk tubuh ibunya dengan dekapan yang erat
“ Gak apa-apa deh kalau Ibu belum mau membicarakan itu, maafin Sania ya Bu…” Akhirnya Sania mengakhiri pembicaraan itu, dia hanya melanjutkan pijatan di Pundak ibunya.
******
Setelah Sania mengajukan beberapa pertanyaan yang belum dijawab oleh ibu. Sania merasa sepertinya ibu sedikit menghindari pertemuan dengannya. Wajahnya terlihat muram… Sania merasa sangat bersalah atas kejadian itu, dia berusaha untuk mencairkan suasana yang tidak nyaman ini.
“ Bu… Sania mau dimasakin sayur lodeh dong… kangen juga sama sayur lodeh masakan Ibu, mau ya bu…please.”
“ Oh ya sudah, hari ini Ibu ke pasar deh, nyari bahan-bahannya… sekalian mau masak ayam goreng kesukaanmu juga.” Sahut Ibu ada senyuman di wajah ibu.
“ Terima Kasih ya Bu… Sania sayang sekali sama Ibu…” Kata Sania sambil berusaha memeluk tubuh Ibu yang sedang ngambil keranjang belanjaan.
“Sudah…sudah… jangan kamu peluk Ibu seperti ini, Ibu mau ke pasar ah…”
Ibu berusaha menghindari pelukan Sania, karena dia ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Sania, air matanya sudah tidak tertahan lagi. Dia tidak mau Sania melihatnya berurai air mata. Setelah Sania seakan mengorek masa lalunya, air matanya sudah tidak dapat dikontrol lagi. Rasa takut akan kehilangan anak gadis kesayangannya sangat besar sekali, bahkan membuatnya tidak bisa tidur. Dia belum berani menceritakan semua kejadian ini kepada suaminya, karena kalau diceritakan sekarang pasti Ayah akan memintanya untuk menceritakan jati diri Sania. Dia merasa belum siap kehilangan anak gadis semata wayangnya ini.
Bersambung…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Penasaran lanjutannya
Terima kasih bu....siap melanjutkan
lajut
Siap
Cediiih
Ditungggu lanjutken bu. Barokallah
Sania suruh tanya ayah
Hehe ...betul
Menanti kisah selanjutnya
Siaaap....terima kasih dukungannya bu...
semakin keren...penasaran lanjutannya
Ikuti terus ya pak
Setia menunggu kelanjutannya bu
Oke....terima kasih atas suportnya...