JEJAK RAHASIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-129
Episode: Sania Dibawa Pergi (50)
Kali ini Bu Dewi tidak hanya sekedar mengikuti Sania dari belakang…
“ Sania , nanti siang saya mau ikut makan mie ayam buatan ayahmu, yang lain bilang enak… saya jadi penasaran ingin ikut mencoba.”
“ Ayo, tapi tempatnya sederhana ya Bu… gak apa-apa kan?”
Sania sebetulnya merasa heran, kenapa tiba-tiba bu Dewi ingin ikut makan mie ayam? Bukankah dulu pernah mengatakan kurang menyukai mie ayam? Batin Sania.
“ Gak apa-apa… hanya ingin menghilangkan kepenasaran saja.” Sahut Bu Dewi.
Begitu jam istirahat tiba, Bu Dewi langsung mengajak sania.
“ Sania , sebaiknya kamu tidak usyah bawa mobil, kita gabung saja…biar Pak Tisna saja yang membawa mobil saya.”
“ Iya Bu.”
Sania mengikuti langkah Bu Dewi yang tergesa. Bu Dewi yang terburu-buru seperti inipun mengusik perasaan Sania, tidak biasanya Bu Dewi seperti ini, sebegitu penasarankah untuk segera makan mie ayam, sampai seperti yang tidak sabar seperti ini?
Di dalam mobil Bu Dewi tidak banyak bertanya, diam membeku… seolah banyak yang sedang dia pikirkan. Saniapun tidak berani untuk membuka pembicaraan, dia menyibukkan diri dengan membuka pesan yang masuk di hand phonenya.
“ Maaf Bu… arahnya kemana ini? Ke kiri atau ke kanan?” Tanya Pak Tisna saat menemui pertigaan.
“ Ke kiri Pak… sebentar lagi ada ruko-ruko, posisinya ada di sebelah kiri, kita masuk ke ruko itu ya Pak…” Sahut Sania.
“ Siap…”
Begitu sampai Pak Tisna langsung menurunkan Bu Dewi dan Sania tepat di depan kedai mie ayam Pakde Smith. Pak Tisna sendiri langsung mencari parkiran, karena di depan kedai mie ayamnya Pakde Smith sudah penuh.
******
Sania dan Bu Dewi segera memasuki kedai mie ayam, tapi… hari ini sangat ramai sekali, setelah diteliti oleh Sania tidak ada satupun meja yang kosong. Pakde Smith yang sedang melayani pembeli akhirnya melihat ke arah Sania, wajahnya memerah karena merasa bahagia di hadapannya ada wanita yang selama ini dicari, yang selalu menempati tempat yang spesial di hatinya. Berbeda dengan Bu Dewi, wajahnya memucat dan langsung membalikkan badannya… dia tidak mau bertemu dengan laki-laki ini. Rasa sakit hatinya terasa lebih dalam dibandingkan rindunya.
“Laras…” Pakde Smith langsung meninggalkan pekerjaannya, langsung menyusul Bu Dewi. Saat dia berhasil menyusulnya, Bu Dewi sudah berada di dalam mobil. Pak Tisna sudah diminta untuk menjalankan mobilnya.
“ Tunggu Laras… tolong jangan tinggalkan saya.”
“ Untuk apa? Saya tidak mau bertemu dengan orang yang sudah meninggalkan saya.” Sahut Bu Dewi sambil menutup pintu mobil dan menguncinya. Mobil itupun dengan cepat meninggalkan Pakde Smith yang tertegun, karena tidak mengira akan mendapatkan perlakuan seperti ini dari orang yang sangat dia rindukan.
Sementara itu Sania juga terlihat kebingungan melihat semua kejadian itu. Berdiri terpaku memandangi mobil Bu Dewi yang meninggalkannya.
“ Sayang… ayo ke sini Nak, kita ngobrol di atas.”
Pakde Smith menggandeng tangan Sania menuju lantai dua. Tanpa tanya Sania mengikuti langkah Pakde Smith, mereka duduk di ruang tamu.
“ Ada apa sebetulnya Pi? “ tanya Sania setelah rasa terkejutnya mereda.
“ Yang tadi itu Mamimu, kelihatannya Dia sangat marah sekali sama Papi.”
“ Mami? Yang barusan itu Bu Dewi Pi… bosnya Sania.”
“ Kamu bekerja di perusahaan milik Mamimu? Jadi selama ini kamu sangat dekat dengan Mamimu?”
“ Sania tidak menyadarinya sama sekali, jadi Bu Dewi Bos yang sangat ditakuti, jarang tersenyum itu Mamiku? Sania memang cukup dekat dengan Bu Dewi, tapi hanya sebatas pekerjaan… sesekali Dia mengajak Sania makan bareng, Sania kira itu hanya karena Bu Dewi tidak memiliki teman.” Sania masih merasa linglung dengan kejadian siang ini.
“ Dia Mamimu Sania, mungkin karena terlalu banyak peristiwa yang menyakiti hatinya, membuat Dia jadi begitu, menjadi kaku dan tidak bersahabat... dulu Mamimu adalah wanita yang sangat ramah walaupun dia berasal dari keluarga ningrat.”
“ Maaf Bos, ini mie ayam buat Non Sania.”
Jarwo masuk ke ruang tamu dan menyodorkan semangkuk mie ayam kesukaan Sania, dengan segelas juice mangga.
“ Terima kasih Wo, ayo Sania kamu harus makan dulu.”
Pakde Smith menyodorkan mie ayam itu ke dekat Sania. Sania hanya memandangi mie ayam kesukaannya, selera makannya sudah lenyap tanpa bekas.
“ Ayolah Sania kamu harus makan, nanti kamu sakit kalau begini terus. Apa Papi suapi saja?”
“ Jangan… biar Sania makan sendiri saja Pi…”
Sania mencoba untuk makan hanya sampai pada sendokan kedua, Sania menghentikan suapannya. Sania merasa dirinya tidak pantas menjadi anaknya Bu Dewi… seorang wanita yang hebat, bukan wanita seperti ini yang dia harapkan sebagai seorang Ibu, dia kira Ibu kandungnya adalah seseorang yang mirip seperti Ibunya yang selama ini dia kenal, Ibu yang sangat menyayanginya. Seorang wanita sederhana yang lemah lembut.
******
Sania tidak kembali ke kantor, dia langsung pulang menggunakan taksi online.
“ Satria tolong ambilkan mobil Kakak, ada di kantor…ini kuncunya.”
“ Kak Sania kenapa? Sakit?” Satria memegang keningnya Sania. Badan Sania tidak panas, hanya keringat dingin membasahi tubuh Sania,
“ Enggak, aku gak sakit… hanya agak cape saja.” Sania langsung memasuki kamarnya. Ibunya Sania yang melihat Sania pulang sebelum waktunya, mengikuti Sania ke dalam kamar.
“ Sayang… Ibu baluri minyak kayu putih ya… biar enak.” Kata Ibunya Sania segera membaluri tubuh Sania dengan minyak kayu putih, setelah Sania berganti pakaian.
“ Bu… Sania sudah bertemu dengan Maminya Sania…ternyata Bu Dewi adalah Maminya aku Bu…”
“ Bosmu itu Mamimu? Ya ampun Sania… setiap hari kamu bertemu dengan Mamimu, tapi kamu tidak menyadarinya.”
******
Malam harinya Bu Dewi mendatangi rumah Sania…
“ Ibu dan Bapak… mohon maaf, karena Sania itu adalah anak kandung Saya, saya mau minta idzin untuk membawa Sania ke rumah saya.” Tanpa basa-basi bu Dewi langsung menyampaikan maksudnya.
“ Tolong Bu kalau bisa jangan malam ini, beri kami waktu dua hari saja, saya juga harus memberi tahu dulu Papinya Sania.”
“ Maaf ya Bu… saya sudah puluhan tahun berpisah dengan anak saya, tolong jangan halangi saya untuk membawanya. Saya ini Ibu kandungnya...”
Ayah dan Ibu Sania tidak mampu untuk menghalanginya lagi, ini memang sudah menjadi hak Maminya Sania kalau dia mau membawanya, tapi bagaimana dengan Papinya Sania? Akhirnya... walau dengan melalui perdebatan yang cukup panjang, dengan terpaksa mereka berdua mengidzinkannya. Ibunya Sania melepas kepergian Sania dengan berurai air mata. Dia tidak mengira perpisahannya dengan Sania akan seperti ini...
Bersambung…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yang mengharu biru. Keren Bunda
Terima kasih suportnya....salam kenal
Luar biasa..bgs ceritanya Bun..sukses selalu ya bun
Aamiin yra...Terima kaaih suportnya... Doa terbaik untuk ibu
Luar biasa..bgs ceritanya Bun..sukses selalu ya bun
Antara senang dan sedih...Senang bertemu dgn maminyaSedih berpisah dengan keluarga angkatnya
Betul....dilema untuk Sania
Keren bu...idenya bagus..terus berkarya bu..ditunggu kelanjutannya..semangat
Terima kasih suportnya... Siap tetap semangat
Bu Dewi gimana tuh, hehehe. Ditunggu lanjutannya bu
Bu dewi egois
Keren.. Cerita yang bagus.. Salam literasi
Terima kaaih bu....salam literasi
Kejam bu Deei
Kejam bu Deei
Kejam bu Deei
Kejam bu Deei
Sungguh kejam
luar biasa. salam literasi Bu.
Terima kasih atas kunjungannya pak... Salam literasi
Bu Dewi gak punya perasaan... Kasian ihh ayah ibunya yg udah ngerawat dari bayi... Hiks hiks...
Bu Dewi gak punya perasaan... Kasian ihh ayah ibunya yg udah ngerawat dari bayi... Hiks hiks...
Bu Dewi gak punya perasaan... Kasian ihh ayah ibunya yg udah ngerawat dari bayi... Hiks hiks...
Bu Dewi gak punya perasaan... Kasian ihh ayah ibunya yg udah ngerawat dari bayi... Hiks hiks...
Betul neng....hiks
mantap ibu
Terima kasih kumjungannya pak
Salam literasi,ceritanya bagus
Terima kasih suportnya bu ...semoga aehat sll ya