JEJAK RAHASIA
JEJAK RAHASIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-131
Episode: Keinginan Sania (52)
Malam ini Sania berada di tempat tidur yang empuk dengan desain kamar yang begitu indah, sangat cocok ditempati seorang gadis seperti dirinya. Ini adalah kamar impiannya selama ini… seharusnya Dia bisa tersenyum bahagia telah mendapatkan semua ini. Ternyata tidak… di dalam kamar ini Sania merasakan sepi yang mendera batinnya. Hari-hari bahagia bersama Ayah, Ibu, dan Satria di rumah yang kecil dan sederhana tapi selalu hangat dengan kasih sayang, canda tawa riang bersama Satria juga selalu membayangi pikirannya.
Kemarin sewaktu mengetahui Pakde Smith adalah ayahnya, Sania merasa kebahagiaannya semakin lengkap… Papi memahami betul kalau Sania yang telah dibesarkan oleh keluarga Rohimat, tidak bisa berpisah dengan mereka. Papi masih mengidzinkannya untuk tetap bersama ayah dan ibunya. Tapi kini setelah Sania bertemu dengan maminya… tiba-tiba kebahagiaannya seperti yang terenggut… Sania harus meninggalkan orang-orang yang sangat disayangi… bulir-bulir air mata tak terasa berjatuhan melewati pipinya yang putih.
Terdengar ketukan pintu di kamarnya, Sania keluar…
“ Non Sania… di tunggu Ibu di meja makan.”
“ Iya… nanti saya ke sana…”
Saat sampai di ruang tamu Mami sudah ada di sana…
“ Ayo Sania, sudah waktunya makan malam…”
Sania melihat berbagai hidangan lengkap tersaji di meja makan, buah-buahan beraneka ragam juga tertata rapi di situ. Tapi semua itu tidak mampu membangkitkan selera makannya… yang teringat olehnya hanya sayur lodeh buatan ibunya.
“ Ayo Sania… mau makan apa? Biar Mami ambilkan ya…” Kata Bu Dewi sambil menyendokkan nasi untuk Sania.
“ Jangan banyak-banyak Mi… biar saya ambil sendiri.”
Masih ada rasa sungkan di hati Sania, bagaimanapun mami adalah Bosnya dulu, yang sangat diseganinya. Rasanya tidak nyaman dilayani seperti ini…
“ Tidak apa-apa… kan Mami sudah lama menginginkan semua ini… bisa bertemu dan memanjakanmu.” Sahut Bu Dewi, dia bisa merasakan kalau Sania belum bisa menerimanya sepenuhnya.
Begitu makan malam selesai Bu Dewi mengajak Sania ke ruang keluarga, disodorkannya sebuah kunci dan beberapa kartu.
“ Sania ini kunci mobilmu yang baru, dan ini kartu ATM dan kartu kredit yang bisa kamu pakai untuk belanja semua kebutuhanmu. Tapi semua ini bisa kamu pakai setelah situasi sudah aman.”
Melihat semua yang disodorkan Bu Dewi, Sania malah tertegun… bukan semua ini yang dia butuhkan, Sania hanya menginginkan bisa tetap berkumpul dengan keluarganya yang telah membesarkannya selama ini. Terus apa maksudnya bila situasi sudah aman? Apa dia tidak boleh keluar rumah sekarang ini?
Bu Dewi yang melihat Sania yang tak bergeming untuk mengambil semua yang dia tawarkan terheran-heran mengapa Sania seperti tidak menyukai seluruh pemberiannya.
“ Sania… kenapa Nak? Sudah waktunya kami menikmatinya, semua ini seharusnya kamu nikmati dari kecil. Ibu minta maaf kamu harus melewati masa-masa sulit seperti itu, hidup penuh dengan kesederhanaan.”
“ Maaf Mi… saya tidak pernah melewati masa sulit, walaupun keluarga kami memang sangat sederhana, tapi mereka sangat menyayangi saya.”
Giliran Bu Dewi yang tertegun mendengar jawaban Sania yang di luar dugaannya.
“ Ya sudah… kamu ambil semua ini.” Kata Bu Dewi akhirnya, sambil menyimpan semuanya di meja, kemudian masuk ke dalam kamarnya. Ada rasa kecewa di hatinya, anak gadis yang sangat dia rindukan, seperti yang menolaknya… rasa pedih menyelusup ke dalam jiwanya…
******
Pakde Smith berusaha untuk mencari rumah Laras, dia ingin Laras memahami keadaan anaknya. Sania yang telah dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh ayah dan ibunya, tidak mungkin bisa dipisahkan begitu saja. Semua ini akan meyakiti hati banyak orang, ayah, ibu, dan Satria … terutama Sania. Kalau mengikuti egonya mungkin sudah lebih dulu dia lakukan untuk mengambil Sania, tapi Pakde Smith tidak melakukannya… dia memahami betul anak semata wayangnya ini tidak akan bisa dipisahkan dari keluarga yang sudah merawat dan membesarkanya dengan penuh rasa sayang.
Betul dalam tubuh Sania ada darahnya dan Laras yang mengalir. Sania adalah anak kandung mereka berdua… tapi hubungan batin dengan orang tua angkatnya tidak bisa diabaikan begitu saja. Merekalah yang menemani dan menghibur Sania di sepanjang hidupnya…
Pakde Smith segera menekan bel yang terpasang di gerbang pintu masuk, tidak lama kemudian Satpam membuka pintu pagar sedikit.
“ Bapak siapa? Mau bertemu dengan siapa?”
“ Saya Smith, tolong sampaikan saya ingin bertemu dengan Bu Laras.”
“ Maaf Pak, tidak ada yang namanya Laras di sini.” Sahut satpam itu sambil menutup pintu pagar.
“ Tunggu… saya ingin bertemu dengan Bu Dewi…” Pakde Smith baru teringat Laras sekarang lebih di kenal dengan sebutan Dewi.
“ Bu Dewi sedang tidak ada di rumah.”
Satpam itu langsung menutup pagar dan menguncinya, dia sudah mendapatkan intruksi untuk tidak menerima tamu. Pakde Smith tepaku menatap pagar yang sudah tertutup semuanya. Bingung… bagaimana caranya menghubungi Sania dan Laras. Hand phone Sania sudah tidak aktif lagi semenjak dia dibawa oleh Laras. Sementara Laras sangat menutup diri, tidak mau membuka komunikasi sedikitpun dengannya.
******
Sania yang sedang berada di taman depan rumah bersama Bu Dewi mendengar sedikit kegaduhan itu. Dia dapat mengenalinya, itu adalah suara Papinya. Tapi, saat dia akan beranjak untuk menghampirinya, Maminya menarik tangannya dan mengajaknya memasuki rumah.
“ Mi… itu suara Papi, Sania mau ke sana.”
“ Kamu salah dengar… tidak ada Papimu di sana, mungkin itu orang yang mau minta sumbangan. Sudahlah… ayo kita masuk ke dalam rumah, panas matahari sudah mulai menyengat.”
Sania tak berdaya untuk menolaknya, dia tidak mengerti kenapa maminya tidak mau bertemu dengan papi, bukankah dulu mereka saling mencintai…
Bersambung…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kasihan Sania..ibu Dewi juga sayang kepada Sania tapi terlalu memaksakan..
Kasihan Sania..ibu Dewi juga sayang kepada Sania tapi terlalu memaksakan..
Betul...kasih sayang yg salah
Keren bunda, lanjutkan...Terimakasih telah berkunjung ke sriyonospd.gurusiana.id
Terima kasih pak...semoga tambah sukses
Alur yang hebat, ketika pembaca terbawa emosi. Dan terpeleset imaji!
Terima kasih suportnya teh...
Alur yang hebat, ketika pembaca terbawa emosi. Dan terpeleset imaji!
Bu Dewi..kan seharusnya bahagia...sudah ketemu sania anaknya. Untuk apa lagi menyimpan dendam...
Seharusnya seperti itu... Itulah manusia
Mantap surantap, ditunggu lanjutannya bu
Aduhhh Bu Dewiiii... Kasian Sania hiks
Tega nian
keren bu, selalu dapat menulis kelanjutan dengan tulisan yang cukup padat untuk dikirim per harinya, semangat terus bu...
Terima kasih suportnya bu... Doa terbaik untukmu
Bu Dewi.. Larass... Saniaa...Baru baca episode ini, tapi konfliknya dudah terasa.SeruuuPR buatku nih Bu Hj pengen baca dari episode awalKerennn Buuu
Terima kasih bu Dewi(bkn maminya Sanis) hee... Sukses sll ya neng