Ely Herlina

Ely Herlina, lahir di karawang 07 Oktober 1963. mendapat tugas sebagai PNS pada Desember tahun 1984, di SMPN I Kotabaru, karawang. Tahun 2017 mendapat tugas tam...

Selengkapnya
Navigasi Web
JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

#TantanganGurusiana

Hari ke-115

Episode: Lenyap Bak Ditelan Bumi

Hari senin saat Ayah sedang sibuk di kantor, Ibunya Sania kembali mendatangi mall Mangga Dua. Ibunya memiliki harapan untuk bertemu lagi di sini, di Mall Mangga Dua. Siapa tahu orang yang menitipkan Sania waktu masih bayi merah datang lagi ke sini untuk belanja sesuatu. Dia sudah berjanji dengan suaminya kalau bertemu lagi dengan orang tersebut, dia akan mengungkapkan seluruh kebenarannya. Hari-hari selanjutnya Ibunya Sania, sering mendatangi Mall mangga Dua. Setiap sudut dia perhatikan, barang kali saja bisa bertemu dengan orang itu. Tapi hasilnya nihil… tidak ditemukan jejaknya sama sekali.

Dia teringat pada peristiwa dulu saat dititipi bayi yang cantik, kejadiannya hampir sama seperti sekarang, di teras yang ada di taman dekat rumahnya… setiap Pagi dia menunggu dengan sabar kedatangan orang itu. Tapi orang itu juga lenyap seperti ditelan bumi…karena merasa dititipi, saat itu dia merasa memiliki kewajiban untuk mengembalikannya. Tapi hari demi hari, bulan, bahkan tahun demi tahun berlalu begitu saja. Kenyataan ini membuatnya semakin lama semakin tidak dapat terpisahkan dengan Sania. Sampai akhirnya dia memiliki kesimpulan, Allah memang ingin memberikannya anak dengan caranya yang unik, yaitu bertemu dengan orang yang tidak dikenal, tiba-tiba dititipi anak, dan orang itu menghilang begitu saja.

Dia ingat saat itu kehidupan rumah tangganya sudah berjalan dua tahun, kehidupannya sangat Bahagia, tapi sayangnya Allah belum juga memberikannya anak. Saat itu untuk menghibur diri, setiap sore selalu duduk-duduk santai di taman perumahannya. Dia sering melihat anak-anak yang sedang bermain di situ, dengan melihat anak-anak yang sedang bermain di sana, kerinduannya untuk memiliki momongan dapat terobati. Tiba-tiba datang orang itu, menitipkan Sania kepadanya, tanpa mengatakan apapun selain ‘titip dulu ya, nanti saya ambil lagi’ kemudian orang itu berlari dan tidak pernah kembali lagi. Dua tahun kemudian Dia memiliki Satria, dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke Bandung, karena suaminya mendapat pekerjaan di sana.

******

Ditatapnya wajah anak gadis kesayangannya lekat-lekat…’ Ya Allah sanggupkah hamba kehilangan anak gadisku ini?’ Batin Ibunya Sania. Dia merasa waktunya untuk berpisah dengan Sania semakin dekat…

“ Bu… kenapa? Ada yang aneh ya di wajahku?” Kata Sania yang merasa aneh, jangan-jagan dandanannya tidak rapi.

“ Enggak sayang… kamu semakin cantik.”

“ Kan anak Ibu… ya iyalah aku juga pasti cantik, ibunya kan cantik banget.” Sahut Sania, sambil merangkul tubuh Ibunya.

“ Bu… Sania sayaang sekali sama Ibu…” Kata Sania lagi

“ Hai… dipikir hanya Kak Sania saja yang sayang Ibu… aku juga dooong…” Satria ikut memeluk mereka berdua dari belakang. Ayah yang melihat adegan itu tersenyum Bahagia.

“ Terus… yang sayang Ayah siapa dong?”

“ Kita semua… “ Sahut Sania, Ibu, dan Satria hampir bersamaan. Mereka saling berpelukan…

Rona kebahagiaan meliputi keluarga Sania.

******

Seperti biasa suasana kantor di pagi hari selalu terlihat sibuk, ada yang sudah duduk santai ngobrol dengan temannya. Seperti Sania dan Ayu yang selalu datang lebih awal dari teman-temannya yang lain. Ada juga yang berlari-lari kecil karena merasa kesiangan.

“ San lihat si Idrus… wajahnya kusut amat…”

“ Hehe… kamu sih selalu saja memperhatikan wajah-wajah panik di pagi hari.”

“ Habis lucu… ada senyum bahagia, ada yang pagi-pagi sudah cemberut, ada yang marah-marah, eh itu lihat Tari… kayaknya gak sempat make up-an tuh… wajahnya pucat begitu…” Ayu masih melanjutkan aksinya sambil tertawa. Sania juga jadi ikut tertawa… betul juga di pagi hari banyak adegan lucu yang bisa dilihat.

“ Hai… Tari… mau pinjam lipstick aku gak? Kamu lupa gak pake lipstick ya?” Teriak Ayu

“ Waduh… iyah nih belum sempat, daripada kesiangan lebih baik aku make up-an di kantor deh…Takut” Sahut Tari

Jam delapan pas, semua sudah duduk rapi, sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tidak ada satupun karyawan yang berani untuk ngobrol atau yang lainnya yang tidak penting. Di bawah pimpinan Bu Dewi memang semua berjalan dengan tertib…

“ Kak Sania… biasa dipanggil Ibu…” Kata Darto sambil menyodorkan the hangat.

“ Seperti biasa, pasti kamu gak tahu kan, kalau ditanya ada apa?”

“ Iyalah… mana berani Darto nanya macam-macam. Kak Sania ada-ada saja… ”Sahut Darto sambil tertawa.

“ Hehe… iyah terima kasih To, sebentar aku ke sana.”

“ Jangan pake lama Kak…”

“ Iya…” Sahut sania sambil beranjak dari kursinya.

******

Bu Dewi sedang duduk di kursi kerjanya, di hadapannya ada Pak Ridwan. Nampaknya mereka sedang berbicara serius…

“ Maaf Bu… saya dipanggil?” Tanya Sania setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

“ Duduk di sini Sania.” Sahut Pak Ridwan selalu dengan senyumnya yang menyejukkan hati.

“ Oh iya Pak… terima kasih.” Sania duduk dan menunggu instruksi selanjutnya dari Bu Dewi

“ Hari Senin depan…kamu ikut saya ke Medan… sekitar satu minggu kita di sana.” Kata Bu Dewi akhirnya setelah cukup lama Sania menunggu.

“ Saya Bu ?” Tanya Sania terkaget-kaget

“ Iyah kamu… kamu tidak bersedia?” kata Bu Dewi, ada nada tidak enak di sana.

“ Oh maaf… bukan begitu Bu maksudnya… Saya bersedia koq.” Cepat-cepat Sania mengutarakan kesanggupannya. Bisa bahaya kalau Bu Dewi sampai marah…

“ Ya sudah, bereskan dulu semua pekerjaanmu… dua hari lagi kita berangkat, termasuk Pak Ridwan juga ikut.”

“ Dengan Pak Ridwan juga… siap Bu…” Ada nada lega dalam suara Sania, Pak Ridwan yang mendengarkan percakapan Bu Dewi dan Sania hanya tersenyum.

Bersambung…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kasihan ibu Sania, pasti nggak rela jika berpisah dengan Sania..lanjut bu..kereen

11 Jun
Balas

Pastinya... Terima kasih neng

11 Jun

Kasihan ibu Sania, pasti nggak rela jika berpisah dengan Sania..lanjut bu..kereen

11 Jun
Balas

Lanjut terus ah!

12 Jun
Balas

Nuhun tth

13 Jun

Sedih si ibu kalau sania diambil ibu kandungnya

11 Jun
Balas

Ibu angkatnya sgt sayang sekali...

11 Jun

Mantap bun

11 Jun
Balas

Makasih cantik

11 Jun

Kalau ke medan dimana bu...biar saya jumpai Sania dan bu dewinya...Sekalian kenalan...

10 Jun
Balas

Oh iya... Ibu di Medan ya....Duh pingin th bgt danau Toba... Kapan ya...

11 Jun

Makin pinisirin. Ditunggu lanjutannya bu

11 Jun
Balas

Siap melanjutkan...

11 Jun

Alhamdulillah akhirnya yg ditunggu nongol juga... Makin penasaran nih bun...

10 Jun
Balas

Ikuti terus ya..... Terima kasih

11 Jun

Alhamdulillah akhirnya yg ditunggu nongol juga... Makin penasaran nih bun...

10 Jun
Balas

Ikuti terus yaaa

13 Jun

Mantap

11 Jun
Balas

Mantap

11 Jun
Balas

Ikuti terus lanjutannya bu... Tetima kasij suportnya

11 Jun

Mantap, bunda!

11 Jun
Balas

Terima kasih cantik

11 Jun

Sania anak yg dititip tohh...

11 Jun
Balas

Betul....

11 Jun



search

New Post