JEJAK RAHASIA
JEJAK RAHASIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-118
Episode: Tidak Ada Petunjuk
Ibu tidak menghentikan pencariannya, tapi mulai mencarinya di tempat lain. Dia yakin dengan kegigihannya untuk berusaha mencari orang yang menitipkan Sania kepadanya, Allah pasti akan memberikan jalan untuknya agar bertemu dengan orang berkaitan dengan masa lalu Sania, anak kesayangannya. Terkadang terpikirkan olehnya, seandainya Dia memiliki satu lembar photo saja yang bisa ditunjukkannya kepada orang-orang yang ditemuinya di jalan, mungkin akan lebih mudah baginya untuk bisa menemukan orang yang menitipkan Sania waktu itu. Atau seandainya saja orang yang menitipkan Sania menyertakan sesuatu yang dapat dijadikannya petunjuk, mungkin akan lebih mudah.
Astagfirullahallazim…kenapa aku harus berandai-andai, maafkan hamba-Mu Ya Allah…aku tidak boleh menyesali kenyataan, bahwa orang itu hanya menitipkan Sania, tanpa apapun petunjuknya kecuali satu lembar baju yang dipakai Sania, sepatu bayi, dan selimut berwarna pink, yang dipakai untuk membungkus tubuh kecil Sania waktu itu. Baju, sepatu bayi, dan selimut bayi itu sampai sekarang masih tersimpan rapih, di dalam lemarinya. Ibunya Sania berfikir itulah satu-satunya kenangan yang dimiliki Sania yang berhubungan dengan orang tuanya, karenanya dia merawat barang itu dengan baik.
“ Yah… kemana lagi kita harus mencari? Rasanya seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami…”
“ Bu… kita mencarinya jangan terburu-buru dan jangan sampai stress juga… kita santai saja Bu… Ayah yakin, bila saatnya sudah tiba, pasti akan terbuka lebar…yang penting kita sudah berusaha untuk mengikhlaskan dan menerima bila suatu saat Sania harus berkumpul dengan keluarganya.”
“ Sania akan melupakan kita ya Yah…” Ibu mulai berlinang air mata, selalu seperti itu bila membicarakan masalah perpisahan dengan Sania.
“ Insya Allah Sania tetap menjadi anak kita, walau mungkin nanti tidak akan tinggal bersama kita lagi.” Sahut Ayah, sambil mengelus tangan Ibu. Ayah berusah menenangkan Ibu.
“ Aamiin… “
“ Kita pulang saja yu… istirahat, insya Allah minggu depan Ayah menemani Ibu lagi deh… santai saja ya bu mencarinya…”
“ Oke Ayah…” Sahut Ibu sambil menggandeng tangan Ayah, Ibunya Sania merasa beruntung memiliki seorang suami yang sangat pengertian.
******
Di tengah kesibukannya di kantor yang semakin padat, Sania masih berusaha menyempatkan diri untuk berkunjung ke kedai Mie ayamnya Pakde Smith. Mungkin karena Pakde Smith orangnya santai dan senang humor, Sania merasa nyaman di tengah-tengah Pakde Smith dan para karyawannya. Bahkan kadang-kadang kalau kedainya sedang ramai banget, Sania ikut-ikutan membantu, walau hanya sekedar menjadi kasir saja, menggantikan posisi Pakde Smith. Seperti saat ini…
“ Wah…wah… bukan main, sibuk ya… Pakde? “
“Sania… kebetulan, duduk di sini… Pakde mau bantu Jarwo sama Santo, kelihatannya mereka kewalahan .”
“ Siap Pakde… harganya masih tetap sama kan?”
“ Masih…” Jawab Pakde, sambil beranjak ke arah Santo
“ To Kamu yang melayani pesanan Juice, biar aku bantu Jarwo.”
“ Siap Bos…”
Sania mulai sibuk melayani para pelanggan yang sudah selesai makan. Satu jam lebih dia disibukkan untuk melayani para pembeli yang akan membayar, setelah pembeli agak kosong Pakde Smith menyodorkan semangkuk mie ayam, yang diracik khusus olehnya. Pakde sudah sangat hapal dengan Mie Ayam kesukaan Sania, agak manis dan pedas.
“ Asiek… Pakde tahu saja, Sania sudah lapar... Mas Santo mau juice mangganya dong…”
“ Tanpa gula To…” Sahut Pakde smith
“ Makasih Pakde… Pakde paling tahu deh kesukaanku…”
“ Ya iyalah… siapa dulu…” Sahut Pakde sambil terkekeh.
******
Sesampainya di rumah Sania sudah disambut ibu di pintu pagar…
“ Sayang… koq lama sekali gak pulang-pulang? Memang jadi mampir ke kedainya Pakde Smith?”
“ Jadi Bu… tadi pas sampai sana, lagi rame banget Buu… Sania malah ikut bantu dulu tadi…” Sahut Sania, sambil masuk ke dalam rumah.
“ Sebetulnya Ibu kepingin sekali ikut makan Mie ayam di sana, tapi gak pas saja waktunya…”
“ Ya udah deh kapan-kapan kita mampir ke sana, Sania mandi dulu ya…panas Buu…”
“ Iyah… mandi air hangat sayang, ini sudah sore.”
“ Iya Bu… Sania juga udah lapar lagi nih, habis mandi pingin makan masakan Ibu.”
“ Ibu sudah masak sayur lodeh kesukaanmu tuh, sudah disiapkan di meja makan.”
“ Makasih Ibuku tersayang…” Sahut Sania sambil menutup pintu kamar mandi. Ibu tersenyum bahagia saat melihat Sania masih bermanja-manja padanya.
******
Di kantor Sania disibukkan dengan kegiatan persiapan menghadapi proyek baru, seperti siang ini Dia sudah berada di ruangan Bu Dewi untuk mengkonsultasikan apa yang sedang dikerjakan.
“ Maaf Bu… bisa saya konsultasi sekarang? Ada beberapa yang ingin saya tanyakan.”
“ Oke… apa yang mau kamu tanyakan?”
“ Ini Bu… bagaimana menurut Ibu… ada yang perlu direvisi tidak?”
“ Begini saja… proposal itu biar dipelajari dulu oleh Pak Ridwan, Saya minta kamu menemani saya makan siang saja.”
“ Lho… aduh maaf…baik Bu…” Sahut Sania yang bingung, kenapa Bu Dewi malah mengajaknya makan siang, padahal jam istrihat masih satu jam lagi. Tapi apa mau dikata, dia hanya seorang bawahan… apapun perintah Bu Dewi, dia tidak akan mampu menolaknya.
Sania diajak makan di rumah makan yang tidak begitu jauh dari kantor…
“ Tolong pesankan saya capcay goreng saja, jangan pake nasi… minumnya lemon tea,”
“ Baik Bu… saya sih lapar Bu, mau pake nasi saja…”
“ Kamu masih muda, harus makan yang banyak.”
“ Hehe… kalau banyak-banyak nanti saya gendut Bu…” Sahut Sania berusaha mencairkan suasana. Biasanya Sania selalu merasa tidak nyaman kalau harus makan bareng Bu Dewi. Tanpa kata Bu Dewi hanya tersenyum menanggapi candaan Sania.
“ Sania, kamu sering berkunjung ke rumahnya Bu Dewi?” Pertanyaan Bu Dewi di sela makan siangnya mampu menghentikan suapannya.
“ Enggak begitu sering sih… kenapa Bu?”
“ Apakah beliau sehat-sehat saja?”
“ Alhamdulillah sehat Bu… Maaf, Ibu kenal sama Eyang Dewi?”
“ Beliau Ibuku…”
“ Ibu? Tapi… kenapa Ibu tidak pernah mengunjunginya? Aduh maaf … bukan maksud saya ikut campur.”
“ Ada banyak peristiwa yang menyebabkan saya tidak mau mengunjunginya… tapi walaupun demikian tetap saja saya ingin tahu keadaannya. Kamu bisa kan memberikan info tentang kesehatannya?”
“ Oh Baik Bu… saya akan membantu Ibu untuk memberiakn info tentang kesehatannya.”
Sania merasa heran , ada kejadian apa yang menyebabkan Bu Dewi sampai tidak mau bertemu dengan Eyang Dewi? Apakah Eyang Dewi pernah melakukan kesalahan sehingga Bu Dewi samapi menjauhi Ibu kandungnya sendiri?
Bersambung…
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren... calon buku solo dah siap.
Terima kasih suportnya pak....
Mantap Bun. Dtggu kelanjutannya
Siaaaappp.... Terima kasih ya...
Mantap Bun. Dtggu kelanjutannya
Oke deh.... Terima kasih atas kunjungannya...sehat sll ya
Mantap surantap. Ditunggu lanjutannya bu. Barokallah
Oke siap csntik....makasih ya....
Wah, bu dewi sudah mulai terbuka sama sania nih
Betul mualsi terkuak
Hampir terungkap
Iyah betul bu supiati
Bu Dewi sudah mulai terbuka...
Betul....
ih ibunya semangat banget nulisnya...mantap bun.......moga nular smangatnya...... hihi
Alhamdulillah....terima kasih ya....