Ely Herlina

Ely Herlina, lahir di karawang 07 Oktober 1963. mendapat tugas sebagai PNS pada Desember tahun 1984, di SMPN I Kotabaru, karawang. Tahun 2017 mendapat tugas tam...

Selengkapnya
Navigasi Web
JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

JEJAK RAHASIA

#TantanganGurusiana

Hari ke-124

Episode: Menuntaskan Kepenasaranan (45)

Siang itu panas matahari musim kemarau sangat menyengat tubuh, tapi tidak menyurutkan langkah Sania dan Pandu untuk menemui Pakde Smith. Terutama Pandu yang belum pernah bertemu lagi dengan pakde Smith, setelah semuanya terkuak jadi ingin bertemu lagi sebagai calon menantu.

“ Sayang, ayo ah kita sekarang saja ke kedainya Papi kamu… aku ingin cepat bertemu.”

“ Oke deh, aku juga sudah kangen nih, kemarin Papi gak datang ke rumah, biarlah mumpung sedang libur kita yang nengok ke sana.”

“ Sebentar aku pamit dulu…”

“ Bu… aku sama Pandu mau ke kedainya Papi, Ibu mau ikut gak.”

“ Jangan sekarang sayang, agak sore sedikit… di luar lagi panas sekali.”

“ Mau sekarang saja Bu… Pandu katanya kepingin makan mie ayam sekarang, lagi pula kan naik mobil Bu… jadi gak akan begitu terasa panasnya.”

“ Ya sudah hati-hati, Ibu gak akan ikut lagi tanggung masak, sampaikan saja salam Ibu untuk Papimu…”

“ Oke Bunda… Sania berangkat ya…”

“ Kak Sania… bungkusin mie ayam ya… pake bakso sama pangsit.” Teriak Satria yang menongolkan setengah badannya dari balik kamar.

“ Mau pakai ceker gak?”

“ Iyah deh, kalau ditawarin gak akan menolak.”

“ Huh dasar ya… kalau titip tuh, sambil ngasih uangnya juga…”

“ Dibayarnya dengan do’a ya… mudah-mudahan Kak Sania banyak rezekinya.”

“ Aamiin… terima kasih adikku sayang.” Sahut Sania sambil melangkahkan kakinya, menghampiri Pandu yang sudah terlebih dahulu keluar menghidupkan mobil.

******

Begitu melihat mobil Pandu memasuki parkiran di depan kedai mie ayamnya, Pakde Smith langung menghampiri, Darto dengan segera mengganti posisi Pakde Smith…

“ Aduh Sania sayang, maaf kemarin sore Papi gak jadi ke rumah… kedainya rame sekali, Darto dan Santo kewalahan melayaninya…”

“ Gak apa-apa Pi… kalau lagi sibuk Papi gak usyah datang ke rumah, biar Sania saja nanti yang akan mengunjungi ke sini.”

“ Pandu… apa khabarmu? Sudah lama juga ya kamu gak datang ke sini…” Tanya Pakde Smith begitu melihat Pandu turun dari mobil.

“ Maaf Pakde… kebetulan minggu-minggu kemarin saya sedang banyak pekerjaan.”

“ Lho koq Pakde sih… Papi dong manggilnya, kamu kan calon suaminya anakku.”

“ Oh iya Pakde… aduh maaf Papi.” Pandu kikuk saat harus mengganti panggilan kepada Pakde Smith menjadi Papi. Sania hanya tersenyum melihat kekikukan pandu, lucu juga melihat tingkah mereka berdua…

“ Kalian mau makan apa? Papi lagi nyoba resep baru nih… belum di pasarkan, tapi Papi sudah membuatnya dalam beberapa porsi, dicoba ya…”

“ Masakan apa sih Pi… berarti Sania sama Pandu yang pertama nyoba nih…” Sahut Sania.

“ Papi mau nyoba membuat mie rebus Jawa tapi dengan mie buatan kita sendiri, Papi ingin kedai ini tidak hanya menyediakan mie ayam saja, tapi aneka mie yang akan dihidangkan, di coba ya… Papi butuh masukan dari kalian mengenai rasanya…”

“ Siap Pi … kalau masalah cicip mencicipi Sania jagonya… “ Sahut Sania sambil tertawa.

“ Iya tuh Pi… Sania memang jago kalau menilai masakan, walaupun dia sendiri gak bisa masak.” Ledek Pandu

“ Masih mending aku Pi… masih bisa menilai, kalau Dia semua makanan selalu dibilang enak.” Sahut Sania.

Pakde Smith yang sedang mengolah mie rebus, hanya tertawa mendengar gurauan mereka berdua.

“ Selesai… ayo cicipi dulu mie rebus Jawa ini, rasakan kuah dan kelembutan mienya… sudah cukup enak belum? ” Pakde Smith menyodorkan dua mangkok mie rebus Jawa buatannya.

“ Hemmm yummy… enak sekali Pi…kuahnya lezzattoo…” Kata sania begitu mencicipi kuah mie rebus Jawa buatan papi nya

“ Beneran Pi… lezat sekali…” Sahut Pandu langsung mencicipi mie rebus Jaw aitu tanpa sungkan lagi.

“ Pi… kalau sania ngasih saran boleh ya…”

“ Iyalah… Papi memang menunggu saran dari kalian.”

“ Menurut Sania sih, potongan mienya agak diperkecil Pi… biar terasa lebih lembut.”

“ Kalau begitu Papi coba sekarang ya… “

“ Waduh perut Sania sudah penuh Pi… Gimana kalau nanti Sania hanya menyisihkan sedikit saja, mie rebusnya biar Santo atau Pakde Darto yang menghabiskan.”

Pakde Smith mulai sibuk lagi meracik, kali ini dia memotong mienya lebih kecil lagi. Sania terpesona melihat kelihaian Papinya meracik segala sesuatunya sendiri saja. Sania sangat bangga terhadap Papinya, masalah besar yang dihadapinya tidak membuatnya terpuruk. Pakde Smith menyodorkan mie rebus yang baru dibuatnya, sedikit saja… karena Dia ingin mendapatkan saran lagi dari Sania.

“ Kuahnya sih memang sudah lezat… mienya juga beneran sudah pas lembutnya, tapi kayaknya akan jauh lebih enak kalau pakai patongan ayam kampung Pi… apalagi kalau ayamnya yang besar, dagingnya akan lebih berasa...”

“ Oh iya ya… terima kasih sayang… kamu betul-betul penikmat sejati.”

“ Siapa dulu… Sania binti Smith.” Canda Sania, Pakde Smith sumringah mendengar candaan Sania. Rasanya kena banget ke hati… ada pengakuan dari Sania kalau dia adalah anak kandungnya.

******

Sebelum karyawannya datang, Bu Dewi sudah sampai di kantor, ada rasa penasaran yang harus dituntaskannya, Dia akan mencoba untuk mencari tahu dari Darto…

“ Selamat Pagi Bu Dewi… seperti biasa Juice Mangga?”

“ Iya… juice mangga saja…”

Tidak lama kemudian, juice mangga sudah dibawa Darto, disimpan di atas meja kerja Bu Dewi.

“ To… Sania sudah datang?”

“ Belum Bu… mau dipanggil? Nanti begitu datang saya dipanggil ke sini?”

“ Enggak … jangan… perasaan sekarang suka agak siang ya datangnya…”

“ Iya sih agak siang… tapi gak pernah kesiangan koq Bu… maklumlah sekarang Dia lagi senang banget habis ketemu ayahnya.”

“ Memang siapa sih ayahnya? Sampai Sania begitu bahagianya…” Bu Dewi merasa ini adalah waktu yang tepat untuk menuntaskan kepenasarannya… Rasa ingin tahu tentang kehidupan Sania.

“ Gak tahu Bu siapa namanya… tapi dia buka usaha kedai mie ayam.”

“ Jual mie ayam? ” tanya Bu Dewi. Oh ternyata bukan anak laki-laki yang selama ini dicari olehnya, gak mungkin… dulu kan dia tenaga ahli di perusahaan asing, bagaimana mungkin sekarang jadi tukang mie ayam. Batin Bu Dewi.

“ Oh ya udah To… terima kasih.” Bu Dewi mengakhiri pembicaraannya. Kalau bukan orang yang Dia cari, buat apa banyak bertanya kepada Darto. Pikirnya lagi

Bersambung…

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Yo kita tunggu!

19 Jun
Balas

Siap

20 Jun

Wah ceritanya mengalir mantap..salam hangat Bu

20 Jun
Balas

Terima kasih.... Salam hangat jg...

20 Jun

Bagus ceritanya.. sukses selalu buat Ibu ya..

20 Jun
Balas

Aamiin yra....terima kasih

20 Jun

Lanjut Bunda

19 Jun
Balas

Siap....makasih ya

20 Jun

Makin menemui titik akhir, happy and

20 Jun
Balas

Titik2 akhir

20 Jun

Keren, alur ceritanya enak dibaca. Lanjutkan Bu Ely

20 Jun
Balas

Terima kasih pak....siap

20 Jun



search

New Post