JEJAK RAHASIA
JEJAK RAHASIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-91
Episode: Kemenangan Sania
Dengan langkah mantap, Sania mengikuti Pak Ridwan. Entah kenapa, didetik-detik akhir seperti ini rasa percaya diri akan bisa memenangkan tender semakin besar. Dipegangnya memo yang diberikan Pak Ridwan. Memo dari Bu Dewi itu hanya berisi satu kata ‘ menangkan’ tapi dampaknya sangat kuat. Seakan ada gelora kuat yang menghembus ke dalam dadanya, proyek ini harus dia dapatkan.
“ Tenang Sania, saya yakin kamu mampu memenangkan tender ini, usahamu sudah maksimal.” Pak Ridwan memberikan semangat kepadaku. Kebetulan karena Sania yang membuat proposalnya maka Sania yang mendapatkan tugas untuk mempresentasikannya.
“ Siap Pak... mohon doanya.” Sahut Sania.
Ternyata yang mengikuti tender tidak hanya perusahaan tempat Sania bekerja saja, masih ada beberapa perusahaan lain yang diundang. Kami akan bersaing dengan perusahaan lain untuk menentukan harga termurah dan berkualitas. Panitia pengadaan atau panitia lelang sudah siap di tempat, kami duduk di tempat yang sudah disediakan. Saat menyalami satu persatu peserta tender, jantung Sania berdesir seketika, diantara mereka ada Pandu, sahabat hatinya.
“ Pandu, kamu ikut tender juga? “ Sania terkaget-kaget, tidak mengira akan berhadapan dengan orang yang dia sayangi.
“ Yup... kita berhadapan nih... tapi tidak masalah, di luar ini semua kita masih tetap bersahabat, tetap berjuang untuk Tim-mu Sania.” Sahut Pandu. Kata-katanya membuat Sania jauh lebih rileks. Betul juga saat ini bukan persaingan antar sahabat, tapi persaingan antar perusahaan, di luar ini semua mereka tetap bersahabat.
Seluruh peserta yang diundang diberi penjelasan secara terbuka tentang proyek yang ditenderkan, bagaiman cara penilaiannya, serta persyaratan legal dan teknisnya. Satu persatu kami mempresentasikannya dihadapan tim penilai. Saat itu juga akan diumumkan hasil presentasinya. Yang lolos pada tahap ini akan diundang dalam tahap berikutnya.
“ Selamat Sania, perusahaanmu berhasil memenangkan tender ini.” Pandu langsung menyalamiku begitu pengumuman tender dibuka. Akhirnya Sania tahu, Pandu sekarang sudah kembali ke Jakarta, dia diminta untuk bergabung di perusahaan keluarga. Perusahaan milik eyang Dewi yang berada di Jakarta ini seperti berjalan di tempat, dan Pandu diminta untuk merombak dan membesarkannya.
“ Maafkan aku Pandu, kamu jadi kalah dalam tender ini, padahal presentasimu bagus sekali.” Sania merasa tidak enak setelah mengetahui perusahaan yang tadi sedang diperjuangkan Pandu adalah perusahaan milik keluarganya.
“ Peresentasiku memang bagus, tapi kamu lebih bagus lagi... ini adalah persaingan sehat, kamu jangan merasa tidak enak hati Sania.” Sahut Pandu dengan santainya.
“ Sania... kamu punya waktu tidak untuk makan siang bersamaku.” Pulangnya Pandu mengajak Sania untuk makan siang bersama.
“ Maafkan Pan , aku gak bisa... aku harus memberikan laporan dulu kepada atasanku.” Sania menolaknya. Padahal rasanya ingin sekali Sania menerima tawaran itu, makan berdua saja bersama pandu.
******
Kedatangan Sania disambut gembira oleh teman-temannya. Entah mendapat bocoran dari siapa, mereka sudah mengetahui kalau perusahaan ini telah memenangkan tender. Satu persatu mereka menyalami Sania...
“ Terima kasih berkat do’a kalian, kita berhasil.” Sania tersenyum bahagia, usahanya selama ini telah berhasil.
“ Darto... terima kasih ya... berkat do’a kalian juga, kita berhasil memenangkan tender ini.” Kata Sania saat melihat Darto. Sania menggunakan kata ‘kita’ untuk usahanya, ucapannya ini membuat semua orang merasa berbahagia, termasuk Darto dan teman-temannya.
“ Sania... ayo kamu harus secepatnya melaporkan semua ini, jangan sampai Bu Dewi yang memanggil kita.” Pak Ridwan mengingatkan Sania agar segera menemui Bu Dewi.
“ Oh iya Pak... maaf tadi saya terlalu larut dalam kegembiraan.” Sahut sania, segera dia mempersiapkan diri untuk menghadap Bu Dewi. Entah kenapa, setiap mau bertemu dengan Bu Dewi, selalu saja hatinya tidak menentu. Mungkin rasa takut untuk berhadapan dengan Bu Dewi yang menyebabkan itu semua.
******
“ Selamat siang Bu...” Sapa Sania
“ Siang... silakan laporkan, apa saja pencapaianmu hari ini...” Kata Bu Dewi tanpa senyuman sedikitpun. Padahal sebelumnya ada harapan dari Sania untuk mendapatkan senyuman setelah prestasinya memenangkan tender sebuah proyek besar. Jangankan senyuman, menampakkan wajah sedikit ramah saja tidak.
‘Ya Allah... terbuat dari apakah wanita ini... sehingga hatinya bisa sekeras batu seperti ini.’ Batin Sania. Sania segera melaporkan semua yang terjadi... dia ingin segera kembali ke ruangannya, ke tempat di mana wajah-wajah ramah menyambutnya.
“ Ini adalah awal... perjalananmu masih panjang, jangan merasa bangga hati.” Hanya itu yang disampaikan Bu Dewi. Sania segera pamit...
“ Pak Ridwan, saya mohon idzin untuk kembali ke ruangan saya...” Kata sania setelah pamitan kepada Bu dewi.
“ Oke Sania... terima kasih ya... kamu hebat.” Sahut Pak Ridwan, wajahnya sumringah.
Ucapan Pak Ridwan seakan membuat Sania tersadar, bangkit dari rasa kecewanya. Bukankah selama ini dia melakukan sesuatu tidak karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain... seperti yang selalu diajarkan oleh ibunya ‘ bekerjalah dengan ikhlas’, jangan pernah berharap sanjungan dari orang lain. Tiba-tiba Sania merasa kangen dan ingin memeluk Ibunya.
******
Setelah acara selesai, sesungguhnya Pandu ingin sekali mengajak Sania makan siang. Ada kerinduan yang teramat sangat di hati Pandu, kerinduan yang selama ini dia pendam di dasar hatinya, kini seakan meyeruak tak terkendali. Pandu mengerti akan penolakan Sania untuk makan siang bersamanya, karena Sania memang harus segera melaporkan semua keberhasilannya. Pandu sangat kagum melihat cara Sania mempresentasikan proposalnya, sangat jelas, teliti, dan terperinci. Sania yang dia kenal memang sosok wanita yang gigih. Pandu akhirnya memutuskan untuk segera melaporkan apa yang telah terjadi kepada Eyang Dewi.
“ Eyang maafkan saya... belum berhasil memenangkan tender ini.” Kata Pandu setelah bertemu dengan Eyang Dewi.
“ Eyang sudah menduga, kamu masih pemula... lain kali kamu harus bisa memenangkan berbagai macam tender besar seperti ini Pandu. Perusahaan siapa yang memenangkan tender itu.” Sahut Eyang Dewi dengan tegas.
“ PT. Bina Angkasa eyang, perusahaan itu memang perusahaan besar.” Jelas Pandu.
“ Lain kali kamu harus siap bersaing dengan mereka, kalau ingin perusahaan yang kamu pegang tumbuh menjadi besar.” Nasihat Eyang Dewi.
“ Siap Eyang, Pandu mohon do’a dan supportnya dari Eyang...” Pungkas Pandu. Hari ini merupakan hari yang melelahkan sekaligus membahagiakan baginya, karena bisa bertemu dengan Sania.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga Pandu tetap semangat
Tetap semangat pak blangkon... Seperti bpk yg sll semangat
Semangaat sania...udah dekat sama Pandu lagi.
Semangat buuuuu...
Ditungggu lanjutannya bu. Barokallah
Siap neng...terima kasih...mudah2an sll sehat
sukses selalu.. Ku tunggu lanjutannya
Aamiin yra... Siap utk melanjutkan
Wow makin keren aja
Terima kasih bu supiati...semoga sukses sll
Wow makin keren aja
Sania hebaaaat
Kayak bu susi