JEJAK RAHASIA
JEJAK RAHASIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-84
Episode: Keraguan
Hari ini mereka sepakat untuk menyusuri daerah Kuningan. Pamannya Wulan memberi pinjaman mobil dan supirnya. Sebetulnya Cirebon-Kuningan ini hanya berjarak 30 Km saja. Kalau sedang lancar, setengah jam sudah sampai, tapi hari ini kendaraan sangat padat sekitar empat puluh lima menit mereka baru sampai. Menurut info dari pamannya Wulan, potensi wisata di Kuningan ini sangat banyak, alamnya yang bagus, air terjun, dan wisata air panasnya juga sangat memikat. Sepanjang jalan mereka bercanda ria, tidak henti menggoda Sania, seakan ingin meringankan beban batin Sania. Sania sudah menceritakan tentang kecurigaannya kalau dia sebetulnya bukan anak kandung dari ayah dan ibunya. Walau sebetulnya tidak ada seorangpun dari mereka yang mempercayainya... Bagai mana mungkin, mereka melihat keluarga Sania sangat menyayanginya...
“ Sania... baju kamu lucu banget, warnanya unyu-unyu... jadi tambah cantik. ” Goda wulan saat dia melihat Sania menggunakan baju warna pink muda, sangat cocok dengan kulitnya yang putih bersih.
“ Bener tuh... aku aja sampai gak ngedip-ngedip nih.” Dani lebih parah lagi godaannya, tapi memang sih diakuinya Sania sangat cantik sekali, hidungnya itu lho yang bikin gemes. Hidung Sania sangat mancung dan ramping, melengkapi kecantikannya.
Mendengar gurauan sahabatnya, Sania menanggapinya dengan menggerakkan kedua tangannya ke pipi, kemudian kedua telapak tangannya disatukan membentuk gerakan diputar-putar, sambil matanya terpejam. Wulan gemas melihatnya, dilemparnya ikat rambut yang sedang dipegangnya ke arah Sania. Mereka semua tertawa berderai... Pandu tidak berbicara sepatah katapun, hanya memandangi wajah Sania yang semakin cantik.
******
Rencananya mereka akan mengunjungi beberapa tempat wisata di Kuningan. Tujuan pertama yang akan dikunjungi adalah Objek wisata pemandian Cibulan yang sangat populer di Kuningan. Di kolam pemandian ini ada ikan dewa yang konon katanya usianya sudah ratusan tahun. Mereka berenang di segarnya kolam yang alami ini bersama ratusan ikan yang jinak.
“ Sania, Wulan... coba deh kamu beri makan ikan itu dengan apel merah ini, pasti ikan-ikan itu akan berkumpul di dekat kalian.” Kata Pandu sambil menyodorkan apel merah. Kata petugasnya, mereka boleh memberi makan ikan-ikan itu dengan apel merah. Betul saja ikan-ikan itu langsung berkumpul mendekati mereka. Wulan dan Sania sampai berteriak kesenangan melihat ikan yang begitu banyak...
“ Hai lihat Pandu, ikan itu datang semua ke sini... mana lagi, sini apelnya... “ Wulan meminta lagi apel yang sedang dipegang Pandu.
“ Aku juga... aku juga mau dong Wulan...” Kata Sania. Apel itu semuanya sudah diambil dari tangan Pandu. Dani dan Pandu tertawa melihat tingkah Sania dan Wulan yang berteriak-teriak seperti anak kecil yang diberi permen.
Ternyata di objek wisata Cibulan ini tidak hanya pemandiannya saja yang mengasikkan, mereka juga menyempatkan diri untuk menikmati Flying Fox atau berseluncur dengan tali dari atas ketinggian tujuh meter. Di tempat ini giliran Dani dan Pandu yang sangat menikmatinya. Sania dan Wulan hanya mencoba satu kali saja, sedangkan Pandu dan Dani sampai berkali-kali.
“ Sania... Wulan ayo nyoba lagi, seruuuu...” Dani berteriak ke arah mereka berdua yang sedang berdiri di pinggir Flying Fox.
“ Enggak ah ngeri... aku jadi suporter saja...” Balas Wulan ikut-ikutan berteriak.
“ Haha... memangnya lagi nonton sepak bola, pakai suporter segala...” sahut Pandu terkekeh.
Niat mereka ingin berkeliling ke tempat wisata yang lain tidak terlaksana, satu tempat wisata saja terasa kurang, jam 16. 00 mereka baru keluar dari objek wisata Cibulan. Di perjalanan pulang mereka semua terlelap dalam tidur.
******
Malam harinya walaupun tubuhnya terasa cape, karena seharian menikmati indahnya objek wisata Cibulan... dan disaat yang lainnya sedang terlelap dalam tidurnya, Sania kembali teringat akan usahanya yang telah sia-sia. Kemana lagi dia harus menelusuri jati dirinya... Rasa penasaran ini yang membuat Sania selalu memikirkan, bagaimana caranya agar bisa menemukan kedua orang tua kandungnya. Bukan karena dia merasa kurang kasih sayang dari orang tua.. bukan pula merasa dibedakan dengan adiknya. Sama sekali tidak... kedua orang tuanya dan adiknya selalu memberikan limpahan kasih sayang yang luar biasa untuknya. Saniapun sangat menyayangi kedua orang tua dan adik semata wayangnya, tapi... dia juga ingin tahu siapa orang tua kandungnya. Dua sisi yang sangat berbeda... Sania berharap semua ini tidak akan menyakiti ayah dan ibunya. Mengingat semua itu membuatnya menangis terisak...
“ Sania... kenapa? Kamu gak bisa tidur ya...” Wulan yang sedang tertidur, terbangun mendengar isakan itu.
“ Sania... kamu nangis ya? Sudahlah... jangan terlalu dipikirkan... kalau memang kamu bukan anak dari ayah dan ibumu... pasti Allah akan menunjukkan jalannya untukmu, walaupun aku sih tidak merasakan keraguan, kalau ayah dan ibumu yang aku kenal bukan ayah dan ibu kandungmu... “ Kata Wulan lagi, sambil memeluk tubuh Sania.
“ Aku juga awalnya tidak merasakan keraguan seperti ini Wulan, tapi banyak kejadian yang membuatku menjadi penasaran... Kamu janji ya... apapun yang terjadi denganku, jangan pernah meninggalkanku.... Sahut Sania sambil membenamkan wajahnya dalam pelukan Wulan.
“ Kamu sudah seperti saudara bagi San... aku janji apapun yang terjadi kamu adalah sahabat terbaikku. “ Wulan ikut terhanyut dalam tangisan Sania.
Malam ini Wulanpun ikut tidak bisa tidur, akhirnya Wulan mengajak Sania untuk keluar rumah untuk menghabiskan malam sambil menikmati gemintang yang memenuhi cakrawala. Saat mereka tebenam dalam obrolan, Pandu dan Dani keluar dari dalam rumah...
“ Aduh Pan... kamu tuh mengganggu saja... mau apa sih malam-malam begini ngajak keluar rumah...” Gerutu Dani yang merasa tidur lelapnya terganggu.
“ Sssttt... lihat...” Sahut Pandu berbisik sambil menunjuk ke arah Sania dan Wulan.
“ Ngapain mereka...” Dani ikut-ikutan berbisik.
“ Eh... Pandu... Dani, sini ikut ngobrol sama kami.” Kata Wulan, setelah jelas terlihat olehnya yang keluar dari rumah mereka berdua.
“ Ngapain sih... malam-malam di luar? Kalian gak bisa tidur? Kalau aku sih nyenyak banget... cape. “ Kata Dani.
Pandu hanya memandangi wajah Sania, tanpa tanya dan tanpa ada ceritapun... dia tahu Sania yang tidak bisa tidur. Dia melihat kegelisahan di wajah Sania, hatinya terasa teriris... rasanya ingin ikut meringankan beban berat yang sedang dipikul oleh Sania...tapi dia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ketidaktahuan ini membuatnya merasa tidak berdaya...
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semakin seru.. juga tentang Pandu...lanjut bu..
Siap neng...
Cerpennya bagus. Salam kenal dari pak Blangkon.
Salam kenal kembali pak blangkon... Terima kasih sudah mau berkunjung...barakallah
Keren Bu ceritanya ...
Terima kasih atas hadirnya
Sepertinya madih panjang proses pencarian Sania. Ditunggu lanjutannya bu. Barokallah
Betul...proses mencari jati diri yg msh rahasia
Keren Bu, ditunggu lanjutannya
Siap... Terima kasih ya...sdh berkenan membaca
Mantap tambah seru
Teeima kasih bu supiati
Beruntung sekali Sania mempunyai sahabat-sahabat yg perhatian dan menyayanginya
Sahabat yg sll siap mengulurkan tangannya