NAMAKU MUTIA
NAMAKU MUTIA
#TantanganGurusiana
Hari ke-65
Episode: Kepingan Masa Lalu
Yanto adalah sahabat masa kecilku, walaupun usianya dua tahun di bawahku, tapi kami tumbuh bersama. Dia sekolah satu tahun di bawahku, saat aku sekolah kelas tiga SD, dia duduk di bangku kelas dua. Kalau berangkat sekolah, biasanya kami selalu bersama. Kelas kami berdekatan, jadi kalau istirahatpun biasanya kami main bersama. Teman-temannya menjadi temanku, begitupun teman-temanku akan menjadi teman-temannya juga. Sorenya kami juga biasanya berangkat mengaji bersama. Aku sudah menganggapnya sebagai adik, tapi walaupun posisinya dia kuanggap sebagai adik, seringkali justru dia menjadi pembelaku. Semuanya berlanjut sampai kami di SMA, lucunya, Yanto selalu mengatakan kalau dia adalah pengawal pribadiku. Terakhir aku bersamanya sampai tamat SMA, selanjutnya setelah aku tamat SMA, aku kehilangan kontak sama sekali.
Kemarin adalah pertemuanku yang pertama, setelah sekian tahun kami tidak bertemu. Sungguh pertemuan yang mengejutkan, tapi sekaligus menyenangkan. Pertemuan itu, kami lanjutkan dengan saling komunikasi lewat telepon seluler. Kami saling bercerita tentang khabarku dan khabarnya sekarang. Banyak kisah yang kami ceritakan, seperti potongan puzzle yang sempat tercecer, kami saling melengkapi. Potongan-potongan itu menyatu membentuk cerita yang utuh. Akhirnya aku tahu kalau dia sangat kehilangan... dia mencari informasi tentang aku melalui keponakan-keponakanku. Saat aku kuliah memang sangat jarang pulang ke rumah, aku dititipkan ayah di rumah adiknya yang kebetulan dekat dengan kampus dan Yanto juga melanjutkan kuliah ke Semarang.
******
Ini adalah minggu ketiga aku menghabiskan weekend di Bandung. Setelah dua kali Sabtu dan Minggu waktuku habis dipakai untuk keliling disekitaran tempat tinggalku yang lama, hari ini kucoba untuk menyusuri sekitaran kampus tempat aku dan Bram kuliah. Tidak banyak perubahan di sini, bangunan-bangunan lama masih kokoh berdiri, walaupun di sana-sini sudah ada beberapa buah bangunan yang baru. Bangunan-bangunan baru itu tidak mengubah keseluruhan dari kenanganku akan kampus ini. Kumasuki perpustakaan tempat dulu kami pertama kali bertemu, masih sama... hanya sistem pelayanannya sudah mulai berubah. Sekarang di perputakaan ini sudah menyediakan layanan internet. Petugasnya masih muda-muda, yang tidak hanya profesional dalam bidang perpustakaan, tetapi juga terampil dalam bidang ilmu pemgetahuan lainnya, yang dapat meningkatkan jati diri perpustakaan dan tentunya untuk peningkatan kualitas layanan perpustakaan.
Dengan sedikit agak canggung, aku masuk lebih ke dalam lagi menuju ruang baca, sudah banyak kursi yang diganti. Kucari kursi tempat kami dulu sering duduk membaca di situ. Masih ada, dan kuraba bagian bawah kursi itu, masih ada stiker yang pernah kami tempelkan di sini. Dulu saat kami menempelkan stiker itu, Bram mengatakan nanti setelah menikah, kami akan sering datang ke sini untuk bernostalgia. Nyatanya... jangankan untuk bernostalgia, satu tahunpun umur pernikahan kami tidak mampu bertahan. Kutarik... stiker itu, masih berwarna merah muda, bertuliskan Bram + Mutia dengan berhiaskan lambang-lambang cinta berwarna merah terang bertaburan bintang berwarna putih. Stiker itu memang sengaja dipesan Bram sebagai bukti cintanya padaku, stiker itu biasanya kami tempel di tempat-tempat yng sering kami kunjungi. Ku ingat kembali semua janji-janji Bram, bahwa nanti setelah kami menikah, dia akan melimpahi hidupku dengan cinta, dan taburan kebahagiaan, seperti bintang yang selalu menerangi malam yang gelap. Stiker itu penuh dengan lambang-lambang cinta dan kebahagiaan kami. Tak tertahan air mataku berurai... tak mampu kubendung. Rasa sakit menelisik kembali ke dasar hatiku. Kutarik napasku dalam-dalam... namun sesak di dadaku tetap tak dapat kuurai. Akhirnya kuputuskan keluar dari perpustakaan ini, ku raih stiker itu dan kumasukkan ke dalam tas mengakhiri penyusuran kepingan masa lalu. Sepanjang jalan aku tak mampu menahan air mata yang jatuh bercucuran tiada henti. Kularikan mobilku cepat kembali ke rumah, mengurung diri... kutumpahkan seluruh sakitku di sini... di tempat tidur. Seharusnya ini kulakukan dulu... saat aku terluka itulah aku menangis, tapi saat itu aku tidak mau terlihat lemah oleh siapapun. Aku tak mau anakku tersia-siakan oleh kelemahanku, kututup air mataku dengan kerja keras. Hari ini aku ingin menumpahkan seluruh kecewaku dalam tangisan...
******
Minggu keempat aku putuskan untuk mengunjungi rumah makan pavoritku dengan Bram. Kali ini Farhan bersikukuh ingin menemaniku, rupanya ibu menceritakan kejadian minggu lalu. Sehingga Farhan memutuskan untuk ikut mengantarkan aku menyusuri kepingan masa laluku yang kelam.
“ Tia... hari ini rencananya kamu mau kemana? kali ini tolong idzinkan aku untuk menemanimu... ” Kata Farhan, tadi siang Farhan datang menyusulku, setelah urusannya di kantor selesai.
“ Enggak kak... biarkan aku menyelesaikan semua ini sendiri... hanya aku yang bisa menyelesaikannya...” Tolakku berusaha sehalus mungkin, aku tidak mau seluruh kenanganku tidak muncul kalau ada orang lain di sana..
“ Aku janji Tia... aku akan duduk jauh darimu, aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja...” Kata Farhan berusaha meyakinkanku.
“ Maaf... aku hanya ingin sendiri, tolonglah untuk mengerti...” Aku tetap menolak. Bersamaan dengan itu telepon selulerku berbunyi tanda whatsApp masuk. Yanto menyampaikan keinginannya untuk menemaniku.
“ Dari siapa? “ Tanya Farhan. Tidak biasanya Farhan KEPO begini.
“ Ini dari Yanto, teman masa kecilku...” jawabku
“ Teman... apa teman? Dia sangat berati bagimu ya...” Tanya Farhan lagi, sekilas kulihat ada rona cemburu di sana. Rupanya Farhan sudah mendengar kedekatanku dengan Yanto.
“ Ayo... cemburu ya... dia temanku kak, bukan siapa-siapa...” Ledekku ingin menghilangkan kecanggungan.
“ Enggak aku gak cemburu... tapi kamu mau pergi dengannya? “ Setelah membantah ledekanku, dia bertanya lagi.
“ Aku mau menyusuri kepingan masa lampauku sendiri kak... tidak dengan siapapun.” Jawabku sambil berlalu.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makin hari kian mantap konflik ini. Hebat Bu Ely.
Terima kasih bu sdh mau berkunjung
Konflik batin yg berusaha untuk disembuhkan..Ditunggu kelanjutannya bu..
Siap...makasih untuk supportnya
Wah masih panjang episode ceritanya ya bu. Ok deh ditunggu lanjutannya bu. Barokallah
Betul neng....makasih sdh berkenan mengunjungi tulisan sy...sehat sll ya neng
Mantap, ditunggu lanjutannya.
Ashiaaaappp...makasih ya suportnya...
Lanjuut...
Siap...Makasih sdh berkunjung...barakallah
Wow makin keren
Makasih bu...ikuti terus ya...barakallah
Aduh berarti 3 episude nggak mngikuti ya..
Ketinggalan ya...