Ely Herlina

Ely Herlina, lahir di karawang 07 Oktober 1963. mendapat tugas sebagai PNS pada Desember tahun 1984, di SMPN I Kotabaru, karawang. Tahun 2017 mendapat tugas tam...

Selengkapnya
Navigasi Web
NAMAKU MUTIA

NAMAKU MUTIA

NAMAKU MUTIA

#TantanganGurusiana

Hari ke-48

Episode: Ibuku Kekuatanku

Butik Syakila tempatku bekerja memang tidak terlalu besar dan terkenal. Baju-baju yang dijualpun kebanyakan bukan produk sendiri. Biasanya Bos tempatku bekerja mencari baju-baju yang unik dan yang produksinya memang tidak banyak. Kuakui bosku ini memang jeli dalam memilih model. Pilihannya selalu banyak disukai oleh wanita-wanita berhijab. Butik Syakila memang khusus menyediakan baju-baju untuk wanita berhijab. Para wanita itu banyak yang jatuh cinta pada baju-baju yang disediakan di sana. Aku sendiri agak sedikit keheranan dengan insting kuat yang dimiliki kak Farhan dalam memilih baju-baju yang akan dijualnya. Mulai dari pemilihan warna, model, sampai pada penempatan mannequin, betul-betul sangat luar biasa.

Baru satu minggu saja aku bekerja di butik ini, sudah banyak yang ku pelajari. Kebetulan sejak aku SMP aku memang sudah menyukai fashion. Aku suka membuat baju-baju barbie dari kain-kain perca yang aku dapatkan dari tetanggaku yang kebetulan tukang jahit. Biasanya kalau sudah main di rumah tetanggaku ini, aku bisa berjam-jam di sana. Aku sangat suka sekali melihat bu Marni mengukur, menjahit, bahkan saat menyetrika hasil jahitannyapun aku suka. Kadang-kadang aku ikut membantu menjahit kancing-kancing baju, bu Marni sangat senang sekali mendapat bantuan dariku. Anak-anaknya tidak ada seorangpun yang tertarik untuk membantunya, mereka tidak menyukainya. Sebagai upah, biasanya aku diperbolehkan meminta kain-kain sisa jahitan bu Marni. Sekarang aku mendapat kesempatan bekerja di butik Syakila, tentu saja aku senang, walau tidak sesuai dengan ijazah yang kumiliki. Gaji yang kecil tidak menyurutkan rasa senangku, paling tidak aku menyukai pekerjaan ini. Aku sering memandangi baju-baju itu, kubayangkan bila saja aku bisa membuatnya. Tiap detail dari baju-baju itu selalu kuamati dengan seksama, sayangnya kebiasaanku ini tidak disukai oleh kak Farhan.

“ Tia... kamu ini, kerjanya bagaimana sih... melipat baju saja sampai berjam-jam begitu.” Kata kak Farhan marah melihatku yang selalu saja berlama-lama memperhatikan baju-baju yang sedang dilipat. Hasilnya pelanggan berikutnya datang, baju-baju itu belum selesai dirapihkan.

“ Aduh maaf kak... aku terlalu asiek melihat model-model baju ini, semuanya bagus-bagus.” Aku buru-buru minta maaf.

“ Dengar ya Tia... kalau kamu begini terus aku bisa memecatmu.” Kata kak Farhan ketus.

“ Maaf... maaf kak... aku janji tidak akan mengulangnya lagi.” Jawabku cepat, tentu saja aku tidak mau dipecat.

Melihat aku masih saja menjawab, tanganku langsung ditarik sepupuku, Anisa.

“ Sudah... jangan kamu jawab lagi... nanti dia makin marah, bahaya... kamu bisa betulan dipecat seperti temanku yang lain.” Bisik Anisa

“ Hah... masa sih masalah begitu saja aku dipecat.” Aku sedikit kaget mendengarnya, kejam sekali bosku ini.

Selanjutnya aku berusaha untuk menghindari kak Farhan, kelihatannya dia masih marah kepadaku. Semenjak itu dia selalu memperhatikan cara kerjaku, ada saja yang dikritik dari hasil pekerjaanku. Entah itu caraku melipat pakaian, cara pelayananku kepada costumer, sampai caraku memakaikan baju ke mannequin yang akan dipajang, semuanya tidak pernah luput dari kritikannya. Situasi ini tentu saja membuatku tidak nyaman. Kalau tidak membutuhkan pekerjaan ini, tentu sudah dari awal ingin kutinggalkan butik ini. Seandainya saja ada pekerjaan lain, walaupun aku menyukai pekerjaan ini, dikritik terus-terusan membuatku ingin meninggalkannya. Tapi ibuku selalu mengingatkan bahwa yang kuhadapi sekarang adalah tantangan bagiku untuk memperoleh kemajuan.

“ Ingat Mutia... kalau kamu ingin berhasil, prosesnya akan panjang... kesuksesan itu bersumber pada usaha kita, melakukan kesalahan dan mau memperbaiki itu lebih baik daripada kamu menyerah, sekarang bukan waktunya untuk mengeluh... apalagi menyerah... kamu harus kuat dalam melalui proses ini. ” Kata ibu memberikan motivasi ketika aku mengeluh mengenai pekerjaan.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditunggu lanjutannya bu, kereeeen ceritane. Barokallah.

04 Apr
Balas

Aamiin yra .. Makasih ya

04 Apr
Balas

Makin keren.. Kulanjutkam episode berikutnya

06 Apr
Balas

Makasih neng...

07 Apr

Makin asik

13 Apr
Balas

Siap bersaing

13 Apr
Balas

ayoo Tia suatu saat buakn jadi penjaga butik, harus jadi pemilik butik atau mungkin designernya... he... jadi penasaran

05 Apr
Balas

Siap d puncak sukses mutia

07 Apr



search

New Post