ELY OKTARIA YUNI E.V, S.Pd.Si

Guru di SMA N 1 Plumpang, Kab. Tuban, Jawa Timur...

Selengkapnya
Navigasi Web
CERDIK MELIRIK PELUANG BISNIS JAMU DI TENGAH PANDEMI

CERDIK MELIRIK PELUANG BISNIS JAMU DI TENGAH PANDEMI

#Tantangan 30

#Tantangan Gurusiana

#tantangan hari ke-27 (7092020)

Pandemi yang sudah berlangsung sejak bulan maret lalu, mau tak mau mempengaruhi pola hidup masyarakat. Meski wabah melanda, ternyata peluang bisnis tetap ada. Beberapa pihak yang jeli melihat peluang segera tanggap. Sebagai contoh, alat pelindung diri (APD) banyak di cari oleh konsumen. Penjualan masker , hand sanitizer ataupun sabun cuci tangan yang biasa di jual dengan harga normal sebelum pandemi, harganya bisa melonjak beberapa kali lipat di pasaran kala pandemi. Sempat menghilang beberapa saat, lantas muncul lagi dengan harga yang fantastis Begitulah yang terjadi. Alih-alih membantu sesama, beberapa pihak santer diberitakan malah menarik keuntungan dengan bisnis menjual masker .

Setelah era new normal, harga-harga masker, hand sanitizer ataupun sabun cuci tangan sudah mendekati harga normal kembali. Pemakaian masker kain yang dianjurkan oleh pemerintah sebagai ganti surgical mask membuat penimbun masker kelimpungan, bahkan ada yang merugi.

Para pebisnis dadakanpun kini banyak bermunculan. Tak lagi menjual APD, para pebisnis ini beramai-ramai menjual barang kebutuhan sehari-hari. Tak perlu jauh-jauh, di instansi tempat saya bekerja misalnya. Banyak rekan-rekan kerja yang mecoba peruntungan dengan berjualan secara online. Ramai anggota di grup WA yang saya tergabung di dalamnya, menjajakan barang dagangannya. Mulai dari jilbab, baju, daster, hape , donat, kue-kue basah, bahkan yang lagi kekinian berjualan jamu tradisional.

Saya akui, mereka adalah pejuang-pejuang rupiah yang handal. Di sela-sela menjalankan pekerjaan utama, mereka masih punya waktu untuk berwirausaha dengan penuh semangat. Anehnya, dagangan yang mereka tawarkan selalu saja ada pembelinya. Tentu saja saya dan teman-teman sekantor tak keberatan berperan sebagai konsumen utamanya.

Kantin sekolah yang tutup dan jarak sekolah yang jauh dari warung, membuat saya merasa di untungkan dengan rekan yang menawarkan minuman atau makanan hasil buatan mereka. Simbiosis mutualisme, mungkin itu gambaran yang cocok di instansi saya saat ini. Ada yang membutuhkan cemilan/minuman segar, ada pula yang menjual cemilan/minuman segar. Meski adakalanya minuman atau makanan itu di buat oleh mereka sendiri, tetapi hasil buatan tetangga.. Tak apalah, yang penting ada uang ada barang, makanan dan minuman sehat siap di bawakan.

Seperti halnya teman saya yang satu ini. Sebut saja namanya “Mbak D”. Selain sebagai staff TU di intsansi saya bekerja, si mbak yang satu ini merupakan wirausahawan bidang kuliner yang handal. Ramai rekan-rekan kerja menawarkan makanan ringan dan kue basah sebagai barang dagangannya, si mbak yang satu ini datang dengan membawa minuman jamu tradisional yang di kemas dalam botol-botol mineral sebagai barang dagangan andalannya.

Berlatar belakang sarjana manajemen, tentu saja si mbk yang satu ini selain pandai melihat peluang bisnis yang ada, pandai juga dalam mempromosikan jamu tradisionalnya. Cemilan tanpa minuman? Tentu saja bikin tenggorokan seret saat selesai makan. Itu mungkin menjadi ide awalnya saat menjual jamu tradisionl. Cukup variatif memang jamu yang di bawa mbak yang satu ini. Mulai dari kunir asem, telu lawak, beras kencur, paitan, sampai dengan kunci sirih siap di bawa sesuai pesanan. Apalagi di saat ada tugas dari kantor yang menyita tenaga dan pikiran, si mbak yang satu ini langsung getol mempromosikan jamu tradisionalnya. “ Jamunya Mak… untuk teman ngerjakan RPP, minuman sehat tanpa bahan pengawet lhoo”, begitu bunyi promosinya saat di WA pribadi saya. Ah, si mbak…. Tau aja kalo saya butuh suplemen tambahan untuk tenaga buat revisi RPP daring untuk pengawas.

Bojonegoro, 7 September 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bu tulisannya...tetap kreatif saat pandemi ya bu..

08 Sep
Balas

Njih bu ... Terimakasih Salam literasi

08 Sep



search

New Post