Kenapa ya ustad kok poligami? Itu mungkin pertanyaan yang terbersit pada banyak orang awam, termasuk saya. Bukan hendak menggugat syariat apalagi menolaknya. Akan tetapi, kenyataan membuktikan ketika dulu seorang ustad kondang yang sedang naik daun, tiba-tiba poligami. Banyak orang yang memberi kesan negatif. Begitu juga dengan kasus yang terbaru. Predikat ustad yang melekat menjadikan mereka dianggap suci. Tak mungkin menyakiti wanita. Tak mungkin tergoda dengan nafsu dunia yang hanya sementara.

Tapi, kalau coba dipikir secara pandangan manusiawi. Ustad yang poligami rata rata mereka itu tampan, mapan, dan menentramkan. Ya, itu kan laki-laki idaman semua wanita. Heuh, sepertinya tanpa harus merayu & tebar pesona, pasti banyak wanita yanag ingin mendekat. Apalagi, jamaah ustad ustad tampan itu kebanyakan wanita. Sepertinya ya, laki laki mana yang akan tahan godaan dengan banyaknya wanita disekelilingnya.

Pasti nih namanya juga manusia. Lama-lama, pertahanan diri sang ustad itu akan renyuh juga, apalagi jika wanita itu punya daya tarik yang sulit diabaikan. Nah, karena ustad ustad itu memiliki iman, maka dipilihlah jalan poligami.

Sepertinya bukan mereka tak cinta istri. Tapi, laki-laki yang baik hati dan romantis cenderung tak tega melihat ada wanita tak berdaya, tanpa suami, harus menghidupi anak. Jiwa "superman"nya akan tergerak.

Tapi, masalahnya ada wanita yang tersakiti dibalik itu. Wanita yang setia mendampingi, yang memberinya banyak keturunan, yang selalu ada dalam suka dan duka. Sepertinya pada istrinya itu, ustad juga tetap mencintainya sepenuh hati, apalagi jika lihat sang buah hati. Pasti perih membayangkan perpisahan. Sampai sini, sudah terbayang sedalam apa konflik batin yangg dialami ustad-ustad tampan itu.

Pastinya, wanita mana yang ingin cintanya dibagi. Membayangkannya saja sudah menyesakkan. Tapi sepertinya itu cobaan wanita yg suaminya tampan, mapan, dan menentramkan. Sepertinya ini lampu kuning juga bagi para wanita yg mendambakan suami seperti itu.

Ternyata, laki-laki yang nyaris sempurna seperti itu harus siap dibagi, disedekahkan, dengan wanita lain yang membutuhkan seperti janda yang memiki anak-anak tanpa ada yang membiayai. Ah, wanita mana yang bisa semulia itu.

Sementara bagi wanita wanita yang dipilih ustad jadi istri kedua. Sepertinya mereka dipilih ustad bukan semata karena kecantikan lahiriah. Pastinya, wanita itu punya sesuatu yang membuat sang ustad terpaku. Adapun wanita-wanita itu memang terkesan tak tau diri dan suka merebut suami orang.

Sepertinya wanita itu tak pernah berniat dalam hidupnya jadi istri kedua. Inginnya ya jadi wanita yang pertama, paling distemewakan, dipublikasikan. Tapi, kadang takdir berkata lain, hanya ustad itu yang mampu menjadikannya seorang wanita yg dihargai.

Trus simpulannya, saya memihak yg mana ustad, istri tua, atau istri muda ya??

Jujur saya bingung, yang pasti saya coba belajar memahami, daripada memaki dan membenci. Karena, sekarang ini banyak orang mudah kagum pada sesuatu sampai membela mati matian Tapi, juga membenci sesuatu hingga membabi buta. Tak jarang, atas nama cinta, atas nama benci rela mati.

Teringat akan penggalan sebuah lagu Sherina kecil, "Lihatlah segalanya lebih dekat dan kau akan memahami"