Misteri Sebuah Cermin
"Saya terima nikah dan kawinnya Maryam binti Syamsuddin dengan maskawin seperangkat alat salat dan perhiasan senilai 50 gram di bayar tunai" lantang suara Abimanyu mengikrarkan akadnya di pagi yang cerah itu.
"Sah? “lanjut pak penghulu dan di balas kata sah dari para saksi pernikahan.
"Alhamdulillah " sahut Abimanyu dan Maryam diiringi beberapa keluarga yang hadir di ijab kabul tersebut.
Hari ini Maryam telah resmi menjadi istri Abimanyu, lelaki pilihan orang tuanya dan sejak hari itu juga dia sah menjadi Makmun bagi suaminya, begitu pun beban tanggung jawab ayahnya beralih kepada suaminya.
Kata orang hari pernikahan adalah hari paling bahagia bagi sepasang manusia tapi terus terang bagi Maryam hari ini adalah hari di mana hatinya merasa hampa, justru rasa sedihlah ya g mendominasi hatinya saat ini, dia sedih harus berpisah dari orang tuanya karena sudah pasti Maryam akan ikut dan tinggal di Bandung dengan Abimanyu, meski dia belum begitu kenal bagaimana sosok suaminya itu.
Tapi Maryam adalah pribadi wanita sholiha, dia paham betul bahwa baktinya kini ada pada suaminya dan apa pun perintah suaminya akan dia patuhi.
***
Acara walimahan Maryam dan Abimanyu memang sederhana hanya di hadiri keluarga dan saudara serta teman-teman mereka, selain karna Abimanyu hanya mendapat ijin 2 hari dari atasannya untuk pernikahannya, jadi dia tidak bisa berlama-lama di Jogjakarta, besok dia harus kembali ke Bandung tempat di mana dia mengabdikan diri pada kesatuan tempatnya berdinas, Abimanyu adalah seorang aparat negara, sudah 5 tahun dia menjalani dinas di kesatuan kavaleri TNI AD.
Abimanyu juga tidak begitu mengenal Maryam, yang dia tahu bahwa wanita yang di jodohkan dengannya adalah anak dari teman ibunya. Dia hanya ingin berbakti pada satu-satunya orang tua yang masih dia miliki yaitu ibunya, selama ini ibunyalah yang bekerja keras membiayai sekolah dan pendidikannya sehingga berhasil menjadi seorang aparat negara dengan pangkat perwira. Untuk itulah dia tidak ingin mengecewakan wanita paruh baya yamg selama ini menjadi penyemangat hidupnya , oleh karena itu dia menerima Maryam sebagai istrinya meski tanpa ada rasa cinta.
***
KA Argo wilis berjalan perlahan meninggalkan stasiun tugu menuju Bandung, tempat dan kehidupan baru bagi Maryam.
Maryam memandang keluar jendela, semenjak tadi dia hanya diam, melirik sekilas pada Abimanyu yang duduk di sampingnya, suaminya sedang sibuk dengan handphone di tangannya, entah apa yang membuatnya fokus pada gadgetnya.
Entah sudah berapa lama Maryam tertidur, sebuah tepukan lembut di bahunya membangunkannya,
"Kamu mau makan tidak?" Tanya Abimanyu dengan canggung.
"Sudah lewat tengah hari kamu belum makan lagian aku lihat tadi kamu sarapannya juga hanya sedikit kan "
" Hmm baiklah, mas juga makan kan?"
"Iya" angguk Abimanyu sekilas.
Setelah makanan yang mereka pesan sudah datang, mereka pun menyantapnya dengan lahap meski dalam suasana hening tanpa ada percakapan.
Setelah melewati beberapa jam, akhirnya ular besi itu tiba di tujuannya, Maryam dan Abimanyu pun bergegas turun dan melanjutkan perjalanan menuju rumah tempat mereka akan memulai hidup baru.
***
Maryam melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang berukuran sederhana itu, dengan perabotan seadanya serta tampak kurang terurus dengan baik, Maryam maklum, rumah tanpa sentuhan seorang wanita biasanya memang seperti itu.
" Ini kamar kamu Maryam, tidurlah di sini, aku akan tidur di depan TV saja" sahut Abimanyu sambil menunjukkan kamar yang bersebelahan dengan ruang tamu.
" Baik mas" kata Maryam patuh sambil berjalan menuju kamar yang di maksud, di kamar itu hanya ada sebuah tempat tidur berukuran sedang, lemari pakaian dan sebuah meja kecil dengan ukiran kayu menghiasi cermin yang berbentuk bulat. Entah mengapa bulu kuduknya terasa meremang ketika melewati cermin tersebut, seolah ada sepasang mata yang mengamatinya dari tempat yang tidak bisa dia jangkau. Secepatnya Maryam berbalik keluar dari kamar tersebut dan mencari suaminya.
Maryam memang salah satu tipe wanita penakut. Dia mencari cari Abimanyu yanvg ternyata ada di belakang rumah sedang membetulkan tali jemuran, posisinya membelakangi Maryam sehingga dia setengah berteriak memanggil Suaminya.
"Mas" teriak Maryam
"Mas Abimanyu " ulangnya lagi tapi tak sedikit pun Abimanyu menoleh, Maryam pun berjalan ke arah Abimanyu, namun tinggal beberapa langkah lagi Maryam sampai ke tempat Abimanyu.
"Maryam, kamu ngapain di situ ?" Suara Abimanyu terdengar dari belakang Maryam.
Maryam sontak menghentikan langkahnya, dia hanya berdiri kaku di tengah halaman belakang, di depannya ada Abimanyu yang sedang memasang tali jemuran tapi ada suara Abimanyu yang terdengar memanggilnya dari dalam rumah. Tubuh Maryam menegang dan tidak berani menoleh, jantungnya berdegup kencang.
"Maryam" suara Abimanyu makin terdengar jelas di telinganya. Hati Maryam makin takut bahkan untuk berkedip pun dia tidak kuasa . Tiba-tuba sebuah tepukan lembut di bahunya membuat dia menjerit dan seketika tubuhnya pun jatuh le tanah.
"Maryam" suara Abimanyu lembut di telinganya, dia memberanikan diri untuk membuka matanya. Ada Abimanyu di hadapannya, refleks dia menoleh ke arah jemuran, dan di sana tidak ada siapa-siapa.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar