[email protected]

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
 Penerapan Metode TSTS (Tow Stay Tow Stray) dengan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatk

Penerapan Metode TSTS (Tow Stay Tow Stray) dengan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatk

 Penerapan Metode TSTS (Tow Stay Tow Stray) dengan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi pada Materi Gangguan Sistem Pencernaan Siswa Kelas XI-MIPA di SMA Negeri 1 Sukasari

 

PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang

 

Pembelajaran Biologi adalah pembelajaran yang mengutamakan kemampuan peserta didik untuk menemukan serta melakukan Tindakan sehingga dapat menguasai diri sendiri dan lingkungan sekitarnya secara lebih mendalam. Pembelajaran Biologi diharapkan dapat menjadi sarana untuk mencapai hasil belajar peserta didik (Setyorini et al., 2011). Pembelajaran Biologi diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki kesempatan untuk berpartisipasi Ketika pembelajaran berlangsung, sehingga kemampuan dan hasil belajarnya dapat mengalami peningkatan (Dewantara, 2016) karena itu pembelajaran Biologi dapat meningkatkan kemampuan menyelidiki alam sekitar, pemecahan masalah dan mengambil keputusan selama proses pembelajaran serta memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Tujuan pembelajaran Biologi yang hendak dicapai dari proses belajar ialah hasil belajar peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Banjarani et al., 2020). Dalam pandangan konstruktivisme, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan peserta didiklah yang berperan aktif dalam mengolah pengetahuannya sendiri. Hal tersebut sependapat dengan Brunner bahwa individu harus aktif dalam mengolah pengetahuan serta keterampilannya (Dewantara, 2016). Sehingga hasil belajar ialah kemampuan yang dimiliki peserta didik secara individu dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan setelah mendapat pengalaman belajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukasari kelas XI MIPA  pada 22 Desember 2023, pembelajaran Biologi di sekolah belum memperlihatkan aktivitas belajar yang aktif pada peserta didik. Hal tersebut dikarenakan guru masih menggunakan model pembelajaran yang membuat peserta didik kurang memahami materi dan proses pembelajaran yang bersifat satu arah tanpa adanya timbal balik dari peserta didik. Hal tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA semester genap TA 2023/2024. Standar KKM mata pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Sukasari kelas XI MIPA adalah 75, namun dari 28 peserta didik hanya 20% yang tuntas dengan kategori terendah 45, nilai tertinggi 76 dan nilai rata – rata 64,07 untuk materi sistem pencernaan pada manusia.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya keragaman model pembelajaran yang tidak inovatif. Peserta didik hanya mencatat dan menghafal apa yang dikatakan oleh guru. Pembelajaran seperti ini hanya membuat peserta didik bosan dan pasif, sehingga membuat peserta didik tidak dibiasakan untuk belajar secara aktif. Selain itu peserta didik jarang yang mengeluarkan ide pendapat dan bertanya. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik yang rendah. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan model pembelajaran yang menarik dan membuat peserta didik terlibat aktif, kreatif, dan berpikir kritis selama proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Problem Based Learning (PBL) dan metode pendekatan  Tow Stay tow Stray (TSTS) . Model PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan latar belakang masalah dunia nyata, sehingga memungkinkan peserta didik belajar berpikir kritis dan memecahkan masalah (Husen, 2015). Melalui model ini peserta didik dilatih agar menggunakan masalah yang ada untuk dipecahkan melalui Kerjasama tim, sehingga membuat peserta didik lebih aktif di kelas (Sholihah, 2013). Sugiyanto (2009) menjelaskan bahwa “pendekatan struktural adalah pendekatan yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa”. Salah satu teknik dari pendekatan ini adalah Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray). Sugiyanto (2009) juga menjelaskan bahwa “struktur dua tinggal dua tamu yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain”.  Harapan dalam menggunakan model dan metode ini adalah hasil belajar peserta didik dapat meningkat. PBL memberikan kemandirian dan kreativitas peserta didik dalam proses belajar mengajar, pemahaman, kebutuhan belajar, dan keinginan untuk menggunakan sumber belajar. Model pembelajaran ini menuntut peserta didik untuk bertanggung jawab atas masalah yang diberikan oleh guru, sehingga dapat membentuk peserta didik yang mandiri dan kreatif.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis memutuskan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan Metode TSTS Pada Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi pada Materi Gangguan Sistem Pencernaan Manusia, Siswa Kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Sukasari”.

B.     Identifikasi Masalah

 

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan masalah sebagai berikut :

1.         Semangat belajar peserta didik menurun dan mempengaruhi hasil belajarnya

 

2.         Pemilihan model pembelajaran yang kurang efektif dalam pembelajaran

C.     Rumusan Masalah

 

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah:

1.         Bagaimanakah peningkatan  hasil belajar mata pelajaran biologi pada materi sistem gangguan system pencernaan manusia  dengan menggunakan metode TSTS dengan model pembelajaran PBL pada peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Sukasari?

 

D.     Tujuan Penelitian

 

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Biologi Peserta didik Kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Sukasari dengan menggunakan pendekatan Metode TSTS dengan model pembelajaran PBL.

 

E.      Manfaat Penelitian

 

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1.         Bagi Peserta didik:  Dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, kreatifitas, dan berpikir kritis peserta didik. Sikap saling membantu dan Kerjasama dalam belajar serta dapat merubah kebiasaan belajar peserta didik yang pasif menjadi aktif.

2.         Bagi Guru: Sebagai bahan masukan dalam membimbing belajar atau fasilitator biologi secara aktif.

3.         Bagi Sekolah: Penelitian ini dilakukan agar dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan mutu dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran biologi khususnya untuk materi sistem pencernaan pada manusia.

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

A.    Metode Two Stay Two Stray

Dalam meningkatkan pembelajaran aktif, efektif dan kondusif maka guru harus berinovasi menggunakan metode yang menarik dan bervariasi. Pemilihan tindakan yang tepat akan membantu siswa menyukai keterampilan menulis dan bersemangat dalam mempelajari penulisan laporan pengamatan. Siswa juga akan mampu memahami materi pembelajaran dengan maksimal. Sebagai solusi permasalahan pengunaan metode akan membantu meningkatkan hasil belajar siswa sependapat Satrijono (2012) metode merupakan suatu faktor penentu dalam keberhasilan belajar pada proses pengajaran.

Berbagai metode dalam dunia pendidikan semakin tahun semakin banyak sehingga pemilihan metode yang tepat akan membantu membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran. Maka metode Two Stay Two Stray akan membantu siswa lebih termotivasi dalam belajar dan mampu membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena metode Cooperative Learning tipe Two Stay Two Stray bukan hanya pembelajaran menggunakan metode diskusi biasa, menurut Retnaningsih (2012) Metode ini merupakan metode yang sangat efektif karena siswa dapat mendapatkan informasi yang berbeda dalam waktu yang sama saat berkelompok. Selainitu menurut Huda Syahrudin (2014) metode TS-TS merupakan metode yang membuat siswa memiliki sikap tanggung jawab, kerjasama. penggunaan Metode Two Stay Two Stray mampu membantu siswa mengetahui informasi materi laporan pengamatan melalui kegiatan menyenangkan yaitu secara berkelompok, metode ini akan membangun pengetahuan siswa, menumbuhkan kerjasama antar siswa, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Selain penggunaan metode Two Stay Two Stray di digunakan media sebagai perantara penyampaian materi, hal ini diperjelas oleh Miarso (2013) mengartikan media ialah sebuah wadah untuk mampu menyampaikan materi untuk tujuan pembelajaran.

Adapun prosedur pelaksanaan pembelajaran menulis laporan pengamatan dengan menggunakan metode Two Stay Two Stray yaitu Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa bekemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan satu siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena metode cooperative tipe Two Stay Two Stray bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung. Setiap kelompok terdiri lagi menjadi kelompok pasangan misalnya saja kelompok 1 berpasangan dengan kelompok 2, kelompok 3 berpasangan dengan kelompok 4, kelompok 5 berpasangan dengan kelompok 6 begitu seterusnya sesuai jumlah kelompok yang ada. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat prang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan setelah selesai, dua orang dari1masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. Tamu dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain dan berdiskusi bersama mengenai materi yang telah dibahas.Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka masing-masing.Metode Two Stay Two Strayini merupakan sederhana yang membuat siswa mudah melaksanakannya saat pembelajaran berlangsung.  

B.    Model Pembelajaran Based Learning (PBL)

Model pembelajaran sebagaimana dikemukan oleh Joyce dan Weil yang dikutip (Triano, 2010: 15) adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka Panjang), yang merancang bahan – bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman/acuan bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

          Salah satu model pembelajaran adalah  model Problem Based Learning (PBL) yaitu model pembelajaran yang di dalamnya melibatkan sasaran didik untuk berusaha memecahkan masalah dengan beberapa tahap metode ilmiah sehingga peserta didik diharapkan mampu untuk mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus peserta didik diharapkan mampu memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah.

          Berikut akan dikemukakan Langkah – Langkah model pembelajaran berbasis masalah seperti dikemukakan oleh John Dewey seorang ahli Pendidikan berkebangsaan Amerika. Beliau memaparkan enam Langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini sebagai berikut:

1.    Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah  tersebut.

2.    Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3.    Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

4.    Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

5.    Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6.    Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

 

C.    Hasil Belajar Kognitif

Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Arikunto, 2008). Hasil belajar ranah kognitif adalah hasil belajar yang berupa kemampuan intelektual yang mencakup kemampuan menghapal, memahami, menerapkan konsep, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi (Dahar, 2011).

Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Penilaian kognitif merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar (Kunandar, 2013).

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor. Peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi dengan faktor internal dan faktor eksternal. Hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai bahan yang sudah dipelajari.

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah (Purwanto, 2009).

Bloom dkk membagi ranah kognitif menjadi enam tingkatan. Tingkatan tersebut memiliki kerumitan yang berbeda dan bertahap dari C1 sampai C6. Tingkatan tersebut meliputi (Jihad dan Haris, 2012):

a.         Hafalan (C1), yaitu kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.

b.         Pemahaman (C2), yaitu kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal kedalam rumusan matematis atau sebaliknya, serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata- kata sendiri.

c.          Penerapan (C3), yaitu kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode, yang dipelajarinya dalam situasi baru atau pada situasi konkrit.

d.         Analisis (C4), yaitu kemampuan menggunakan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

e.         Sintesis (C5), yaitu kemampuan untuk mengintegrasi bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk didalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman).

f.            Evaluasi (C6), yaitu kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjaan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Contohnya ialah kemampuan memilih rumusan kesimpulan yang didukung oleh data serta menilai suatu karangan berdasarkan kriteria penilaian tersebut.

  Hasil belajar kognitif siswa dinyatakan dengan nilai, pengukuran dan evaluasi setelah berakhir proses pembelajaran. Melalui tes hasil belajar kognitif dapat diketahui daya serap atau tinggi rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran.

D.    Gangguan Sistem Pencernaan Manusia

1.     Gangguan/Kelainan pada Sistem Pencernaan

Ada beberapa penyakit yang akan mengancam sistem pencernaan manusia, antara lain.

a.     Diare

Merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan yang banyak dialami. Dimana gangguan pencernaan ini akan membuat perut terasa mulas dan feses penderita menjadi encer. Gangguan ini terjadi karena selaput dinding usus besar si penderita mengalami iritasi. Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menderita diare, dimana salah satunya yaitu karena penderita mengkonsumsi makanan yang tidak higenis atau mengandung kuman, sehingga dengan begitu gerakan peristaltik usus menjadi tidak terkendali serta di dalam usus besar tidak terjadi penyerapan air. Jika fases penderita bercampur dengan nanah atau darah, maka gejala tersebut menunjukan bahwa si penderita mengalami desentri yang mana gangguan itu disebabkan karena adanya infeksi bakteri Shigella pada dinding usus besar orang yang menderitanya.

b.     Gastritis

Merupakan penyakit atau gangguan dimana dinding lambung mengalami peradangan. Gangguan ini disebabkan karena kadar asam klorida atau Hcl terlalu tinggi. Selain itu, Gastritis juga dapat disebabkan karena penderita mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kuman penyebab penyakit.

c.     Maag

Maag merupakan penyakit yang sudah tidak aneh lagi untuk kita semua, karena penyakit yang satu ini biasanya dialami oleh banyak orang. Maag merupakan penyakit atau gangguan sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya rasa perih pada dinding lambung, selain itu maag juga disertai dengan adanya rasa mual dan perut menjadi kembung. Gangguan ini terjadi karena tingginya kadar asam lambung. Penyebab utama gangguan ini yaitu karena pola makan penderita tidak baik atau tidak teratur, stres dan lain sebagainya. Helicobakter pylori, merupakan bakteri penyebab terjadinya maag pada manusia.

d.     Sembelit

Merupakan salah satu gangguan pada sistem pencernaan dimana si penderita akan mengeluarkan fases yang keras. Gangguan ini terjadi disebabkan karena usus besar menyerap air terlalu banyak. Sembelit disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti misalkan buah dan sayur atau kebiasaan buruk yang selalu menunda buang air besar.

e.     Hemaroid atau wasir

Yaitu pembengkakan berisi pembuluh darah yang membesar. Pembuluh darah yang terkena gangguan ini yaitu berada di sekitar atau di dalam bokong, entah itu di dalam anus atau di dalam rektum. Biasanya kebanyakan hemaroid yaitu penyakit ringan serta tidak menimbulkan adanya gejala.

f.      Parotitis

Epidimika Penyakitinimenyerang kelenjar ludahterutama kelenjarparotis. Akibatnya, kelenjar yang terserang menjadi bengkak, panas, dan nyeri. Parotitis disebabkan oleh sejenis virus yang ditularkan melalui air ludah.

g.     Caries Gigi (Gigi berlubang)

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Streptococcus. Bakteri ini dapat mengubah karbohidrat menjadi asam laktat. Asam inilah yang secara perlahan-lahan dapat melarutkan email dan menimbulkan lubang. Apabila lubang tersebut telah mencapai pulpa, gigi akan terasa sakit. Untuk mencegah penyakit ini, gosoklah gigi Anda setelah makan.

h.     Apendisitis

Merupakan gangguan sistem pencernaan yang mana umbai cacing atau usus buntu mengalami peradangan. Apendisitis ini biasanya terjadi ketika ada sisasisa makanan yang terjebak serta tidak bisa keluar di umbai cacing. Sehingga lama kelamaan umbai cacing tersebut akan menjadi busuk serta akan menimbulkan peradangan yang menjalar ke usus buntu. Jika umbai cacing tidak segera dibuang, maka lama kelamaan akan pecah. Dimana peradangan usus buntu ini biasanya ditandai dengan terdapatnya nanah. Bila gangguan atau penyakit ini tidak terawat, maka akan menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi.

i.      Tukak lambung

Merupakan keadaan dimana dinding lambung terluka. Gangguan ini disebabkan karena terkikisnya lapisan dinding lambung itu sendiri. Luka yang muncul ini juga bisa saja muncul pada dinding duodenum atau usus kecil serta esofagus atau kerongkongan. j. Apendix atau radang usus buntu Gangguan atau penyakit yang satu ini menyerang usus buntu. Dimana keadaan ini terjadi karena usus buntu terinfeksi oleh bakteri. Radang usus buntu terjadi

E.    Kerangka Berfikir

Dalam kurikulum Merdeka diharapkan pembelajaran dikelas berlangsung secara menyenangkan dan melibatkan peserta didik dalam memecahkan sebuah masalah, namun dalam kenyataannya pelaksanaan pembelajaran masih saja berpusat pada pendidik. Dengan diberlakukannya kurikulum Merdeka diharapkan pendidik senantiasa berusaha untuk meningkatkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Peserta didik pun diarahkan untuk dapat mengembangkan kemampuannya sendiri secara percaya diri dengan bimbingan pendidik. Pendidik pun di tuntut untuk memiliki kreativitas yang tinggi dalam melaksanakan proses pembelajaran agar 46 tujuan pembelajaran dapat tercapai sehingga hasil belajar peserta didik pun dapat meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan beberapa masalah yang terdapat pada objek penelitian yaitu kurangnya hasil belajar dan kreativitas peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Sukasari. Disaat pembelajaran berlangsung, peserta didik cenderung tidak fokus pada pendidik yang sedang menjelaskan materi, hal tersebut terjadi karena peserta didik merasa bosan dan tidak mengerti dengan apa yang sedang pendidik jelaskan karena dalam pembelajaran pendidik tidak melaksanakan pembelajaran dua arah yaitu terjadinya interaksi pembelajaran antara pendidik dengan peserta didik. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menerapkan model pembelajaran project based learning yang diharapkan melalui penerapan model ini hasil belajar dan kreativitas peserta didik meningkat.

 

F.     Hipotesis Tindakan

Merujuk kajian teori kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah terjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik dengan penerapan Metode TSTS pada Model PBL di SMA Negeri 1 Sukasari pada materi Gangguan Sistem  Pencernaan pada Manusia.

 

 

 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

A.             Sumber, Tempat, dan Waktu Penelitian Tindakan

Penelitian ini dilakukan di kelas XI MIPA a di SMA Negeri 1 Sukasari, tempatnya di  Jl. Raya Kertamanah Desa Kertamanah Kecamatan Sukasari pada Bulan Juni-Agustus 2023 pada semester Ganjil

 

B.             Prosedur Penilaian

1.                  Perencanaan Penilaian

               Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa perencanaan untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut:

1.       Mengidentifikasi masalah yang dihadapi selama mengajar di kelas tersebut

2.       Membuat solusi terhadap permasalahan yang terjadi dan menuangkannya kedalam rencana pembelajaran yang disusun, disesuaikan dengan karakteristik materi gangguan system pencernaan pada manusia.

3.       Membuat lembar observasi peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung dan seperangkat soal uji kognitif peserta didik, yang akan diujikan setelah proses pembelajaran.

4.       Menyusun perangkat pembelajaran terdiri atas:

a.     Rencana Pembelajaran

b.     Lembar Observasi penggunaan media pembelajaran

c.     Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

d.     Perangkat Soal Uji Kognitif Peserta didik

e.     Media Pembelajaran

5.       Guru melakukan pertemuan dengan observer 30 menit sebelum pembelajaran dimulai

 

2.                  Pelaksanaan Penelitian

a.      Guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat

b.      Guru memperhatikan aktivitas peserta didik dan membantu peserta didik apabila ada yang mengalami kesulitan

c.       Observer melakukan pengamatan seluruh proses pembelajaran sambil mengisi lembar observasi

d.      Guru memberikan tes kognitif peserta didik setelah pembelajaran selesai

e.      Memberikan kuesioner kepada peserta didik untuk mengetahui tanggapan peserta didik tentang proses pembelajaran selama siklus 1.

 

3.                  Observasi Penelitian

a.     Pengamatan dilakukan untuk mengamati jalannya proses pembelajaran dikelas, yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan.

b.     Mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran.

4.                  Refleksi Penelitian

a.     Mengelola dan menganalisis data yang diperoleh siklus 1

b.     Revisi Siklus 1

c.     Jika berdasarkan analisis hasil pembelajaran di siklus I indicator keperhasilan penelitian tindakan ini belum tercapai, maka akan dilakukan perencanaan siklus II berdasarkan hasil refleksi proses pembelajaran pada siklus I

 

C.        Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara tes dan nontes. Tes berupa soal pilihan majemuk untuk mengukur indikator hasil belajar siswa. Non tes berupa lembar observasi, wawancara, dan catatan lapangan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Data observasi aktifitas siswa digunakan untuk menganalisis keterlaksanaan media pembelajaran berbasis web yang diterapkan. Data observasi aktifitas guru untuk melihat cara mengajar guru ketika proses pembelajaran dengan menerapan model pembelajaran PBL.

 

D.          Teknik Analisis Data

Penelitian ini untuk mengupayakan adanya peningkatan hasil belajar pembelajaran Biologi peserta didik SMA melalui penerapan model pembelajaran PBL. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner, catatan lapangan, lembar observasi pembelajaran, uji pemahaman peserta didik dan tes akhir siklus, dianalisis dengan format sebagai berikut:

   Tabel 1. Tabel Analisis Data

Fokus Masalah

Indikator Keberhasilan

Pengamatan

Analisis

Kesimpulan

 

 

 

 

 

 

E.           Metode dan Desain Tindakan

Metode Penelitian yang digunakan adalah TS-TS. Hal ini dilakukan karena metode cooperative tipe Two Stay Two Stray bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan saling mendukung. Metode TS-TS ini mampu membuat siswa yang memiliki karakter kurang aktif didalam kelas menjadi lebih aktif. Metode ini menuntut siswa untuk berpindah atau aktif berkomunikasi bertukar informasi mengenai materi yang dipelajari, membuat masingmasing siswa memiliki tanggung jawab menyampaikan materi yang dipelajari dan yang mendengarkan akan mencatat dan memahami apa yang disampaikan oleh temannya yang lain untuk selanjutnya dipresentasikan didepan kelas. . Model penelitian ini terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi. Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus. Siklus inilah yang menjadi ciri utama penelitian tindakan, seperti terlihat pada Gambar 1 berikut.

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan

(Wardhani, dkk, 2004 )

 

F.         Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai peserta didik yang mencakup ranah kognitif, aktivitas guru dan peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi, catatan lapangan dan wawancara

G.          Instrumen Pengumpulan Data Yang digunakan

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.                  Lembar observasi

Lembar observasi ini berupa catatan-catatan kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran di dalam kelas yan diamati oleh para observer. Data ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian metodeatau pendekatan yang digunakan dengan materi yang diajarkan.

2.                  Tes Kognitif tertulis

Tes Kognitif  ini diberikan setiap akhir siklus. Tes kognitif ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah melakukan proses pembelajaran di setiap siklus. Dalam pengujian validitas soal, dilakukan dengan mengunakan teknik korelasi product moment. Rumus yang digunakan, yaitu :

 

 

□ ∑ 𝑛𝑛 − (∑ 𝑛)(∑ 𝑛)

𝑛𝑛𝑛 =                                                                 

√(𝑛 ∑ 𝑛2 − (∑ 𝑛2)). (𝑛 ∑ 𝑛2 − (∑ 𝑛2))

Keterangan:

 

𝑛𝑛𝑛               =    Koefisien korelasi X  =          Skor item butir soal

Y                   =    Jumlah skor total setiap soal

 

n                    =    Jumlah responden

 

 

 

Perhitungan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini tetap atau tidak, sehingga instrument tes tersebut dapat digunakan di berbagai tempat. Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha:

   Keterangan:

𝑛11                 =    Reliabilitas Instrumen n                     =    banyaknya pertanyaan

∑ 𝑛𝑛 2           =    Jumlah varians item

 

𝑛𝑛2                  =    Varian total

Dengan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:

 

 

0,00 ≤ 𝑛11 ≤ 0,20

=

Sangat rendah

0,20 ≤ 𝑛11 ≤ 0,40

=

Rendah

0,40 ≤ 𝑛11 ≤ 0,60

=

Sedang

0,60 ≤ 𝑛11 ≤ 0,80

=

Tinggi

0,80 ≤ 𝑛11 ≤ 1,00

=

Sangat tinggi (Supardi,2013)

 

H.          Indikator Pencapaian

Adapun yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Sukasari dengan menerapkan Metode TSTS pada model pembelajaran PBL dalam pembelajaran pada materi Gangguan Sistem Pencernaan pada Manusia. Kriteria keberhasilan yang diharapkan 75% peserta didik telah mencapai hasil  belajar diatas KKM.

BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian

 

1.     Siklus 1

 

1.1  Deskripsi Lembar Observasi Siklus 1

 

Tahap awal pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pengisian lembar observasi oleh observer dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas XI MIPA  SMA Negeri 1 Sukasari, Berdasarkan hasil pengamatan observer pada siklus I materi gangguan sistem pencernaan pada manusia, pada komponen peserta didik terlihat adanya keaktifan peserta didik pada kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Sukasari dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran PBL, hal ini dapat dilihat dari ketepatan peserta didik dalam menyelesaikan setiap aktifitas yang diberikan guru. Selain itu aspek lain yang diamati adalah perhatian peserta didik. Peserta didik terlihat fokus dalam menyelesaikan aktifitas yang diberikan guru yaitu aktifitas “LESSON” yang berisi tentang bacaan  mengenai materi sistem pencernaan pada manusia pada sub materi kelainan sistem pencernaan pada manusia juga terlihat cukup baik, hal ini dapat diamati pada kehadiran peserta didik dalam mengakses tugas yang diberikan guru. Dalam proses penyelesaian tugas, baik pengumpulan file ataupun pengerjaan kuis, belum semua peserta didik mengerjakan dan mengumpulkannya sesuai batasan waktu yang telah ditentukan.

Selain dari komponen peserta didik, observer juga mengamati komponen guru dalam proses penerapan model pembelajaran PBL. Pada Siklus I, guru memaparkan sub bab materi kelainan sistem pencernaan pada manusia. Dalam penguasaan materi guru sudah  terlihat baik, hal ini terlihat dalam penyajian video pembelajaran yang dilakukan guru. Selain itu pada sistematika penyajian dan penerapan metode, penerapan model pembelajaran PBL, dan pemberian motivasi sudah dilakukan guru dengan baik.

Komponen lain yang dinilai oleh observer adalah materi yang disampaikan yaitu pada sistem pencernaan pada manusia. Berdasarkan hasil pengamatan materi yang disampaikan oleh guru sudah sesuai dengan isi dari kurikulum yaitu sesuai dengan KD dan tujuan pembelajarannya. Sistematika penyampaian materi disajikan secara berurutan dan sudah merujuk dari konkrit menuju abstrak. Materi yang disampaikan adalah materi urgensi atau materi yang sering dimunculkan pada kehidupan sehari-hari dan dibutuhkan oleh peserta didik. Penyampaian materi yang dilakukan oleh guru cukup menarik yaitu dengan menyediakan video pembelajaran, powerpoint dan juga LKPD yang dapat dikerjakan peserta didik.

Pada komponen pengelolaan kelas, observer mengamati melalui pertemuan di dalam kelas secara luring. Terlihat guru dapat menstimulus peserta didik untuk bertanya, dan memotivasi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saat proses pembelajaran berlangsung.

Komponen sarana yang disediakan oleh sekolah sudah cukup memfasilitasi guru dan peserta didik untuk melakukan interaksi pembelajaran dengan baik. Penggunaan internet mudah untuk diakses melalui laptop atau smartphone peserta didik, sehingga peserta didik dapat melakukan proses pembelajaran.

Komponen kerapihan observer nilai dari kesiapan peserta didik dan guru dalam proses belajar yaitu dengan menggunakan seragam sesuai dengan jadwalnya. Selain itu terasa kenyamanan dari guru dan peserta didik dalam melakukan proses  belajar.

1.2  Hasil Belajar Kognitif

 

    Dari hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran PBL pada siklus I mendapatkan rata-rata hasil belajar    . Hal ini menunjukkan rata-rata hasil belajar peserta didik di kelas XI MIPA  sudah diatas KKM yaitu 78. Distribusi nilai peserta didik dapat dilihat pada diagram berikut ini:

 

 

 

2.     Siklus II

 

2.1  Deskripsi Lembar Observasi Siklus II

 

Berdasarkan hasil pengamatan observer pada siklus II materi sistem pencernaan pada manusia, pada komponen peserta didik terlihat adanya keaktifan peserta didik pada kelas XI MIPA dalam kegiatan penerapan model pembelajaran PBL, hal ini dapat dilihat dari ketepatan peserta didik dalam menyelesaikan setiap aktifitas yang diberikan guru. Selain itu aspek lain yang diamati adalah perhatian peserta didik. Peserta didik terlihat fokus dalam menyelesaikan aktifitas yang diberikan guru yaitu aktifitas LKPD yang berisi tentang kolom pengisian cabang biologi beserta keterangannya. Kedisiplinan peserta didik juga terlihat cukup baik, hal ini dapat diamati pada kehadiran peserta didik dalam pembelajaran untuk mengakses tugas yang diberikan guru. Dalam proses penyelesaian tugas, baik pengumpulan file ataupun pengerjaan kuis, sudah hampir semua peserta didik mengerjakan dan mengumpulkannya sesuai batasan  waktu yang telah ditentukan.

Selain dari komponen peserta didik, observer juga mengamati komponen guru dalam proses penerapan model pembelajaran PBL. Pada Siklus II, guru memaparkan sub bab materi Kelainan sistem pencernaan pada manusia. Dalam penguasaan materi guru sudah terlihat baik, hal ini terlihat dalam penyajian LKPD. Selain itu pada sistematika penyajian, penerapan metode, penerapan model,  performance dan pemberian motivasi sudah dilakukan guru dengan baik.

Komponen lain yang dinilai oleh observer adalah materi yang disampaikan yaitu tentang sistem pencernaan pada manusia. Berdasarkan hasil pengamatan materi yang disampaikan oleh guru sudah sesuai dengan isi dari kurikulum yaitu sesuai tujuan pembelajarannya. Sistematika penyampaian materi disajikan secara berurutan dan sudah merujuk dari konkrit menuju abstrak. Materi yang disampaikan adalah materi urgensi atau materi yang sering dimunculkan pada kehidupan sehari-hari dan dibutuhkan oleh peserta didik. Penyampaian materi yang dilakukan oleh guru cukup menarik yaitu dengan menyediakan video pembelajaran, powerpoint dan juga LKPD yang dapat dikerjakan peserta didik.

Pada komponen pengelolaan kelas, observer mengamati pertemuan di dalam kelas secara luring. Terlihat guru dapat menstimulus peserta didik untuk bertanya, dan memotivasi peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saat proses pembelajaran berlangsung.

Komponen sarana yang disediakan oleh sekolah sudah cukup memfasilitasi guru dan peserta didik untuk melakukan interaksi pembelajaran dengan baik. Penerapan model pembelajaran PBL menstimulasi peserta didik untuk dapat berpikir kritis sehingga peserta didik turut aktif dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung.

Komponen kerapihan observer nilai dari kesiapan peserta didik dan guru dalam proses belajar yaitu dengan menggunakan seragam sesuai dengan jadwalnya. Selain itu terasa kenyamanan dari guru dan peserta didik dalam melakukan proses belajar mengajar.

2.2  Hasil Belajar Kognitif

 

Dari hasil belajar peserta didik dalam penerapan metode TSTS dengan model pembelajaran PBL pada siklus II pada Bab Sistem Pencernaan pada Manusia sub materi Kelainan sistem pencernaan pada manusia mendapatkan rata-rata hasil belajar 87.5. Hal ini menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa di kelas XI MIPA sudah diatas KKM yaitu 78. Distribusi nilai peserta didik dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Siklus 2

 

B. Pembahasan Hasil Penelitian

 

Hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 1 Sukasari pada materi Gangguan Sistem Pencernaan pada Manusia mengalami peningkatan nilai dari siklus I pada sub materi kelainan sistem pencernaan pada manusia. Penerapan metode TSTS dengan model pembelajaran PBL, membantu proses pembelajaran. Adanya aktifitas – aktifitas yang disediakan didalamnya juga memotivasi peserta didik untuk mengerjakan tugas tepat waktu, dan memudahkan peserta didik untuk mengakses media pembelajaran lainnya seperti video dan powerpoint.

 

 

                                  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.     Kesimpulan

 

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1.         Metode TSTS dengan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil                                                                 belajar peserta didik pada materi Sistem pencernaan pada manusia.

2.         Hasil belajar pada siklus I memiliki rata-rata diatas KKM, dan pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar dibandingkan siklus I

3.         Media pembelajaran memiliki pengaruh dalam peningkatan hasil belajar peserta didik.

B.     Saran

 

Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, dapat disarankan sebagai berikut:

1.         Guru dapat menerapkan Metode TSTS dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan                                                                        maksimal

2.         Dalam proses pembelajaran menggunakan metode TSTS dengan model pembelajaran PBL, peserta didik harus lebih disiplin dan kritis  dalam pengerjaannya.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post